20/12/14

PENGAMPUNAN UNTUK RASIALIS PANUTAN


PENGAMPUNAN UNTUK RASIALIS PANUTAN
Oleh: Jum’an

Mark Wahlberg adalah aktor dan produser Hollywood yang sukses. Anak bungsu 9 bersaudara dari keluarga pekerja di Massachusetts; sekarang berusia 43 tahun. Bapak dari empat anak, kaya dan mapan, relijius dan pemurah. Ia tinggal rumah mewah 14 juta dollar di Baverly Hills lengkap dengan bermacam fasilitas olah raga dan hiburan. Diluar bisnis film dan televisi ia mempunyai sejumlah restoran “Wahlburgers” serta perusahaan pengelola keuangan. Tidak disangka nasibnya sebaik itu. Ia putus sekolah pada umur 14 tahun lalu menjadi anak jalanan yang liar mencuri dan menjual obat-obat terlarang; tumbuh brutal, arogan dan rasialis. Sekarang Mark bukan saja baik, tetapi juga berniat menjadi relawan sebagai pasukan cadangan di Kepolisian Los Angeles. Bagi mereka yang hanya mengenal Mark Wahlberg sesudah jaya, hal itu tidak mengherankann tetapi mereka yang tahu asal-usulnnya akan lain. Ada satu kendala yang merintangi niat baiknya. Mark memiliki sejarah kriminal, terutama kejahatan rasial dari masa remajanya di Boston. Sekarang, ia ingin menghapus semua noda itu sama sekali. Dia memohon Dewan Pengampunan Massachusetts untuk menghapus bukti-bukti kejahatannya dari catatan publik. "Saya telah mendedikasikan diri untuk menjadi warga negara yang lebih baik sehingga saya bisa menjadi panutan bagi anak-anak saya dan orang lain," katanya dalam permohonan itu. "Menerima pengampunan akan menjadi pengakuan formal bahwa saya bukan lagi orang jahat.” Mark bukan hanya ingin membersihkan namanya, tetapi juga belasan tato yang diukir disekujur badannya. Menghapus tato adalah sesuatu yang menyakitkan, serasa disiram minyak panas. Tato Bob Marley di bahu kiri Mark sudah 30 kali dicoba dihapus tetapi belum hilang padahal kata dokter, 5-7 kali datang saja akan beres. Dia selalu membawa dua dari 4 anaknya - untuk melihat dia terbakar oleh laser, sebagai pelajaran agar mereka tidak bodoh berhias tato seperti ayahnya. Tato adalah cacat paling ringan yang dibuat Mark. Yang lain-lainnya jauh lebih serius dan lebih sangat kriminal.

Kejahatan rasial pertama terjadi saat Mark berusia 15 tahun dan sudah kecanduan narkoba. Dua hari berturut-turut ia dan gengnya mengincar sekelompok murid kulit hitam, menyerang dan melecehkan mereka. Pada 15-6-1986 Mark dan tiga remaja kulit putih lain mengejar Jesse Coleman (12 th) dan dua saudaranya ketika mereka pulang sekolah dan meneriaki mereka: "Kami tidak suka negro hitam disini. Minggat kalian jauh-jauh!" Mereka terus mengejar sambil berteriak "Bunuh Negro! Bunuh Negro!" Mereka melempari ketiga kakak-beradik itu dengan batu. Ketika sampai di kedai Burger King mereka menghilang takut dilihat orang banyak. Keesokan harinya, ketika Jesse berjalan ke pantai bersama teman-teman sekelasnya, Mark dan gengnya membuntuti dari belakang. Dalam perjalanan pulang, mereka  mulai meneriakkan penghinaan rasial pada di anak-anak itu; sambil memanggil lebih banyak lagi teman-temannya untuk bergabung dan melempari batu, diantaranya mengenai guru wanita berkulit putih. Dua tahun kemudian, tahun 1988 Mark mengalihkan sasaran kebenciannya terhadap orang Asia. Pada 8 April, Thanh Lam yang sedang berjalan kerumahnya dipukul dengan batang kayu oleh Mark Wahlberg sampai pingsan, sambil mengumpat dan menyebut Thanh "Vietnam Sialan!" lalu ditinggalkan terkapar begitu saja. Mark kemudian mengejar pria Vietnam lain bernama Hoa Trinh; ia pura-pura merangkul mau minta tolong tetapi lalu menjotos mata pria itu, sampai tersungkur dan Trinh akhirnya buta sebelah mata untuk selamanya. Semua kejahatan itu tercatat dalam dokumentasi negara dan Mark mengakuinya secara terbuka. Ia dihukumum 2 tahun penjara, tetapi hanya menjalaninya selama 45 hari lalu dilepas.

Sebuah organisasi Etnis Asia dan Kepulauan Pasifik di Amerika telah mengajukan petisi menentang pengampunan  yang diminta oleh Mark Wahlberg: "Kami menuntut Dewan Pengampunan dan Gubernur Massachusetts untuk menolak pengampunan bagi kejahatan rasial Mark Wahlberg. Memberikan pengampunan merupakan penghinaan terhadap keadilan dan tidak menghormati para korban kejahatannya." Menurut Nam Pham, tokoh masyarakat Vietnam di Boston,  Mark Wahlberg harus meminta maaf langsung kepada Thanh Lam, dan Hoa Trinh, orang Vietnam yang dia siksa 25 tahun yang lalu. Orang-orang yang dulu termasuk murid-murid kulit hitam yang menjadi korban juga menentang permintaan pengampunannya itu. Tetapi Emmett Folgert, pendiri organisasi sosial pemuda di Boston, mengatakan kemampuan Wahlberg untuk melewati kejahatannya dan mencapai sukses besar merupakan sumber inspirasi. "Dia adalah panutan bagi siapa saja yang berasal dari golongan berpenghasilan rendah dan berhasil sukses," kata Folgert, yang mengenal Mark sejak ia masih anak nakal 13 tahun. Wahlberg banyak menyumbang organisasi itu secara teratur dan setiap tahun mengirimkan ratusan anak-anak disana ke pusat-pusat pelatihan, kata Folgert. "Dia benar-benar layak untuk diampuni. Lihatlah jasa-jasanya."


Mengingat rasialisme yang berakar sangat kuat dalam sejarah budaya dan politik Amerika, kasus Mark Wahlberg menjadi sulit (atau justru mudah) untuk diramal bagaimana akhirnya nanti. Orang yang sudah bertobat memang layak diampuni, tetapi siapa yang tahu isi hatinya? Ia mungkin telah jenuh dengan dunia film dan memerlukan “surat bekelakuan baik” untuk melangkah menjadi politisi atau gubernur seperti Arnold Schwarzenegger atau Ronald Reagan. Patut diduga ia akan mendapat pengampunan karena dia dianggap “The Real American”. Tunggu saja beritanya kalau berminat…

06/12/14

TERTIDUR DI GEREJA INGGRIS


TERTIDUR DI GEREJA INGGRIS
Oleh: Jum’an

Saya masih ingat menjadi murid SMA tahun 1960-an. Setiap siang hari Jum’at sepulang sekolah, saya mengenakan kain sarung berpanas-panas bersepeda pergi ke masjid. Sementara pada hari Minggu pagi siswa-siswi Kristen yang seusia saya, segar sehabis mandi pagi dan berpakaian necis, berpasangan masing-masing membawa alkitab ukuran palmtop, bergandengan pergi ke gereja. Ada rasa iri dihati saya melihat mereka berpasangan ketempat kebaktian dipagi hari ceria dan bersemangat. Seperti jalan-jalan pagi menghirup udara segar. Ketika kita sama-sama dewasa menjadi kaum pekerja mencari sesuap nasi, saya tidak lagi merasa iri kerena pada hari Minggu saya dapat berleha-leha sepajang hari sementara mereka harus bangun pagi, mandi, berdandan untuk pergi ke gereja. Silahkan!  Gambaran itu tentu saja tidak sepenuhnya benar. Tetapi kini, kewajiban pergi ke gereja pada hari Minggu dirasakan makin berat oleh kaum katolik di Inggris. Dalam kehidupan ekstra sibuk masa kini, hari minggu dinilai tidak ideal untuk pergi ke gereja. Orang sibuk dengan berbelanja, hiburan bersama keluarga, merapihkan rumah dan halaman. Umat makin mengebelakangkan tradisi berabad-abad menghadiri kebaktian hari Minggu karena hiburan dan ikatan sosial lainnya. Pimpinan gereja Lichfield, Pendeta Adrian Dorber, mengatakan banyak orang sebenarnya masih mendambakan ibadah yang tenang, tetapi mencari saat yang kurang mendesak dibandingkan hari Minggu pagi. Sebagai jalan keluar mereka memilih pergi kegereja katedral (keuskupan) yang besar dipertengahan minggu daripada kegereja-gereja paroki pada hari Minggu. Kenaikan jemaat Katedral menunjukkan banyak orang tertarik dengan formalitas dan tidak perlu saling kenal di gereja yang besar. Dalam dekade terakhir jumlah orang dewasa yang menghadiri gereja katedral naik 30% lebih, sementara pengunjung kebaktian hari Minggu di paroki-paroki turun separohnya sejak 1960-an.

