28/03/15

MAU COBA STEAK HYENA - BISMILLAH


MAU COBA STEAK HYENA – BISMILLAH
Oleh: Jum’an

Bagi penggemar dunia fauna terutama yang suka menonton NatGeo Wild atau Animal Planet pasti tahu apa itu “Hyena” hewan asal Afrika, Timur Tengah dan Asia Tengah yang perawakannya mirip anjing dengan suara meringkik yang khas. Dalam bahasa Arab disebut Ad-dhobu’ (الضبع). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebut dubuk yaitu binatang buas yg suka makan bangkai, bulunya ada yang loreng dan ada yang tutul. Mereka yang berasal dari lingkungan pesantren mungkin lebih akrab dengan nama ini karena dubuk disebut-sebut dalam hadis dan sering menjadi pembicaraan. Hyena suka mencuri atau menghabiskan sisa makanan singa atau binatang buas lainnya. Konon mereka juga suka membongkar kuburan manusia dan memangsa isinya. Menurut  International Business Times (UK) populasi global hyena loreng pada 2008 kurang dari 10 ribu ekor dan diklasifikasikan sebagai hampir terancam punah. Ancaman utama datang dari manusia. Mereka diburu untuk digunakan sebagai obat-obat tradisional, terutama bagian otaknya dan kulitnya diperdagangkan secara ilegal. Pemburu hyena di Maroko sanggup berjalan ratusan kilometer untuk menangkap spesies ini, karena harga jualnya yang tinggi. Hyena banyak juga dibunuh orang dengan racun karena dianggap mengancam kehidupan ternak dan manusia. Sekarang ancaman kepunahan hyena loreng makin bertambah dengan meningkatnya selera orang-orang Saudi terhadap daging binatang buas itu untuk dimakan.

Belum lama ini Saudi Gazette sebuah harian di Jeddah memuat judul “Orang-orang Saudi melahap daging Hyena sementara hewan itu sedang terancam punah”. Berburu dan memakan daging hyena mungkin terdengar aneh bagi banyak orang, tapi tidak bagi orang Saudi; banyak dari mereka menganggapnya sebagai santapan yang lezat dan nikmat. Sementara mereka maruk menyantap daging binatang buas itu, jarang yang menyadari bahwa hewan itu berada di ambang kepunahan. Menurut harian Al-Watan hyena berada dlm daftar hewan yg terancam punah.  Direktur Wildlife Research Centre di Taif, Ahmad Al-Bouq mengatakan ancaman terhadap spesies ini sangat serius. Hyena terancam punah di Saudi Arabia," kata Bouq.

Sementara kebanyakan mazhab menganggap hyena haram, mazhab Syafi'i justru menghalalkannya. Dan, karena keempat mazhab diberikan hak yang sama di Saudi Arabia, maka bagi pengikut mazhab Syafi’i tidak dilarang untuk memakannya. Tapi sebagian besar daftar makanan, memasukkannya ke dalam kategori terlarang. Prof. Dr. Saud Thubaiti, dosen Fakultas Syariah Univ. Umm Al-Qura Makkah mengatakan bahwa Nabi (saw) telah melarang makan daging binatang pemangsa yang mempunyai taring dan burung yang mempunyai cakar tetapi beliau mengizinkan memakan daging hyena. Posting pembahasan tentang hukum memakan daging hyena menurut Islam dapat dibaca diantaranya disini dan disini dan juga disini. Dan banyak sumber lainnya.
Kelompok ekstrim Al-Syabaab di Somalia yang termasuk aliansi Al-Qaeda, pada Agustus  2012 juga menyatakan daging hyena adalah halal dan sejak itu restoran-restoran mulai menjualnya dan harganya telah meningkat begitu tinggi sehingga sekarang hanya dapat dijangkau oleh orang-orang kaya. Daging hyena juga dimakan di Pakistan dan Iran, di mana ia juga dianggap halal. Kata seorang penggemar daging hyena di Arab Saudi, ia menyukai rasa daging hyena karena memiliki rasa yang unik dan memiliki efek yang lebih kuat dari obat kuat (perangsang seks) yang terkenal. Menurut Saudi Gazette hyena sedang banyak dikonsumsi oleh orang Saudi dan dianggap "hidangan unik yang lezat dan nikmat". Pemburu hyena biasanyan segera membersihkan jeroan binatang itu setelah membunuh atau menyembelihnya untuk mencegah racun keluar dari jeroan ke dalam daging. Dr. Saud Thubaiti mengatakan banyak orang jijik dengan daging hyena karena bentuk hewan itu, dan fakta bahwa hyena adalah predator, pemangsa hewan lain.  Ada pula yang mengungkapkan kekecewaan dan keheranannya pada orang-orang yang makan daging hyena, karena hyena adalah pememakan bangkai. Dr. Mundzir Abdullah, seorang internis, mengatakan tidak ada studi ilmiah yang membuktikan bahwa daging hyena bermanfaat bagi kesehatan manusia, ataupun sebaliknya. Dia juga mengatakan bahwa makan daging hyena tidak menyembuhkan penyakit sebagaimana dipercaya oleh sebagian orang. Tetapi ia menyarankan bahwa lebih baik untuk menghindari memakannya karena hyena adalah hewan pemakan bangkai.