Tahun lalu Lord Carey, mantan Uskup Agung Canterbury (pimpinan tertinggi Gereja Inggris dan Agama Katolik Anglican sedunia) memberikan sebuah peringatan fatal bahwa Gereja Inggris akan punah dalam waktu satu generasi mendatang jika tidak melakukan terobosan yang dramatis untuk menarik kaum muda kembali beriman. Para pendeta kini dicekam rasa kalah dan jemaat makin menurun oleh rasa enggan, sementara masyarakat hanya menanggapi keduanya dengan mengangkat bahu dan menguap bosan. Uskup Agung York, Dr. John Sentamu menggaris-bawahi peringatan Lord Carey dengan menyerukan kampanye ambisius yang ditujukan untuk "penginjilan kembali Inggris" kalau tidak, “kita akan menjadi fosil".  Ia berharap Gereja mau mengadopsi sikap para misionaris baru dan menghentikan perdebatan berkepanjangan seperti sibuk menata meja-kursi ketika rumah sedang terbakar. "Tragisnya yang selalu kita lakukan adalah reorganisasi struktur, berdebat tentang kata-kata dan ungkapan, sementara masyarakat dibiarkan menggelepar di tengah kecemasan dan putus asa". Uskup Blackburn mengatakan Gereja Inggris harus membuat perubahan besar-besaran yang radikal untuk menghentikan penyusutan jemaat, atau layu di abad 21. Beberapa perbaikan dan penyesuaian saja tidak akan cukup. Jika penurunan berlanjut seperti sekarang, tidak akan ada lagi Gereja Inggris di Lancashire pada tahun 2050.

Andrew Norman Wilson seorang kolumnis Inggris terkemuka, mempertanyakan peringatan Lord Carey bahwa Gereja Inggris akan punah dalam satu generasi, bahwa pendeta dicekam oleh rasa kalah dan jemaat menurun karena lelah dan enggan. Apakah Lord Carey menderita sindrom kesal seorang manula? Tetapi Wilson menjawab sendiri:  “Sayangnya Lord Carey memang benar!” Menurutnya Gereja Inggris adalah lembaga yang hampir mati yg diteruskan oleh dan untuk orang-orang tua. Pendeta-pendetanya kurang berpendidikan dan kemampuan public-speaking mereka nihil. Padahal Gereja Inggris membayar birokrat puncaknya lebih dari gaji Perdana Menteri. Sejumlah pegawai biasa di markas Gereja London menerima lebih dari 100.000 pound setahun (sekitar 150 juta rupiah per bulan?). Komisi Amal yang menghimpun dana untuk membantu kaum miskin,  memperingatkan bahwa menyumbang untuk gereja berisiko membawa tujuan yang baik menjadi keburukan dengan memberikan gaji terlalu tinggi bagi pejabat-pejabat Gereja.

Menurut Wilson, ada dua alasan yang sulit dibantah mengapa jemaat begitu menurun. Yang pertama adalah seks. Agama mengajarkan bahwa tidak ada hubungan seksual yang diizinkan di luar pernikahan sementara kini apa yang dulu disebut hidup dalam dosa, benar-benar dianggap normal. Hampir semua orang muda, ketika mereka mencapai saat tertentu dalam hubungan mereka, mencoba hidup bersama.  Alasan kedua adalah hal yang jauh lebih besar yaitu penurunan keyakinan itu sendiri. Kebanyakan orang tidak bisa mempercayai bahwa Tuhan mengambil bentuk seorang manusia yang dilahirkan oleh seorang perawan atau akan bangkit dari kematian. Tidak masuk akal mereka. Bagaimana Gereja dengan cerita-cerita seperti itu mau mengatur bagaimana orang berperilaku di kamar tidur. Ketidak-percayaan, dan perubahan kebiasaan seksual, tidak hanya mempengaruhi penurunan jemaat Anglikan, tetapi seluruh sejarah Gereja Barat. Orang tidak berpikir bahwa kumpul kebo itu adalah dosa, bahwa homoseks adalah dosa dan mereka tidak lagi benar-benar percaya pada penjelmaan. Ini dalah sesuatu yang mengerikan, kata Wilson.


Dalam dunia narsis yang dipenuhi sikap riya dan kepuasan instan, nilai-nilai dan hakekat keimanan bisa nampak usang. Cermin bagi semua umat beragama. Na’uzubillah…. 

23/11/14

AMERIKA: MUDA SEJAHTERA TUA MENDERITA?


AMERIKA: MUDA SEJAHTERA TUA MENDERITA?
Oleh: Jum’an

Rakyat adil makmur sentosa yang merupakan cita-tita kita bersama, insyalloh akan tercapai suatu saat nanti. Kelak rakyat akan merasa aman dan sejahtera, terpenuhi kebutuhan fisik dan mentalnya serta dihormati kedaulatannya. Orang tidak perlu lagi merasa takut akan kelaparan, penyakit dan kerusuhan. Generasi muda akan hidup penuh gairah sampai hari tua yang tenteram dan bahagia. Sementara kita masih merangkak untuk menuju kesana, mari kita mengintip betapa sejahteranya kehidupan mereka yang sudah sampai disana. Amerika! Ya Amerika. Negara Adidaya dan Adikuasa. Semuanya serba maju semuanya serba kesampaian. Menurut Legatum Prosperiy Index 2014 Amerika menempati ranking ke 10 dalam kesejahteraan global sementara Indonesia menempati nomor 71. Harapan hidup mereka pun lebih panjang daripada harapan hidup kita. Dengan kata lain, lantaran kesejahterannya mereka bisa hidup lebih lama dari kita. Kelebihan umur itu mereka nikmati untuk bertamasya ke pelosok-pelosok dunia atau berleha-leha di peristirahatan mereka. Alangkah senangnya bila bangsa kita adil makmur sentosa!

Tentu saja itu tidak sepenuhnya benar. Umur panjang sebagai berkah kesejahteraan, bukannya tidak membawa beban ikutan. Anda yang masih muda dapat membuat daftar penyakit yang tidak satupun anda derita saat ini seperti: hipertensi, diabetes, katarak, radang sendi, keropos tulang, penyakit jantung, kanker, pikun dan buyutan. Kelak dihari tua, mereka akan antre atau berombongan menyambut kedatangan anda! Antara thn 2000 - 2050, jumlah orang Amerika yang berusia diatas 65 tahun diperkirakan akan meningkat sebesar 135%. Jumlah mereka yang lebih dari 85 tahun akan meningkat sebesar 350%. Meningkatnya jumlah manula membutuhkan perawatan yang mahal sementara mereka tidak lagi produktif. Mereka makin menurun kualitas hidup dan kemampuannya. Sekitar 10% dari orang Amerika yang berusia diatas 65 tahun (dan 30% dari yang berusia diatas 85) menderita penyakit Alzheimer.

Dr. Joanne Lynn M.D. adalah pakar geriatri yang terkenal dalam membantu pasien usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Membantu mereka untuk mendekati akhir hayat dengan kesadaran dan keyakinan yang lebih besar. Ia sering memulai ceramah-ceramahnya dengan menayakan apakah diantara hadirin ada yang ingin mati oleh penyakit kangker. Tak seorangpun. Apakah ada yang memilih mati karena serangan jantung. Ada yang mengacungkaan tangan satu atau dua orang. “Nah” katanya “ berarti semua yang lainnya ingin mati tua, proses yang panjang, lambat dan menyakitkan dengan penderitaan yang terus meningkat, kelemahan mental dan fisik, reyot dan pikun”. Penyakit yang  lebih menakutkan yang menunggu setelah seseorang mencapai usia 65 tahun, kecuali jantung dan kangker adalah penyakit-penyakit yang mempengaruhi kemampuan mental kita, termasuk Alzheimer dan demensia. Antara tahun 2000 dan 2010 saja, jumlah orang Amerika yang meninggal akibat Alzheimer meningkat 68%. Demensia adalah istilah untuk berbagai penyakit dan kondisi yang timbul ketika sel-sel saraf otak mati atau tidak berfungsi secara normal. Kerusakan saraf otak ini menyebabkan perubahan dalam memori, perilaku serta kemampuan untuk berpikir jernih. Pada penyakit Alzheimer, kerusakan di otak ini akhirnya merusak kemampuan individu untuk melaksanakan fungsi-fungsi dasar tubuh seperti berjalan dan menelan. Penyakit Alzheimer pada akhirnya fatal. Ini membuktikan bahwa mati tua belum tentu merupakan pilihan terbaik.

Tidak mengherankan bila generasi yang sedang menjelang lanjut usia bertanya-tanya: Bagaimana kalau kita sendiri yang membuat keputusan medis dan mengucapkan "selamat tinggal" untuk orang-orang tercinta sebelum kita pikun? Bagaimana kalau kita (mereka maksud saya) secara sukarela berhenti makan dan minum “Voluntarily Stopping Eating and Drinking”  (VSED). Dengan bantuan pengawasan staf medis, VSED dapat menjadi cara mudah untuk mengakhiri hidup seseorang. Biasanya setelah 5 sampai 20 hari, orang akan mati karena dehidrasi. Tentu saja ini ditentang oleh kelompok pro-life yang juga anti aborsi dan anti euthanasia (suntik mati) karena sama artinya dengan bunuh diri. Bahkan diskusi terbuka tentang VSED dikhawatirkan akan membuka jalan menuju pelecehan dan pemaksaan terhadap orang tua. Setan tentu sudah siap dengan skenarionya. Ini bukalah khas Amerika. Semua bangsa dinegeri maju akan panjang harapan hidupnya. Makin sejahtera, makin terjamin kesehatannya dan makin banyak manulanya. Kita pun sedang berlomba menuju kesana…..


13/11/14

APA SALAHNYA MEMBELI GINJAL?


APA SALAHNYA MEMBELI GINJAL?
Oleh: Jum’an

Para penyandang organ cangkokan biasanya membawa serta kenangan tragis mula kejadiannya sampai seumur hidup. Puji syukur ginjal cangkokan saya telah berumur 15 tahunn dan terasa sehat-sehat saja. Seseorang pernah secara tak langsung berpesan agar saya selalu ingat bahwa ginjal baru ini adalah milik orang lain dan saya tidak berhak untuk memiliki dan memanfaatkannya. Pesan yang bernada permusuhan dan menyakitkan hati tetapi menggambarkan pendapat sebagian orang yang meyakini bahwa mencangkok ginjal adalah tabu. Ada pula rekan yang mengisahkan tentang anak perempuannya yang ingin menjadi donor untuk ibunya yang difonis gagal ginjal dan perlu transplantasi. Tapi kata sang ayah: Jangan! Yang sehat biar tetap sehat sedangkan ibunya dapat dicarikan ginjal dari donor komersil. Masuk akal menurut saya. Anehnya cangkok ginjal juga telah menularkan tingkah laku yang kurang etis dalam keseharian saya sampai sekarang. Yaitu timbul perasaan gembira setiap kali mendengar suara kucuran air kencing sendiri waktu pipis di kloset. Saya selalu mendengarkannya sampai tuntas, tidak pernah saya hentikan ditengah dengan mengarahkan titik jatuhnya ke tepi kloset supaya suaranya terhenti. Rasanya seperti mendengar lagu mars untuk menyambut kemenangan melawan gagal ginjal dari tak bisa kencing total (kecuali dengan mencuci darah dengan mesin selama berjam-jam dan biaya jutaan) berganti ginjal baru dengan saringan yang lebih bersih dan lancar alirannya. Hati saya selalu tergeliat ceria mendengar bunyi pancuran yang pernah menghilang selama setahun ketika terpaksa menjalani cuci darah sebelum memutuskan untuk cangkok.

Banyak orang bertanya apa hukumnya cangkok ginjal menurut Islam. Hukum berzina, mencuri, membunuh mudah ditemukan karena sejak dulu orang sudah melakukannya; pasti tercantum dalam Qur’an. Tetapi cangkok ginjal, yang baru ada di abad 20 tidak demikian. Dari ulasan-ulasan yang pernah saya baca, semua disimpulkan dari ayat-ayat yang bersifat umum seperti hal membahayakan diri sendiri, menolong atau meyakiti orang lain. Sepembacaan saya para ulama cenderung membolehkan cangkok ginjal dengan syarat-syarat tertentu. Tetapi ketika sampai pada komersialisasi ginjal, pasien-turis dari negara kaya yang melakukan perjalanan untuk membeli ginjal orang miskin, semua umat beragama dan dunia kedokteran dengan aklamasi dan emosional menolak keras. Orang menganggap bahwa cangkok ginjal dan organ lain adalah mukjizat medis abad ke-20 yang telah menyelamatkan kehidupan jutaan pasien di seluruh dunia, sehingga orang jijik dan benci ketika mukjizat itu dinodai dengan jual beli illegal. Namun para dokter, ahli filsafat dan bio-etika terus bertanya-tanya mengapa reaksi orang begitu emosional ketika menyikapi cangkok ginjal dengan membayar? Apakah anggapan bahwa orang miskin akan menjadi korban? Atau mereka terlanjur yakin bahwa organ tubuh tidak boleh diperjual belikan? Atau karena menodai solidaritas kemanusiaan yang timbul dari menyumbangkan ginjal yang menyelamatkan kehidupan orang lain? Keberatan moral untuk membayar donor ginjal itu nampaknya tidak terbukti, seperti dterlihat dari hasil penelitian Univ. Pennsylvania dan Virginia Medical Center. Penelitian ini menunjukkan bahwa insentif uang meningkatkan persediaan organ untuk transplantasi tanpa mengeksploitasi masyarakat berpenghasilan rendah. Pengaruh uang bagi masyarakat miskin sama dengan bagi orang kaya. Efek tawaran uang $10 ribu kepada orang yang berpenghasilan $100 ribu tampak tidak berbeda jika ditawarkan kepada mereka yang berpenghasilan kurang dari $20 ribur. Ahli-ahli etika khawatir bahwa pembayaran akan menyebabkan donor lalai akan risiko kesehatan menyerahkan organ, tapi studi ini menunjukkan bahwa tidak demikian. Adapun solidaritas kemanusiaan dalam donasi ginjal tidak lagi merupakan isu karena kebutuhan dan persediaan ginjal makin tidak seimbang sampai ketahap berebut. Di Amerika saja pada akhir 2010 hampir 100 ribu orang menunggu transplantasi ginjal dan terus bertambah sementara sekitar 4000 orang meninggal setiap tahun karena menunggu alokasi ginjal. Mengapa hasil penelitian diatas membantah keberatan moral sebagai alasan penolakan jual beli ginjal? Janet Radcliffe pakar Etika Praktis dari Univ. Oxford menduga mungkin reaksi awal terhadap perdagangan organ disebabkan oleh sesuatu yang lain dari etika, misalnya dari kebingungan batin kita.


Bagaimana reaksi anda tentang penawaran ini: “Jika saya beri anda uang 150 juta, maukah anda memberikan satu ginjal anda kepada saya? Satu buah saja. Anda kan punya dua buah padahal sebenarnya anda hanya perlu satu saja untuk tetap hidup sehat. Saya akan menangung semua biaya operasi serta pemulihan selama di Rumah Sakit. Anda hanya diminta membiarkan dokter mengoperasi untuk mengambil satu ginjal dari perut anda. Anda akan menyelamatkan sebuah kehidupan. Anda memberikan sebuah mukjizat. Dan anda mempunyai uang tambahan 150 juta; bisa untuk apa saja.” Sekilas mirip win-win solution bukan? Tetapi bagaimana membandingkan manfaat uang 150 juta dengan ketakutan ketika anda dibaringkan diatas meja operasi dengan segala risikonya? Bagaimanapun jual beli ginjal (kompensasi donor) sudah ada pasarnya. Sebuah tim peleliti dari Kanada menyebutkan pada 2013 harga optimal sebuah ginjal di pasar Amerika adalah 10 ribu dolar. Tetapi Arthur Chaplan, pakar bioetika dari Univ. New York menulis bahwa meskipun 40% orang Amerika yang disurvei bersedia  menyumbangkan ginjal asalkan harganya pas, tidak ada jaminan bahwa persediaan ginjal akan meningkat……….. " Di London pada 1989, empat orang Turki membayar Dokter Raymond Crockett masing-masing 6000 dolar untuk memperoleh ginjal untuk keluarga mereka, yang kemudian menggegerkan dunia kedokteran saat itu sehingga Inggris menerbitkan Human Organ Transplants Act yang mengenakan sangsi berat pada dokter yang berpartisipasi dalam transplantasi komersial.

31/10/14

TAHUN 2038 PENDUDUK DUNIA MAYORITAS ATHEIST


TAHUN 2038 PENDUDUK DUNIA MAYORITAS ATHEIST
Oleh: Jum’an

Manusia tak henti-hentinya berusaha melucuti dan menelikung agamanya agar tunduk pada selera mereka. Anehnya mereka bersikukuh untuk tetap menganutnya sambil melemahkannya dari dalam daripada meninggalkannya. Bahkan orang-orang yang mempunyai kelainan seperti gay dan lesbian berhasil memenangkan perjuangan pernikahan sesama jenis di Amerika dan bertahan menjadi penganut Kristen. Meskipun itu kasus Kristen-Amerika kita tahu betapa fenomena seperti itu dapat merebak dengan cepat ke seluruh dunia dalam era cyber sekarang ini. Prof. Siti Musdah, dari Univ. Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan fasihnya menjelaskan bahwa homoseks adalah perbuatan halal. Mengapa tidak ia tinggalkan saja Islam dan hidup sekuler atau atheis? Tidak mungkin! Karena kesejahteraan hidupnya diperoleh dari gaji dosen dan jabatan dalam lingkungan Islam. Kecuali kalau dia bersedia pindah ke Amerika. Richard Dawkins dedengkot Atheis Amerika, dengan Yayasan Science & Reason dan Yayasan Freedom From Religion (FFRF) miliknya, mengelola Clergy Project (Proyek Rohaniawan) yang bertujuan menarik dan memberi perlindungan para pendeta, imam, rabi dan pemimpin agama lain yang mau memilih meninggalkan iman mereka dan tidak mempercayai hal-hal gaib. Mereka membantu pendeta yang ingin meninggalkan gereja serta menjamin biaya hidup mereka selama transisi dan mencarikan karir sekuler. Albert Mohler, presiden Southern Baptist Seminary menamai proyek itu potret menyedihkan dari keputus-asaan kaum atheis dan kelompok sekuler. "Mereka memuji-muji pendeta Pantekosta yang murtad yang tak berpendidikan, yang sudah menganut teologi liberal sebelum menjadi pendeta dan pengagum atheist Dawkins. Proyek Rohaniwan adalah magnet bagi pendeta penipu dan pengecut yang berbohong kepada jemaat mereka, bersembunyi di balik keyakinan agama yang mereka khianati, bersekongkol dengan kaum atheis, sambil masih tetap mempertahankan posisi dan gaji mereka dari gereja". Mohler juga menuduh Dawkins, yang mensponsori Clergy Project mencoba untuk mempermalukan gereja dan melemahkan tauhid melalui pendeta yang murtad.

Theresa MacBain, seorang pendeta Methodist yang sudah mengabdi selama 20 tahun, murtad dan menjadi atheis pada 2012. Ia telah diangkat menjadi Direktur Humas American Atheist  yg berdiri sejak 1963. Ia yang juga Wakil Direktur Clergy Project mengatakan proses hilang imannya berjalan bertahap hingga ia tidak bisa menyebut kapan ia mulai murtad. Salah satu penyebabnya adalah pemahamannya tentang Alkitab yang menurutnya kontradiktif, kurang landasan ilmiah atau sejarah dan kabur, yang setelah sekian lama ia simpulkan bahwa Alkitab tidak benar. Ia juga mempertanyakan keberadaan neraka dan sulit untuk memahami bagaimana sang Khalik tertinggi bisa menciptakan manusia yang sangat lemah dan terbatas dan menghukum mereka kekal di tempat yang mengerikan dan amat menyiksa. Selama dalam keraguan dan mencoba berjuang dengan isu-isu tersebut, ia selalu merasa bahwa hal itu akan menjadikannya seorang Kristen dan pendeta yang lebih baik. Sampai akhirnya ia menyadari bahwa bukannya demikian, tapi justru telah benar-benar menyimpang semakin jauh dan kehilangan iman sama sekali. Ketika masih aktif sebagai pendeta ia mengatakan bahwa ia menjalani kehidupan ganda sebagai pendeta dan sekaligus seorang atheis. Ia merasa senang dari hari Senin sampai Kamis. Tapi mendekati hari Minngu “saya mulai sakit perut, kepala pusing karena menyadari bahwa saya harus mengkhotbahkan hal-hal yang saya tidak lagi percaya dan merasakan kepalsuan diri saya."