Kemungkinan kita menjumpai menu “Grilled Loin of Hyena” atau “Hyena Burger” dan sejenisnya adalah jarang. Di Indonesia tidak ada hyena, jadi tak usah peduli. Tetapi banyak orang kita yang pergi ataupun tinggal di Saudi Arabia, sehingga kemungkinan menjumpai menu daging hyena tetap ada. Bila anda seorang yang peduli madzhab dan mengikuti madzhab Syafi’i, silahkan bismillah! Bila anda pengikut Hambali, Hanafi atau Maliki, pesan saja steak yang lain. Apapun madzhab anda, bila anda peduli lingkungan dan konservasi alam, ingat bahwa tidak etis memakan daging hewan yang sedang terancam punah. Bila anda mencari menu perangsang seks yang melebihi Viagra anda tetap harus merasa tega mengunyah daging hewan pemakan bangkai termasuk mayat manusia…….

19/03/15

TINGGALKAN STANDAR MALAIKAT


TINGGALKAN STANDAR MALAIKAT
Oleh: Jum’an

Ketika ada rejeki tak terduga diakhir tahun, saya alokasikan seluruhnya untuk memperbaiki mobil yang sudah peot-peot dan penuh goresan, belum pernah di kenteng atau dicat ulang. Tentu saya sisakan sebagian untuk transportasi kekantor selama mobil menginap dibengkel. Sudah lama saya merindukan penampilan body yang mulus dan mengkilap; tentu akan ada pengaruhnya terhadap suasana hati dan moga-moga juga peruntungan. Saya memilih bengkel “Body Repair dan Cat Oven” bukan sekedar las-ketok-duco manual pinggir jalan. Setelah lebih dari dua minggu ditunggu tunggu, iapun pulang dengan membawa pesona dan wibawa: bentuknya gagah, warnanya terang, tanpa peot tanpa baret, gres seperti baru. Sakti benar uang itu. Diubahnya wajah buruk yang dekil menjadi cantik dan gaul. Tanpa banyak bertanya, langsung memberi bukti dan daya guna! Sayapun merasakan dampaknya. Timbul gairah dan keceriaan baru dalam keseharian saya. Alangkah senangnya bila suasana baru yang menyenangkan ini dapat bertahan lama. Sayapun bertekad untuk menjaganya se-awet mungkin. Mengemudi dengan ekstra hati-hati untuk menghindari serempetan dan benturan. Terutama ketika melalui jalan sempit, parkir mudur di kandangnya yang pas-pasan atau  dimana saja. Saya siap menegakkan disiplin dalam memelihara mobil saya.

Siapapun yang ingin mencapai keinginan yang ideal haruslah memasang standar yang tinggi, aturan yang ketat dan disiplin yang kuat. Berlaku untuk siapa saja; para produsen, penyedia jasa, penulis, maupun ibu rumah tangga. Berdisiplin dalam berkendara bukanlah solusi yang tuntas karena yang separohnya lagi tergantung pada disiplin kendaraan lain. Sehingga disamping mengendalikan diri kita harus sekaligus terus menerus awas dan waspada terhadap suasana sekitar yang anda tahu, tidak peduli dengan keselamatan kendaraan kita. Karena mereka, terutama para pengendara motor yang jumlahnya ribuan, nampaknya siap untuk menyerempet setiap saat. Belum lagi pengemis anak-anak di lampu merah yang suka menempelkan muka dengan ingusnya dijendela. Nampaknya kesaktian uang tidak hanya membawa berkah tetapi juga ketegangan dan permusuhan. Saya belum pernah merasa sebenci ini terhadap pengendara motor maupun pengemis. Yang membuat kita frustrasi karena kita tidak punya kemampuan sama sekali untuk mengendalikan mereka. Rasanya hanya malaikat yang sanggup melakukan tugas ganda seperti itu karena mereka hanya menjalankan perintah dan tidak memikirkan diri sendiri. Membenci pengemis yang seharusnya dikasihani, para pengedara motor yang juga sesama pencari nafkah adalah perbuatan yang salah. Apa lagi hanya demi penampilan sebuah mobil yang kalau dijual hanya cukup untuk membayar uang muka mobil yang baru. Sebenarnya selama ini ia saya pelihara hanya karena tidak mampu membeli yang lebih baru. Jadi apa boleh buat, dingin saya selimuti, sakit saya obati, rusak saya perbaiki. Berburu onderdil bekas pun saya jalani. Sungguh tidak seimbang. Sementara wajah baru hasil perbaikan sudah mulai pudar dan keceriaan saya sudah tak terasa lagi, saya masih memasang standar malaikat, tegang mengawasi musuh-musuh yang saya ciptakan sendiri. Sebenarnya tidak masuk akal kalau mereka berniat menyerempet mobil saya hanya karena iri melihat kemulusannya. Kenapa saya harus tegang dan melotot.