Kaum atheis banyak terkonsentrasi di negara-negara ekonomi maju, khususnya negara-negara demokrasi sosial di Eropa. Di negara terbelakang, atheisme hampir tak menjadi isu. Menurut pengalaman ketika orang menjadi lebih makmur, mereka tidak terlalu khawatir kekurangan kebutuhan pokok, atau mati muda karena kekerasan atau penyakit. Dengan kata lain mereka dalam keadaan aman sehingga tidak merasa perlu untuk mengandalkan pada sesuatu yang supernatural untuk menenangkan ketakutan dan ketidak-amanan mereka. Bahwa kemakmuran menurunkan keyakinan beragama, banyak buktinya. Penelitian jelas membuktikan bahwa atheisme meningkat bersama dengan naiknya kualitas hidup. Swedia 64% rakyatnya atheis, Denmark 48%, Perancis 44% dan Jerman 42%. Sementara dikebanyakan Negara sub-Sahara kurang dari 1%. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi, kita dapat memperkirakan kapan dunia akan menjadi mayoritas atheis. Ini logis karena perkembangan ekonomi merupakan faktor kunci yang bertanggung jawab untuk sekularisasi. Peneliti mengunakan sembilan negara yang paling atheis sebagai batu ujian yaitu  Belgia, Cekoslovakia, Denmark, Prancis, Jerman, Jepang, Belanda, Swedia dan Inggris. Kesembilan negara ini rata-rata mencapai transisi atheis pada tahun 2004 dimana 50% populasinya tidak percaya pada Tuhan. Produk domestik bruto mereka (PDB) rata-rata USD. 30.000,-  dibanding rata-rata PDB negara di dunia sebesar 11.000 dolar. Berdasarkan tingkat pertumbuhan rata-rata global dari PDB sebesar 3,33% pertahun dengan beberapa koreksi lain, seluruh penduduk dunia akan melewati ambang pintu atheisme sekitar tahun 2038.


Apakah hilangnya keyakinan agama merupakan sesuatu yang menakutkan? Bila proses kemurtadan terjadi karena kemakmuran dan kwalitas hidup seperti diatas maka negara-negara kafir itu nanti akan sangat bermoral dengan tingkat kepercayaan sosial yang tinggi, kesetaraan ekonomi, kejahatan yang rendah dan tingkat keterlibatan sosial yang tinggi. Hah? (Maaf kata kafir, murtad dan atheis  saya samakan saja untuk kemudahan)

18/10/14

KRIMINALISASI MAKANAN BERGIZI


KRIMINALISASI MAKANAN BERGIZI
Oleh: Jum’an

Pada tahun 1958 Ancel Keys seorang ilmuwan Amerika mengadakan penelitian yang dikenal dengan Penelitian Tujuh Negara, tentang hubungan antara pola makan dan penyakit jantung di berbagai negara. Hasilnya menunjukkan bahwa negara-negara di mana konsumsi lemak tinggi, paling banyak penderita penyakit jantung. Disimpulkan bahwa makanan berlemak menyebabkan penyakit jantung. Ia tidak mnyebut-nyebut negara di mana orang banyak makan lemak, tetapi sedikit penderita penyakit jantung seperti Belanda dan Norwegia maupun dimana konsumsi lemak rendah tingkat penyakit jantung tinggi, seperti Chili. Ia melakukan tebang pilih, hanya mengambil data yang yang mendukung teorinya. Penelitian yang sangat cacat ini mendapat dukungan media dan berpengaruh besar pada pedoman pola makan Amerika dan dunia beberapa dekade sesudahnya. Para ahli nutrisi memang memiliki rekam jejak yang istimewa dalam mengutuk makanan sehat seperti daging merah, keju, minyak kelapa dan masih banyak lagi.

Contohnya yang terburuk adalah propaganda anti telur yang kebetulan mengandung banyak kolesterol dan karena itu dianggap meningkatkan risiko penyakit jantung. Padahal telur adalah salah satu makanan paling sehat di dunia. Sebutir telur yang besar mengandung 212 mg kolesterol, jauh lebih tinggi dari makanan lain. Tetapi telur dan kolesterol dalam makanan tidak mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah secara merugikan. Telur menaikkan HDL (kolesterol baik) serta mengubah LDL menjadi lebih jinak. Intinya meskipun kita telah terlanjur ketakutan selama puluhan tahun, memakan telur tidak ada hubungan apapun dengan penyakit jantung. Telur mengandung banyak antioksidan Lutein dan Zeaxanthin, yang secara dramatis menurunkan resiko gangguan mata pada usia tua. Telur sarat dengan protein berkualitas tinggi, vitamin, mineral, lemak baik dan berbagai nutrisi tambahan. Makanlah kuningnya, karena ia mengandung hampir semua nutrisi! Telur meberikan rasa kenyang dan membantu menurunkan berat badan. Telur hampir tak mengandung sehingga tidak akan menaikkan kadar glukosa darah. Walhasil telur adalah satu diantara makanan paling bergizi didunia. Selain tragedi kriminalisasi telur yang masih kita rasakan sampai sekarang, banyak sekali kebohongan, mitos dan kesalah-fahaman tentang gizi.

Sejak penelitian Ancel Keys orang merasa yakin bahwa penyakit jantung disebabkan karena mengkonsumsi terlalu banyak lemak, khususnya lemak jenuh seperti yang terdapat dalam daging, susu, keju, krim, minyak kelapa, kelapa sawit, minyak sayur dan cokelat. Hal ini didasarkan pada studi yang sangat cacat dan keputusan politik yang kini telah terbukti benar-benar salah. Tahun 2010 terbit sebuah tinjauan menyeluruh terhadap 21 studi dengan hampir 350 ribu subjek yang berkesimpulan: sama sekali tidak ada hubungan antara lemak jenuh dan penyakit jantung. Gagasan bahwa lemak jenuh meningkatkan risiko penyakit jantung adalah teori yang tak-terbukti yang entah bagaimana menjadi kebijaksanaan konvensional. Lemak jenuh menaikkan HDL (kolesterol baik) dalam darah dan merubah LDL (kolesterol jahat) menjadi jinak. Jangan khawatir untuk mengkonsumsi daging, minyak kelapa, keju, dan mentega. Studi terakhir membuktikan bahwa lemak jenuh tidak menyebabkan penyakit jantung. Makanan alami yang tinggi lemak jenuh adalah baik. Dalam bahasa Indonesia protein disebut zat putih telur. Maka sejak anak-anak saya berpikir bahwa putih telur adalah identik dengan protein. Tapi selama puluhan tahu juga saya di indokrinasi bahwa bagian kuningnya penuh dengan kolesterol yang berbahaya. Jadi sikap saya terhadap telur serasa mendua: bencinya hati ini, tetapi aku rindu. Di rumah, saya terbiasa diminta “Kuningnya buat saya” ketika saya mulai makan telur rebus, ceplok ataupun balado. Dan saya terpaksa rela hanya memakan kulitnya. Penjual jamu tahu, mereka ambil kuningnya yang berkhasiat dan putihnya dibuang karena merusak mata……..!   

Bila fungsi ginjal anda menurun, seperti yang pernah saya alami, dokter akan menjerat anda dengan diet rendah protein karena memakan banyak protein dianggap penyebab kerusakan ginjal dan tulang keropos (osteoporosis). Makan protein memang dalam jangka pendek meningkatkan pelepasan kalsium dari tulang tapi studi jangka panjang benar-benar menunjukkan efek sebaliknya. Protein justru meningkatkan kesehatan tulang dan menurunkan risiko patah tulang. Dua faktor  utama yang berisiko gagal ginjal adalah diabetes dan tekanan darah tinggi. Memakan banyak protein justru memperbaiki keduanya.

Tidak jarang pula orang menggurui kita agar berhenti minum kopi karena kata mereka, membuat jantung berdebar, hipertensi dan mengundang serangan jantung. Walhasil mereka menampilkan kopi sebagai racun berbahaya. Para ilmuwan telah mempelajari efek kopi pada berbagai aspek kesehatan dan hasilnya sungguh luar biasa. Demikian ditulis dalam Authority Nutrition dengan referensi yang lengkap. Kopi meningkatkan fungsi otak dan suasana hati, membantu membakar lemak dan meningkatkan kerja fisik, menurunkan risiko diabetes, Alzheimer dan Parkinson. Kopi merupakan pelindung terhadap gangguan hati tertentu, menurunkan risiko kanker hati sebesar 40% dan sirosis sebanyak 80%. Minum kopi menunjukkan hubungan dengan rendahnya risiko kematian khususnya bagi penderita diabetes. Kopi mengandung beberapa vitamin dan mineral dalam jumlah yang layak serta merupakan sumber antioksidan yang kaya.