Suatu kali tanpa ketahuan asal-usulnya saya melihat sebuah goresan tajam cukup panjang di lambung kiri belakang, seperti bekas paku. Saya merasa sakit hati, serasa ditusuk dari belakang oleh siluman yang tidak mungkin saya lacak siapa dia. Yang jelas bukan seorang yang selama ini saya awasi yaitu pengendara motor ataupun pengemis. Entah siapa. Bagaimanapun perjuangan saya yang menegangkan telah berakhir dan gagal. Sejak itu dari hari kehari ketegangan saya menurun demikian pula kebencian saya terhadap pengendara motor dan pengemis. Saya tetap berhati-hati dalam mengemudi maupun memarkir, hanya saja tanpa beban ketegangan takut lecet atau penyok tersodok. Dan saya tidak keberatan seandainya ada tambahan satu atau dua goresan lagi. Mencapai keunggulan dalam suatu pekerjaan memang merupakan idaman setiap kita tetapi mencapai kesempurnaan adalah hak dan wilayah Allah saja. There is always room for improvement – selalu ada ruangan untuk perbaikan, tetapi akan tiba saatnya dimana usaha perbaikan tidak lagi memberikan hasil yang sesuai dengan waktu yang dibutuhkn. Jika pemuasan dilakukakn terus menerus maka kenikmatan akan terus-menerus menurun sampai sampai akhirnya jenuh. Sebaiknya kita tahu lebih dulu akan keterbatasan-keterbatasan kita, bila tidak kita akan berakhir tanpa menghasilkan apapun. Lepaskan saja standar malaikat, bertindaklah realistis. Kita terbatas, jauh dari sempurna. Apalagi bila kita bekerja bersama, bila hasil kerja kita baik belum tentu yang lain sebaik kita. Dengan mengakui keterbatasan yang kita miliki, kita tidak perlu malu mengatakan “maaf saya tidk bisa”. Melepaskan obsesi adalah lega seperti melepaskan beban berat dipundak. Kita tidak lagi ketakutan berbuat kesalahan.


Konon para penenun karpet Persia yang indah-indah itu, menggunakan cara yang unik untuk menunjukkan ketidaksempurnaan mereka: mereka sengaja membuat kesalahan kecil dalam pekerjaan mereka. Dengan begitu, mereka tahu karpet tidak sempurna dan terbebas dari perasaan menyaingi Tuhan karena hanya Dialah yang sempurna. Karena itu mari kita rayakan lecet pertama pada mobil kita, uban-uban pertama dikepala kita serta kerut-kerut di leher kita. 

01/03/15

PENGHINAAN DAN PEMBALASAN


PENGHINAAN DAN PEMBALASAN
Oleh: Jum’an

Selama hidup kita tumbuh menjadi lebih matang dan dewasa melalui saling hubungan antara sesama manusia. Menurut teori, hubungan merupakan kebutuhan sentral bagi manusia. Penelitian masa-kini tentang otak menunjukkan bahwa manusia tercipta untuk saling berhubungan. Orang memerlukan hubungan sebagaimana mereka membutuhkan udara, makanan, dan air, lebih dari keperluan mereka akan kebebasan dan kemerdekaan. Dari logika primanya hubungan, penghinaan dapat di artikan sebagai pelanggaran berat, serangan terhadap kebutuhan asasi seseorang untuk berhubungan. Penghinaan membahayakan kelangsungan hidup seseorang karena mengancam hubungan yang vital bagi seseorang. Penghinaan merupakan kekuatan yang paling telak dampaknya sebagai penyebab perpecahan antara manusia dan merusak hubungan. Penghinaan menyakitkan hati dan membangkitkan emosi untuk membalas dendam.