Bagaimanapun, meski minum kopi dalam jumlah moderat adalah baik, minum terlalu banyak tetap berbahaya. Lagipula banyak dari penelitian diatas yang bersifat epidemiologi: hanya dapat menunjukkan hubungan, tidak membuktikan bahwa kopi adalah benar penyebabnya.  Jadi, "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf:31)…………

04/10/14

SELAMAT BAHAGIA ORANG TUA


SELAMAT BAHAGIA ORANG TUA
Oleh: Jum’an

Jika anda masukkan kalimat “I Hate Old People” kedalam mesin pencari, anda akan banyak menemui kebencian dan kejijikan orang muda Amerika terhadap orang tua: “Selama ini orang tua dianggap sebagai panutan bagi generasi muda, permata didalam keluarga yang harus dihormati dan dijaga. Bah! Orang tua adalah bisul dipantat, beban masyarakat. Saya muak melihat sosok dan tingkah mereka. Kusut, ceroboh, linglung, bau sampah, bikin repot dan tidak berguna. Peduli apa dengan mereka!.... Aku benci orang tua! Negri ini penuh dengan orang tua terkutuk tak berguna yang tidak berkontribusi apa-apa untuk masyarakat dan mengharapkan kita untuk menghormati mereka karena mereka terlalu lemah, lelah, rentan, dan tidak mampu menyeka pantat mereka sendiri. Siapa yang butuh mereka? Menurutku kita bunuh saja semua orang di atas usia 85 dan jual rumah mereka untuk biaya mahasiswa sehingga membuat dunia lebih baik. Orang-orang tua memang menyebalkan! Mereka jelek dan berbau aneh, terutama orang perempuan dan celakanya umur mereka panjang-panjang….. Betapa angkuh dan sombongnya. Mengapa jijik dan benci kalau giliran mereka juga akan tiba? Orang tua memang menurun fisik dan memorinya. Organ tubuh mereka banyak yang tidak koperatif lagi dan kurang berfungsi. Kaku sendi, otot melemah, penglihatan memudar, ditambah dengan penghinaan semena-mena dunia modern terhadap mereka. Semua orang akan menua. Suatu saat dalam hidup, kita terpaksa membiarkan sesuatu terlepas, menangisi yang hilang dan menggeliat bangkit untuk meneruskan pejalanan. Tetapi jangan salah. Sekali lagi jangan salah! Hidup bukanlah sebuah jalan yang terus menurun dari dataran tinggi yang terang menuju lembah kematian.

Tidak seperti diyakini banyak orang bahwa orang tua itu mudah tersinggung dan pemarah, penelitian menunjukkan, orang menjadi lebih bahagia ketika sudah tua. Penelitian Univ. Warwick (UK) terhadap lebih dari 10.000 orang membuktikan bahwa tingkat kebahagiaan manusia berbentuk huruf U dengan titik yang terendah pada usia sekitar 45 tahun, kemudian naik lagi. Peneliti Dr. Saverio Stranges mengatakan, meskipun kualitas fisik manusia menurun setelah usia pertengahan, kepuasan mental justru meningkat. Kebanyakan orang hidup ceria sampai usia 20 tahun. Lalu menurun sampai usia pertengahan yang dikenal sebagai krisis paruh baya yaitu pada umur 45 – 50 tahun. Rata-rata secara global pada usia 46 tahun. Itu hal biasa. Yang mengejutkan adalah yang terjadi sesudah itu. Meskipun karena menua orang kehilangan miliknya yang berharga seperti vitalitas, ketajaman mental dan penglihatan, mereka ternyata memperoleh apa yang dicari orang dalam hidup selama ini yaitu kebahagiaan. Ini dapat disebabkan oleh kemampuan mereka mengatasi sesuatu dengan lebih baik, yang menurut penelitian sebelumnya, orang tua memang enderung memiliki mekanisme internal yang lebih baik untuk menangani situasi negatif dibanding orang yang lebih muda. Dapat juga oleh menurunnya harapan dari kehidupan, dimana orang tua tidak lagi bersedia memaksa diri dalam bidang pribadi maupun pekerjaan. Banyak penjelasan mengapa grafik kebahagiaan berbentuk huruf U tetapi menurunnya ambisi dan penerimaan kenyataan apa adanya, merupakan penyebab yang dominan.

Para peneliti dari Univ. Auckland membandingkan dua kelompok usia 19 -31 dan usia 61- 80 tahun. Mereka menemukan bahwa otak orang tua mempunyai kecenderungan sangat kuat untuk memproses informasi positif dibanding otak orang muda. Orang tua memandang dunia melalui kacamata berwarna mawar, lebih mengingat yang baik daripada yang buruk. Pengalaman yang membuat kita merasa bahagia ternyata berubah seiring bertambahnya usia kita. Hasil riset Univ. Brown menunjukkan bahwa sementara orang muda cenderung mencari dan sangat menghargai pengalaman yang luar biasa seperti - seperti berkelana, jatuh cinta atau mencari sensasi, yang dapat membantu memperbesar jati diri mereka - orang tua memberikan nilai lebih tinggi pada pengalaman biasa dan kesenangan sehari-hari, dan memperoleh identitas dari jenis pengalaman ini. Semakin tua, orang semakin menghargai hal-hal kecil.

Dalam artikel Majalah The Economist tentang usia dan kebahagiaan disebutkan bahwa kenikmatan dan kebahagiaan menurun selama usia pertengahan, kemudian naik; stres meningkat selama awal 20-an, kemudian menurun tajam; kekhawatiran memuncak pada usia pertengahan, dan menurun tajam sesudah itu; kemarahan menurun sepanjang hidup; kesedihan sedikit meningkat pada usia pertengahan, dan setelah itu turun. Orang tua, karena menyadari lebih dekat dengan kematian, mereka lebih hidup untuk saat ini, fokus pada hal-hal penting sekarang -seperti perasaan- dan kurang pada tujuan jangka panjang. Orang muda menyangka, alangkah menakutkannya mendekati kematian. Tetapi orang tahu apa yang paling penting dengan niat memanfaatkan sisa usia sebaik-baiknya. Kebanyakan orang tua memutuskan untuk menerima kekuatan dan kelemahan mereka, apa adanya dan melepaskan harapan untuk misalnya menjadi orang yang terkenal atau berkedudukan. Alangkah leganya merasakan sensasi ketika kita menyerah berjuang untuk tetap tampak muda dan ramping. Tak usah mengecat rambut dan diet langsing yang menyiksa. Penerimaan ketuaan adalah sumber kelegaan yang membahagiakan. Orang yang lega dan bahagia sembuh lebih cepat dari penyakit dibanding mereka yang cemas dan ambisi. Jadi meskipun orang tua cenderung kurang sehat daripada yang lebih muda, kebahagiaan mereka membantu melawan kerapuhan.


"Sungguh kenyataan yang sangat menggembirakan. Kita bisa berharap lebih bahagia pada usia 80-an dibanding ketika usia 20-an" kata Andrew J. Oswald, profesor psikologi di Universitas Warwick. "Dan itu bukan didorong oleh hal-hal yang terjadi dalam hidup. Tetapi oleh sesuatu yang sangat dalam dan sangat manusiawi." Pandangan tentang penuaan adalah penting. Jika orang muda memprediksi masa tua yang sengsara, mereka dapat membuat keputusan berisiko, tidak peduli menjaga diri karena untuk apa kalau toh masa tua mereka tidak akan bahagia. Sebaliknya, melebih-lebihkan betapa kesenangan masa muda dapat menyebabkan nostalgia yang berlebihan pada usia tua, sehingga kurang menghargai nikmat-nikmat yang dialami. Selamat. Berbagaialah Orang Tua….

20/09/14

DOA SIAPA YANG TERKABUL DI CALIFORNIA?


DOA SIAPA YANG TERKABUL DI CALIFORNIA?
Oleh: Jum’an

2013 adalah tahun paling kering selama 4 abad terakhir di California. Waduk serbaguna Folsom yang menampung 1,25 milyar m3 air yang diandalkan sebagai pengendali banjir, pembangkit listrik, sumber air minum, irigasi serta fasilitas rekreasi airnya menyusut hingga tinggal seperlimanya. Reruntuhan desa Mormon Island yang sengaja digenangi air bendungan 59 tahun yg lalu muncul kembali kepermukaan. Banyak prospektor amatir dengan menyandang metal detector mencari sisa-sisa barang logam yang berharga karena Mormon Island adalah daerah pertambangan emas pada tahun 1800-an. Karena kemarau yang makin mengkhawatirkan, penduduk wilayah Sacramento diminta untuk mencari cara-cara mengurangi penggunaan air mereka sebesar 20 persen. Banyak petunjuk praktis diberikan seperti mematikan kran saat menggosok gigi atau mencuci piring dapat menghemat sekitar 8 liter air per menit. Mandi lebih cepat satu menit berarti menghemat 10 liter air. Gunakan sapu untuk membersihkan halaman atau trotoar, jangan disemprot dengan air. Belum lagi peraturan penghemataan air untuk pertanian, pemeliharaan taman dan industri. Tetapi semuanya adalah upaya darurat karena solusi yang ditunggu-tunggu adalah turunnya hujan dari langit. Gereja-gereja di California meminta jemaat mereka untuk berpuasa dan berdoa dengan harapan Tuhan akan menurunkan hujan yang sangat mereka butuhkan. Demikan pula rumah-rumah peribadatan kaum Yahudi.

Umat Islam mengenal solat sunnah untuk memohon hujan yang disebut solat Istisqo. Ketika terjadi kemarau panjang dizaman nabi s.a.w dulu, saat beliau sedang berkhotbah jum’at diatas mimbar seorang sahabat bangkit berdiri dan menginterupsi: “Ya Rasulullah, harta benda kami telah musnah dan mata pencaharian terputus, berdoalah kepada Allah, agar Dia berkenan menurunkan hujan.” Hingga kini teladan rasulullah melaksanakan solat Istisqo tetap dipegang oleh umat Islam dimanapun. Bahkan para kiyai di desa-desa pun tahu benar syarat dan rukunnya. Tidak terkecuali umat Islam yang tinggal di Caifornia. Pada hari Sabtu yang cerah tanggal 1 Feb. 2014, lebih dari 1000 kaum muslimin dari San Fransisco Bay Area California berkumpul di alun-alun Almaeda County untuk menyelenggarakan solat Istisqo. Keesokan harinya, hari Minggu 2 Februari turun hujan terbesar di California pada tahun 2014 dan menjadi titik awal berakhirnya kemarau panjang di California. Sebelumnya, pada 11 Januari terjadi hujan rintik-rintik ketika sekitar 100 orang menyelenggarakan solat istisqo ditepi danau Folsom.  Meskipun mereka yakin bahwa turunnya hujan itu merupakan pengabulan atas doa mereka, dalam dunia modern dimana sains menjadi raja, banyak orang termasuk sebagian kaum muslimin, ragu dan bertanya-tanya apakah apakah solat istisqo itu direncanakan pada tanggal ketika ramalan cuaca sudah menunjukkan akan datangnya hujan. Menurut Imam Tahir Anwar rencana solat istisqo itu sudah diumumkan pada acara peringatan Maulid Nabi di Santa Clara pada 18 Jan 2014. Semula akan diadakan seminggu setelah maulid tetapi untuk menyesuaikan jadwal dengan Syekh Hamza Yusuf akhirnya diputuskan untuk diadakan pada 1 Februari. Jadi bukan disesuaikan dengan ramalan cuaca. Pada peringtan maulid itu juga telah dbagikan lebih dari 1000 lembar pamphlet berisi doa panjang memohon hujan kepada hadirin. Meskipun faktanya terjadi hujan lebat sehari setelah solat Istisqo itu, kita tidak pernah tahu alasan Allah mengabulkan, menolak atau mengundur pengabulan doa umatnya. Bahkan tidak tahu doa siapa yang dikabulkanNya.

Konon ketika Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah untuk menurunkan hujan atas desakan umatnya yang menderita karena musim kemarau yang berkepanjangan, Allah memberitahu bahwa Ia menahan hujan karena dosa satu orang. Nabi Musa a.s. lalu mengumpulkan ribuan orang dan berseru bahwa Allah telah menahan hujan karena salah seorang diantara mereka telah berbuat durhaka selama 40 tahun. Beliau minta agar orang itu keluar dan bertobat. Tetapi tak seorangpun yang tampil. Si pedurhaka menghadapai dilemma berat: kalau tampil ia akan sangat malu dan dikutuk orang banyak dan bila tidak, Allah pasti tidak akan menurunkan hujan. Ia pun bertobat diam-diam mohon ampun kepada Allah. Allah lalu mengampuninya dan hujanpun diturunkan.  Nabi Musa berkata: Ya Allah mengapa kau turunkan juga hujan padahal tak seorangpun yang unjuk diri? Allah pun memberitahu “Hai Musa, sesungguhnya Aku telah menutupi dosanya, dan engkau juga harus menutupi dosanya.”


Di California umat Islam berdoa, umat agama lainpun berdoa bahkan orang yang tak beragama serta hewan dan tanaman juga sangat mengharapkan turunnya hujan. Dan urusan mereka semua ada ditangan Allah. Urusan Dia lah doa siapa yang Ia jawab. Menurut Irfan Rydan yang meliput peristiwa solat Istisqo di alun-alum Almaeda, ada beberapa orang non-muslim yang ikut bergabung, termasuk seorang pria dengan anjingnya duduk di deretan paling belakang. Siapa yang tahu, kata Irfan, Allah kasihan terhadap anjing itu: Karena dalam doa itu mereka memohon Allah menurunkan hujan untuk tanaman dan hewan-hewan dan memohon agar Allah tidak menghukum mereka serta anak-anak yang tidak bersalah karena dosa-dosa kita. Dalam surat Al-Maidah ayat 48 Allah bersabda: “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kamu semuanya kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan.” Jadi kita tidak usah ikut campur bagaimana liku-liku Allah mengurus makhlukNya.

06/09/14

AGAMA - MENGAPA RUWET BEGINI?


AGAMA – MENGAPA RUWET BEGINI?
Oleh: Jum’an

Budi pekerti yang baik, hati yang tenteram, dan kerukunan bersama adalah suatu idaman dalam kehidupan beragama saya. Sedikit banyak saya telah merasakan dan menikmatinya. Mungkin karena pergaulan saya yang sempit dan tidak terlibat dalam kegiatan masyarakat yang berarti, maka kenikmatan itu terasa nyata. Tetapi menikmati ketenteraman sambil menutup mata dari kenyataan sebaliknya di dunia luar adalah tidak jujur. Setiap hari kita dihadapkan pada berita-berita kekejaman dan kejahatan perang serta penderitaan umat. Pada 22 Agustus lalu, 70 jamaah solat Jum’at di masjid Sunni di propinsi Diyala Irak, tewas dibantai sekelompok milisi Syiah. Konon itu pembalasan terhadap tewasnya sejumlah milisi Syiah dalam bentrokan dengan kaum Sunni sebelumnya. Gerakan ISIS membantai minoritas Yazidi karena dianggap menyembah berhala, berencana menyerbu Ka’bah dan membunuh “para penyembah batu”, mengancam membom Candi Borobudur, menyembelih wartawan Amerika James Foley dan bahkan mengancam membunuh Paus. Belum lagi kekerasan agama lain seperti radikalisme penganut Budha di Myanmar dan Sri Langka, ekstremis Hindu di India serta kekerasan kaum Kristen ultra-kanan di Dunia Barat. Tindakan-tindakan kejam diatas semua dimotivasi oleh oleh klaim yang dimiliki oleh penganut semua agama: Yaitu bahwa merekalah pemilik kebenaran dan yang lain tidak. Pantaslah kalau banyak orang yang menyimpulkan bahwa agama lah penyebab semua kekejaman dan penderitaan itu. Setidaknya agama dapat menimbulkan kekejaman dan penderitaan.

Secara teoritis, ada alasan bahwa agama dapat menyebabkan penderitaan mental dan membahayakan jiwa. Dr Marlene Winell adalah salah satu pelopor teori itu, yang berbicara psikologi bagaimana agama benar-benar dapat menyakiti orang.  Marlene, konsultan pengembangan sumber daya manusia dari California dan anak seorang pendeta, 20 tahun berprofesi menyembuhkan orang dari gejala trauma karena agama (Religious Trauma Sydrome / RTS). Menurutnya banyak gejala psikologis berbahaya dapat ditimbulkan oleh agama dan berlanjut dari sana. Tetapi Asosiasi Konseling Kristen menolak pendapat Dr. Marlene. Menurut mereka bukan agama, iman atau kitab yang dapat menyebabkan penderitaan, tetapi mereka yang menafsirkan doktrin itu yang akhirnya melakukan penyalahgunaan. Kata Marlene, gejala trauma yang menyakitkan itu berasal dari dua hal: terbenam dalam aliran agama yang otoriter dan dampak sekunder dari meninggalkan kelompok agama. Keduanya merupakan hal yang krusial dan sebagian besar orang tidak mampu melakukannya. Melalui pendidikan, pemerintah atau orang tua mempengaruhi dan akhirnya membentuk hati nurani seorang anak. Proses ini dapat dikatakan sebagai indoktrinasi. Berpaling dari sistem kepercayaan yang sudah dianut adalah melawan naluri seseorang, dan tidak alami dan mengakibatkan rasa bersalah. Itulah mengapa agama benar-benar dapat menyakiti seseorang secara mental dan emosional.

Dr. Charles Kimball, direktur Studi Agama Univ. Oklahoma adalah seorang pendeta yang kebetulan arif dalam perbandingan agama-agama dan selalu bekerja dengan organisasi lintas agama internasional. Dalam bukunya When Religion Becomes Evil (Ketika Agama Menjadi Jahat) ia menulis bahwa, agama-agama dunia yang telah teruji abadi, seperti Islam, Kristen, Yahudi, Budha dan Hindu semua didasarkan pada prinsip-prinsip dasar cinta,  perdamaian, kebaikan dan harmoni. Namun, keaslian itu terkikis dan esensinya hilang ketika kecurangan manusia berakar kedalam agama-agama itu. Dari contoh masa lampau dan masa kini, semuanya telah bersalah melakukan tindakan barbar dan kekerasan yang mengerikan. Dr. Kimball menengarai setidaknya empat tanda-tanda peringatan ketika agama akan berubah menjadi kejahatan  diantaranya klaim kebenaran mutlak, menuntut kesetiaan buta, memastikan waktu kiamat, dan menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuan. Atau dengan kata lain mengabaikan kemanusiaan atas nama Tuhan. Setiap orang atau komunitas agama yang mengklaim pengetahuan agama yang mutlak dan sempurna dan memaksa orang-orang untuk berfikir sama, adalah perwujudan dari kelompok agama yang tak sehat. Jika organisasi keagamaan mengatas namakan agamanya untuk membenarkan menyakiti orang lain, agama itu telah menjadi jahat. Ketika agama menggunakan cara kekerasan atau anti-sosial berarti agama telah terkontaminasi.

Penting untuk diingat bahwa agama adalah lembaga manusia, itulah sebabnya mengapa agama yang indah dapat mengambil jalan yang salah. Sepanjang sejarah, orang telah disesatkan oleh para pemimpin politik karismatik sehingga masuk akal bahwa mereka dapat disesatkan oleh para pemimpin agama karismatik juga. Seorang pemimpin agama bisa mengutip ayat kitab suci di luar konteks dan menggunakannya untuk membenarkan perilaku kejam atau kekerasan. Ayat-ayat itu sebenarnya terbuka untuk banyak penafsiran dan setiap pemimpin yang mengklaim memiliki "kebenaran mutlak" membuka pintu untuk penyalahgunaan. Setiap kali seorang pemimpin agama menuntut "kesetiaan buta" untuk kewenangannya atau organisasinya dan melarang pertanyaan atau perbedaan pendapat, agamanya itu tercemar.

Kita harus memiliki pikiran terbuka dan menjaga kekuatan berpikir kritis tetap kita aktifkan. Ini adalah pertahanan terbaik terhadap manipulasi oleh pemimpin agama yang kasar. Sebagai sebagai pemerhati agama-agama, Dr. Kimball justru memilih ayat Qur’an (surat Al-Maidah ayat 48) untuk menjelaskan tentang perselisihan agama:

“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kamu semuanya kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan.” 