Saya sakit hati karena kau hina, maka kupukul engkau. Setimpal! Eh, engkau malah membacok. Kubunuh kau sekalian! Cubitlah daku engkau kucakar. Gigitlah daku engkau ku telan. Saling membalas sampai tidak ketahuan lagi siapa yang memulai. Cycle of Revenge  akan menggelinding terus tanpa henti dan tak terelakkan akan membawa kerusakan. Karenanya seperti kata peribahasa, sebelum berangkat membalas dendam galilah dua liang lahat: satu untuk musuhmu dan satu lagi untuk dirimu. Penelitian membuktikan bahwa membalas dendam untuk melampiaskan emosi meskipun lebih tunai ketimbang pengadilan yang berlarut-larut, ternyata tidak menuntaskan solusi. Seperti air asin yang tidak memuaskan dahaga. Pikiran seorang pembalas dendam akan melekat terus pada sasarannya, sehingga luka hatinya tetap menganga dan akan semakin makin parah bila balas dendamnya tidak atau belum terlaksana. Pembalas dendam umumnya menyebut tindakannya sebagai membela diri, melindungi hak atau menegakkan keadilan. Selalu! Hanya Tuhanlah yang maha tahu. Serangan 11 Sept. 2001 dibenarkan oleh Bin Ladin segagai pembalasan yang setimpal atas penggunaan tanah airnya (Saudi Arabia – dimana dua tempat suci Islam berada) sebagai pangkalan untuk menyerbu Iraq pada Perang Teluk. Tetapi serangan 11 September justru dijadikan sebagai justifikasi oleh Amerika untuk menyerbu Afganistan dan kemudian Iraq. Balas-membalas pun silih berganti sampai sekarang. Pembalasan dendam adalah pangkal kehancuran.

Dalam wawancara dengan Qantara, Karen Armstrong mantan biarawati dan sarjana perbandingan agama Inggris, (biografi oleh Dziki Fuad disini) mengungkapkan bahwa ada tradisi panjang dan memalukan penghinaan terhadap Islam di Eropa. Armstrong menolak gagasan bahwa Islam pada dasarnya lebih keras daripada Kristen. Dunia Barat bersikukuh bahwa kekerasan yang dilakukan umat Islam berpangkal dari ayat-ayat Qur’an tertentu. Karen mengatakan bahwa kekerasan umat Islam adalah justru sebagian merupakan produk dari penghinaan Barat. Sepanjang sejarah ayat-ayat Al-Quran tidak menginspirasi kegiatan terorisme. Setiap imperium (India, Cina, Persia, Romawi, kerajaan Inggris dan juga kerajaan Islam) tergantung pada kekuatan. Selain itu, sampai periode modern, Islam memiliki catatan toleransi yang jauh lebih baik dari Kristen Barat. Ketika Tentara Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka membantai penduduk Muslim dan Yahudi yang mengejutkan Timur Tengah, yang belum pernah melihat kekerasan tak terkendali itu, kata Armstrong. Lebih banyak kekerasan baik dalam Injil Ibrani dan Perjanjian Baru daripada ada dalam Qur’an. Para theolog yang mengklaim bahwa tidak ada ayat dalam Injil yang seperti dalam surat al-Baqoroh ayat 191-93 mungkin lupa akan Kitab Wahyu (Book of Revelation), yang merupakan teks paling disukai kaum fundamentalis Kristen yang menantikan pertempuran Akhir Zaman yang akan menghancurkan musuh-musuh Allah. Bahkan Yesus, yang mengatakan kepada murid-muridnya untuk mencintai musuh-musuh mereka dan memberikan pipi kiri jika ditampar pipi kanannya, memperingatkan para pengikutnya: "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi, bukanlah  perdamaian Aku bawa datang tapi pedang. "(Matius 10: 34). Semua kitab suci memiliki ayat-ayat keras yang dapat dikutip diluar konteks, diberi arti yang tidak semestinya, sengaja untuk menghapuskan ajaran damai yang menginspirasi semua agama dengan sangat baik. Kepercayaan Barat bahwa Islam adalah agama yang membawa kekerasan didalamnya, berasal dari zaman Perang Salib. Ketika mereka menyerang kaum Muslimin, para biarawan diam-diam merasa cemas dan bersalah atas kebrutalan pejuang mereka karena Yesus mengatakan kepada para pengikutnya untuk mencintai musuh-musuh mereka bukan untuk memusnahkan mereka.  Para biarawan itu memproyeksikan kecemasan perilaku mereka sendiri kepada korban-korbannya dan menyebarkan bahwa Islam adalah agama pedang.

Sehubungan dengan serangan terhadap Charlie Hebdo, Karen mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai lambang suci ummat Islam telah dikarikaturkan di Barat sebagai tokoh kekerasan, ayan dan penipu licik. Gambaran yang menyimpang dari Islam telah dikembangkan sejak abad pertengahan ketika umat Kristen Eropah memerangi umat Islam di Palestina untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslimin. Jadi serangan terhadap para karikaturis di Paris itu adalah bagian dari produk penghinaan Barat terhadap Islam.


Buku Karen Armstrong terbaru berjudul "Fields of Blood: Religion and the History of Violence" (2014) menceritakan tentang kekerasan dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam. Pada 1999 Armstrong menerima Muslim Public Affairs Council’s Media Award, memberi ceramah pada Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) serta memperoleh penghargaan dari Pusat Islam California atas usahanya mempromosikan saling pengertian antara agama.