24/08/14

JANGAN SEKARANG - BESOK SAJA


JANGAN SEKARANG – BESOK SAJA!
Oleh: Jum’an

Saya mau mulai menulis e-mail permintaan sample dari sebuah produsen bahan kimia. Baru saja mulai dengan Dear Sir, tangan kanan saya lepas dari keyboard, menuju ke cangkir kopi dan mengantar ke bibir saya untuk menyeruputnya. Karena nikmatnya, syaraf saya terbuka dan pikiran saya berubah untuk membaca berita dulu sebelum menyelesaikan e-mail. Ada link dalam berita yang saya baca dan ketika saya klik ternyata berisi artikel panjang yang informatif dan menarik. Saya membacanya sampai selesai dan menyarankan rekan disebelah ikut membaca. Lalu kami saling memberi komentar. Walhasil setelah lebih dari dua jam, barulah email selesai saya tulis. Anda mungkin pernah membaca tentang sseorang yang mau menulis novel atau menyusun makalah yang tidak pernah kunjung selesai karena setiap kali ia memulai, ada saja pekerjaan sederhana dan remeh yang menginterupsi. Memotong kuku, membeli rokok, memberi makan burung, membaca koran, diajak teman keluar sebentar minum kopi. Katanya ia tidak punya waktu untuk bekerja serius. Tentu saja kalau begitu caranya. Bila tugas pekerjaan sampai terhenti ditengah akan sulit untuk meneruskannya lagi. Umumnya kita sendiri yang menundanya bukan karena perintah atau permintaan orang lain.

Menurut penelitian psikolog Dr. Ferrari hampir seperempat penduduk dewasa sedunia adalah penunda yang kronis. Bagi para penunda kronis, ini bukan soal manajemen waktu. Kita tidak bisa mengatur waktu. Kita harus mengatur diri kita sendiri, kata Ferrari. Untuk itu kita harus tahu mengapa kita sampai menunda-nunda. Ada tiga hal yang mungkin menjadi penyebab. Salah satu sebab mengapa kita enggan untuk menyelesaikan tugas adalah ketakutan kita untuk dievaluasi. Kita tidak ingin orang menilai kemampuan kita, kita lebih suka usaha kita yang mereka nilai. Mengulur penyelesaian pekerjaan bisa menjadi salah satu cara untuk menghindari ketakutan dievaluasi dengan tajam. Yang kedua mungkin sebaliknya: kita bukan takut gagal dievaluasi tetapi justru takut sukses karena bila hasil kerja kita saat ini terlalu sempurna, mungkin kita memempatkan diri terlalu tinggi yang menyulitkan diri-sendiri diwaktu yang akan datang. Ini kembali ke soal tanggung jawab. Bagaimana jika kita tidak se-sempurna itu untuk tugas berikutnya? Dan yang ketiga, kita enggan untuk mengakhiri kenikmatan terlalu dini. Jika kita merasakan waktu yang menyenangkan ketika mengerjakan suatu, akan terasa kecewa untuk mengakhirinya. Ini dapat menyebabkan kita untuk hanya megulang-ulang apa yang kita kerjakan, sekedar untuk menghindari selesai.

Kebanyakan penunda yang parah, adalah juga orang baik-baik. Artinya menunda-nunda bukanlah sesuatu yang seburuk menipu atau mencuri. Lagi pula sebenarnya jumlah pekerjaan yang dapat kita lakukan tidak terbatas. Tetapi dalam sepotong waktu hanya satu pekerjaan yang dapat kita lakukan, tidak lebih. Jadi masalahnya bukanlah bagaimana untuk menghindari penundaan, tapi bagaimana untuk menunda dengan baik. Menunda itu bisa dengan menghentikan kerja lalu tidak berbuat apa-apa, atau beralih mengerjakan sesuatu yang kurang penting, atau mengerjakan sesuatu yang lebih penting. Penundaan yg baik adalah menyingkirkan tugas kecil untuk melakukan sesuatu yang lebih penting dan nyata. Profesor botak yang lupa makan, mandi dan bercukur, atau seniman yang berkutat menekuni lukisan di sanggarnya adalah contoh penunda yang baik; mereka menunda hal-hal kecil untuk mengerjakan hal-hal besar.

Menunda adalah praktek melaksanakan tugas-tugas yang kurang penting sebagai ganti tugas-tugas yang lebih mendesak, atau yang lebih menyenangkan menggantikan yang kurang menyenangkan, dan dengan demikian menunda tugas mendatang ke lain waktu, kadang-kadang sampai "menit terakhir" sebelum batas waktu (wikipedia). Kebiasaan menunda nampaknya erat hubungannya dengan kecenderungan manusia mencari kesenangan untuk menghindari perasaan tidak enak dan menunda tugas yg penuh tekanan. Banyak pula yang memandang penundaan sebagai cara yang berguna untuk menandai apa yang penting bagi kita secara pribadi karena jarang menunda-nunda bila seseorang benar-benar menghargai pekerjaannya.

Penundaan dengan menghentikan kerja yang penting dan menggantinya dengan sesuatu yang kurang penting seperti contoh penulis novel diatas, adalah berbahaya karena tidak terasa menunda. Mereka memang menyelesaikan sesuatu, tetapi bukan pekerjaan yang merupakan tujuan utama. Mengapa kita enggan menekuni pekerjaan penting yang makan waktu? Salah satu alasannya adalah bahwa imbalannya masih terlalu lama dan kurang nyata. Jika kita mengerjakan sesuatu yang selesai dalam waktu singkat, kita dapat mengharapkan kepuasan dengan prestasi yang cukup singkat. Tapi yag lebih menakutkan, menghadapi tugas pekerjaan besar memang terasa menyakitkan seperti ada vacuum cleaner yang siap menyedot imajinasi kita. Semua ide awal yang kita miliki disedotnya habis dengan cepat, dan meskipun sudah habis bersih, vacuum cleaner itu masih terus menghisap.


Kita tidak dapat menatap pekerjaan besar terlalu langsung didepan mata. Kita harus mendekatinya dari samping, mencari sudut yang pas sehingga dapat menangkap beberapa bagian yang menyenangkan yang memancar dari situ, tapi jangan terlalu  banyak sehingga dapat melumpuhkan kita. Kita dapat mempertajam sudutnya setelah berjalan, seperti perahu layar dapat berlayar dengan berpegangan pada angin setelah mulai berlayar. Menurut Paul Graham cara memecahkan masalah penundaan adalah dengan membiarkan kenikmatan menarik kita ketimbang memaksa diri dengan jadwal tugas-tugas. Kerjakan sebuah proyek ambisius yang benar-benar kita nikmati, dan berlayarlah sedekat mungkin dengan angin, dan relakan pekerjaan-pekerjaan kecil kita tinggalkan.

18/08/14

BENARKAH BERSATU KITA TEGUH?


BENARKAH BERSATU KITA TEGUH?
Oleh: Jum’an


Saya kira anda akan merasa familiar dengan pengalaman masa lampau saya ini. Sering terjadi di dalam kelas, saya merasa bingung ketika kesulitan memahami penjelasan dari Pak Guru. Untungnya meskipun murid bebas bertanya kapan saja, Pak Guru biasanya menanyakan: “Ada yang kurang jelas?” Tetapi saya hanya terdiam tidak mengangkat tangan, sambil menengok kanan-kiri sampai Pak Guru dengan lega berkata: ”Kalau begitu mari kita lanjutkan!” . Ia pasti berpikir murid-muridnya pintar-pintar dan sudah merasa jelas dan ia merasa bahwa cara dia memberi pelajaran mudah dimengerti. Padahal saya masih menunggu kalau-kalau ada murid lain yang mengangkat tangan, sebab kalau saya sendirian melakukan itu, alangkah malunya ditatap begitu banyak murid lain karena hanya saya yang tidak mengerti. Alangkah bodohnya saya. Padahal, terbukti belakangan, kebanyakan murid-murid yang lain juga sama tidak mengertinya. Mereka tidak berani mengangkat tangan karena menyangka semua murid-murid lain merasa sudah jelas. Mereka diam dengan alasan yang sama dengan alasan saya mengapa tidak berani mengangkat tangan untuk bertanya. Demikian pula pengalaman bersama mengikuti seminar, meskipun sang penceramah selalu mengawali acaranya dengan berkata: “Kalau ada keterangan saya yang kurang jelas nanti, segera hentikan saya dan tanyakan!” Kebiasaan buruk itu sudah berlaku sejak entah kapan dan akan berterusan entah sampai kapan, padahal masing-masing kita sudah tahu bahwa kebiasaan buruk itu sudah seharusnya berakhir.

Itulah fenomena yang terjadi bila kita berada dalam sebuah kelompok. Kita menjadi berpikir, merasa dan melakukan hal-hal yang kalau kita sendirian tidak mungkin terjadi. Identitas pribadi serasa hilang dan larut kedalam kehendak kelompok yang tidak benar-benar mewakili kehendak masing-masing anggota. Kepribadian normal kita menjadi berubah. Hal itu kita alami ketika kita ikut terlibat dalam suatu demonstrasi, protes maupun menonton sepak-bola. Anda yang sehari-hari santun berubah brutal membakar toko, merusak pagar stadion, bahkan melempari penumpang kereta api yag tidak tahu menahu. Tentu ada gurunya, yaitu sejenis yang dalam kelas berkata: kalau begitu mari kita lanjutkan, sementara mayoritas muridnya tidak ada yang memahami penjelasan sang guru. Demikian pula dalam menanggapi opini publik seperti isu-isu tentang perbedaan suku dan agama. Meskipun semua orang menyadari sudah bukan zamannya lagi, tetapi sebagaimana yang terjadi didalam kelas,  isu-isu itu tetap tetap muncul terus menerus. Penyebab asalnya adalah karena kita semua adalah makhluk sosial yang secara alami memiliki karakter kelompok seperti juga murid-murid dalam kelas.

Karakter kelompok yang bersifat negatif ini sudah lebih dari satu abad ditengarai orang, bahkan dijadikan dasar bertindak oleh hampir semua pemerintahan didunia dalam menyikapi gerakan massa. Gustave Le Bon, psikolog sosial, sosiolog dan antropolog dari Perancis menulisnya dalam buku The Crowd: A Study of the Popular Mind (1895).  Ia menjelaskan bahwa manusia dalam kelompok besar adalah berbahaya, bahwa mereka secara spontan berubah menjadi manusia hewani yang mudah terombang -ambing dan rentan terhadap kekerasan. Meski fenomena ini dengan jelas dapat kita saksikan, penelitian-penelitian membuktikan bahwa padangan tentang sikap hewani itu tidak sepenuhnya benar. Para psikolog terus mencoba untuk menelusuri apa pengaruh orang banyak terhadap pikiran pribadi kita dan mengapa demikian. Michael Bond, penulis ilmiah dari Inggris yang menulis tentang bagaimana orang di sekitar kita mempengaruhi segala sesuatu yg kita lakukan (The Power of Others: Peer Pressure, Groupthink, and How the People Around Us Shape Everything We Do) menjelaskan bahwa makin banyak penelitian ilmu-ilmu sosial dilakukan, semakin sedikit kebenaran ide tentang sifat hewani yg ceroboh yang terbukti. Menurutnya tindakan polisi yang mendasarkan pada pandangan itu dengan membubarkan demonstran menggunakan gas air mata justru menciptakan situasi yang mereka coba cegah. Hampir di setiap bidang kehidupan, perilaku kita dipengaruhi oleh orang lain, lebih dari yang kita bayangkan: geng remaja, korps militer, team ekspedisi, dan penonton sepak bola. Dari permukaan, masing-masing kelompok ini mungkin tampak biasa, tapi kekuatan yang mengikat dan mendorong mereka dapat mempengaruhi kita semua.

Dalam dekade terakhir, psikolog telah menemukan bagaimana dan mengapa sifat sosial bawaan kita berpengaruh besar terhadap bagaimana kita berpikir dan bertindak, mendorong kita untuk berprestasi tinggi dan sekaligus bertindak kejam dan membabi buta. Kita berhutang budi kepada orang-orang disekitar kita: ketika kita pikir bahwa kita lah yang berperan, ternyata itu adalah pengaruh kekuatan dari orang lain. Kita tidak pernah sendirian. Orang-orang dalam kehidupan kita mempengaruhi setiap aspek dari perilaku kita dengan cara yang kita sering tidak menyadarinya. Meskipun kita menganggap diri kita sebagai individu bebas, pilihan kita dipengaruhi oleh orang lain dan hal yang menakutkan adalah bahwa kita tidak menyadari itu. Michael Bond telah menyelidiki terobosan terbaru dalam psikologi sosial untuk mengungkapkan bagaimana cara menjaga diri terhadap bahaya pemikiran kelompok, bagaimana membangun kerja sama tim dan bertindak lebih etis, mengidentifikasi tujuan bersama dan bagaimana bertahan saat-saat menghadapi isolasi. Demikian ditulis dalam salah satu ulasan buku tersebut. Kita harus berhati-hati agar dapat memanfaatkan sifat kolektif kita demi kehidupan yang lebih damai dan bermanfaat. 

03/08/14

APAKAH REJEKI SAYA TERTUKAR?


APAKAH REJEKI SAYA TERTUKAR?
Oleh: Jum’an

Bukankah sudah sewajarya bahwa hal-hal yang baik dialami oleh orang baik dan hal-hal buruk akan menimpa orang jahat? Yang bekerja giat, jujur, yang suka memberi, yang cinta sesama, seharusnya hidup lebih sejahtera dibanding mereka yang curang, suka menipu dan melecehkan orang lain? Bukankah begitu kehendak Allah menurut pemahaman banyak orang? Tetapi mengapa Allah membiarkan banyak hal baik terjadi pada orang jahat dan banyak hal buruk justru menimpa orang baik? Tidak jarang porsi yang sudah jelas merupakan milik orang baik, tidak dapat dinikmati tanpa harus mereka rebut terlebih dahulu. Dilain pihak penipu pajak, perusak lingkungan dan koruptor hidup hidup nikmat nyaman sejahtera. Kadang kadang kita tidak faham bagaimana cara Allah membagi rejeki. Sepertinya banyak yang tertukar-tukar! Mungkin dalam kehidupan duniawi ini Allah menggunakan rumus yang sama untuk seluruh umat manusia: yang beriman dan yang tidak, yang jahat maupun yang baik. Siapa cepat dia dapat; siapa kuat akan bertahan. Tidak ada subsidi, tidak ada prioritas. Terserah pada niat dan tindakan masing-masing. Itulah barangkali rumus ilmu hidup didunia. “Barang siapa menginginkan dunia maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan akhirat maka ada ilmunya. Demikian sabda Rasulullah SAW. Jangan kecil hati kalau anda yang merasa sebagai orang yang baik terpaksa menderita dan sengsara. Yang akan memberikan hasil bukanlah semata-mata tindakan tetapi justru niat dibelakangnya. Niatlah yang melahirkan realitas. “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” Hadis shahih ini dikatakan oleh Imam Syafi’i mencakup sepertiga ilmu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan, sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Seperti tak bisa diartikan lain bahwa bukan tindakan yang kita lakukan tapi niat (kesadaran) dibelakangnya yang menjadikan pengalaman kita. Jika orang serakah percaya mereka layak atau mampu menciptakan kekayaan, merekapun akan mengalaminya.

Anda yang begitu berhati-hati, hanya makan makanan yang terpilih, bergizi dan seimbang masih juga gemuk dan penyakitan. Sementara orang lain melahap semua yang dia suka, tetap saja ramping dan bugar. Ada yang berpendapat bahwa itu disebabkan faktor keturunan atau genetika, tapi penemuan terbaru dalam epigenetik mengungkapkan bahwa gen tidak mengontrol tubuh kita, justru lingkungan sel yg mengontrol. Dan apa yang mengontrol lingkungan sel kita? Kesadaran kita, niat kita. Ilmu Psikoneuroimunologi dapat menjelaskan bagaimana pikiran kita menimbulkan impuls kimia dan listrik yang kemudian mengirimkan perintah ke sel-sel dalam tubuh kita, bagaimana pikiran menjelma menjadi tindakan. Berlaku sama bagi yang adil dan yang serakah! Tindakan memang penting untuk menjelmakan sesuatu, tetapi seperti kata hadis diatas, kita hanya akan memperoleh apa yang kita niatkan.

Penderitaan bukanlah pengertian yang berdiri sendiri. Kita mengenal arti penderitaan hanya karena kita mengenal pengertian tentang kesenangan, seperti kita mengenal arti keburukan karena terjalin erat dengan arti yang sebaliknya, yaitu kebaikan. Tanpa penderitaan, kesenangan juga akan tidak berarti. Tetapi untuk mengandaikan bahwa kita semua bernasib sama tak ada yang senang dan tak ada yang susah, tidak mungkin karena bertentangan dengan kenyataan hidup kita sebagai manusia. Karena kita mempunyai akal dan hati nurani, kita mengenal untung dan rugi, mengenal kenikmatan dan penderitaan. Penderitaan memang menyakitkan tapi karena pengertiannya terkait dengan kesenangan, orang baik yang menderita tidak selalu berarti tidak adil. Kecuali bila penderitaan ada sendirian, tanpa kaitan dengan kesenangan. Kehidupan Nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita yang dijamin sebagai ahli surga juga tidak sepi dari penderitaan sebagaimana manusia lainnya. Beliau mengajarkan, ketika hal-hal buruk terjadi pada orang baik - atau siapa saja - untuk menjaga kesabaran ketika merasakan kesedihan, dan untuk menjaga kepercayaan pada Allah. Nasehat itu tertuang dalam surat bela sungkawa (takziah) Rasulullah kepada sahabatnya Mu’adz bin Jabal  ketika putranya meninggal. Surat yang sangat bermakna itu diantaranya berbunyi demikian:   “.………….. bahwa jiwa, harta, dan anak-anak kita semua itu pemberian Allah yang menyenangkan hati dan pinjamanNya yang dititipkan, kita bersenang-senang dengan semua itu sampai kepada masa yang ditentukan dan akan ditarik kembali pada waktu yang ditentukan. Kemudian Allah mewajibkan kita bersyukur jika diberi dan sabar jika diuji, dan putramu itu berasal dari pemberian Allah yang menyenangkan dan pinjamannya yang dititipkan, Allah telah memuaskan engkau dengan kesenangan dan kini diambil oleh Allah dengan jaminan pahala yang besar jika engkau sabar dan ikhlas. Karena itu, wahai Mu’adz, jangan sampai duka hatimu menghilangkan pahalamu sehingga kau akan menyesali apa yang terlepas dari tanganmu dan andaikan engkau mengetahui pahala musibahmu, niscaya akan mengetahui bahwa musibah itu kecil (dibanding pahala bila bersabar). Dan ketahuilah bahwa dukacita ini tidak dapat mengembalikan orang yang telah mati dan tidak bisa mengurangi kesedihan karena itu hilangkan susahmu dengan apa (pahala/anugerah) yang akan turun padamu, seakan-akan sudah turun. Wassalam “

Mungkin rejeki saya tidak tertukar, mungkin mereka memang lebih berhak dari saya. Rejeki tak pernah tertukar. la mani'a lima a'thoita, wala mu'tia lima mana'ta. Tak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan dan tak ada yang mampu memberi apa yang Engkau cegah. Dan penderitaan ini harus kita rasakan; masih bukan apa-apa dibanding kenikmatan yang kita terima. Sabaaar……….