15/05/14

COCKTAIL MAUT TANPA AIR MATA


COCKTAIL MAUT TANPA AIR MATA
Oleh: Jum’an

Hukuman mati jelas disebut dalam kitab suci tiga agama Islam, Nasrani dan Yahudi dan banyak orang yakin akan mencegah orang untuk membunuh karena takut akan hukuman yang sangat berat, baik didunia maupun diakhirat. Setidaknya ada tujuh cara hukuman mati yang semuanya mengerikan. Yaitu dengan cara dipancung, digantung, disetrum dikursi listrik (electrocution), kamar gas, disuntik mati (lethal injection), ditembak atau dirajam. Semuanya terdengar dan terkesan sangat mengerikan. Dipancung, kepala jatuh menggelinding dengan mata terbuka sedangkan tubuh menggelepar sebelum benar-benar mati. Hukuman gantungan kalau terlalu cepat jatuhnya, badan kelojotan dan kalau kurang cepat kepala meronta karena tercekik. Kursi listrik akan menimbulkan bau daging manusia terbakar yang menyengat dan kulit kepala megeluarkan asap. Di kamar gas orang tersedak menyeramkan dan terlalu lama matinya. Dengan suntikan, seperti anda baca dibawah ini, tidak kalah mengerikan jika terjadi kesalahan kecil sekalipun dan sudah sering terbukti. Ditembak terlalu ganas, dada ditembus peluru dengan mata ditutup dan tangan diikat kebelakang. Begitu juga dirajam yaitu dlempari batu sampai mati. Semuanya nauzubillah min dzalik.

China, Amerika, Iran dan Saudi Arabia tercatat sebagai negara-negara yang paling banyak melaksanakan hukum mati. Karena banyak negara menetapkan hukuman mati didalam konstitusi mereka, masing-masing juga mempunyai petunjuk pelakanaan yang mungkin mereka anggap cara eksekusi yang lebih manusiawi, tak nampak menyiksa, tidak mengesankan balas dendam, berdarah-darah dan tidak berlama-lama. Bahkan konon Kusni Kasdut penjahat legendaris yang dihukum mati pada tahun 1980, malam sebelumnya dijamu keluarganya dengan makanan enak-enak (cap cay, mi dan ayam goreng), makanan yang tidak akan sempat dicerna sampai sempurna karena esok hari hidupnya sudah harus berakhir. Kedua matanya ditutup untuk mengurangi rasa takut. Kabarnya, salah satu senapan dari regu tembak berisi peluru kosong sehinga semua anggota regu tembak berharap semoga bukan peluru mereka yang membunuh si terpidana. Alangkah manusiawinya!

Setidaknya ada dua cara untuk menyuntik mati seorang terpidana. Pertama dengan sekali suntik bius over-dosis sehingga tertidur dan tidak bangun lagi. Yang kedua, yang dianggap lebih cepat dan lebih aman, dengan menggunakan suntikan tiga tahap. Yaitu di bius, dilumpuhkan, dihentikan jantungnya. Pada tahun 1977 Jay Chapman seorang dokter Amerika membuat ramuan yang disebut Three Drugs Cocktail yang sejak itu dipakai disana untuk mengeksekusi terpidana mati dengan suntikan (lethal injection).
Cocktail itu terdiri dari tiga bahan kimia yang akan disuntikkan secara berturut-turut melalui saluran infus. Mula-mula larutan Sodium Thiopental suatu senyawa barbiturat yang merupakan obat bius super cepat untuk menidurkan terpidana. Lalu menyusul larutan Vecuronium Bromide yang berfungsi melemaskan dan melumpuhkan seluruh otot-otot tubuh sehingga tidak dapat digerakkan. Terakhir suntikan larutan Potassium Chloride yang berfungsi untuk menghentikan denyut jantung. Secara teoritis suntikan tiga tahap ini akan mematikan dengan aman, cepat dan tak terasa. Tetapi kenyataan tidak demikian. Hukuman mati dengan cara ini sering berjalan tidak mulus. Memasang infus dalam suasana tegang tidaklah mudah. Apalagi kalau “pasien” terlalu gemuk, gemetar atau pemakai narkoba. Jadi pembiusan pertama mungkin tidak sempurna. Tetapi karena kemudian tubuh dilumpuhkan dengan suntikan kedua, tim eksekusi tidak tahu apakah pasien mereka merasakan sesuatu atau tidak. Padahal suntikan ketiga yaitu larutan Potassium Chlorida diketahui bakal menimbulkan rasa sakit yang luar biasa panas membakar urat-urat darah bila saraf-saraf masih bekerja dan tidak terbius dengan sempurna. Jadi akibatnya justru kematian yang sangat menyakitkan tanpa seorangpun menyadarinya karena siterpidana hanya diam, berkedippun tidak. Derita tanpa air mata.

Kegagalan eksekusi dengan suntikan selain dapat mengakibatkan si terpidana mati dengan tersiksa dan kesakitan tetapi badan dan mukanya nampak tidur damai, juga dapat mengakibatkan yang sebaliknya. Akhir April 2014 lalu Clayton Lockett seorang pria kulit hitam usia 38 tahun menjalani hukuman mati dengan suntikan di penjara Negara Bagian Okahoma Amerika. Tetapi pelaksanaannya tidak berjalan mulus. Clayton sempat sekarat meronta-ronta dan menggelepar-gelepar sementara terikat ditempat ia dibaringkan selama 43 menit. Tubuhnya berkedut dan kemudian kejang-kejang. Tampak seperti tubuh bagian atasnya berusaha untuk mengangkat pembaringan tepat ia diikat. Akhirnya ia mati akibat serangan jantung. Pada 16 Januari tahun ini terpidana mati dari Ohio, Dennis McGuire, megap-megap, sesak nafas dan kejang selama lebih dari 10 menit sebelum mati oleh koktail obat yang digunakan dalam eksekusi. Setelah pelaksanaan prosedur eksekusi, jasadnya masih berkali-kali mendengus, mengeluarkan suara mengorok dan melekukkan punggungnya, menggeliat kesakitan; terlihat dan terdengar seolah-olah ia tercekik. Hal ini berlangsung selama 19 menit.


Jadi meskipun Lethal Injection dianggap sebagai cara yang paling cepat, aman dan tak terasa, kenyataanya banyak juga mengalami kegagalan. Kasus eksekusi Clayton dan McGuire merupakan buktinya. Maut adalah rahasia Sang Khaliq. Wallohu a’lam. Tulisan ini adalah update tulisan saya dengan judul yang sama.

07/05/14

PENUH KEBENCIAN SESAMA WANITA


PENUH KEBENCIAN SESAMA WANITA
Oleh: Jum’an

Simaklah curhat Erica Sanchez ini. Saya kutip sebagai acuan, meskipun kesaksian seperti ini sangat lumrah dimana-mana. Erica adalah seorang feminis, dan wartawan freelance. Katanya: pernahkah anda (wanita) masuk kesebuah ruangan yang penuh hadirin dan melihat sejumlah wanita yang memandang rendah kepada anda tanpa alasan sama sekali? Banyak wanita yang merasa sering dijadikan sasaran oleh wanita lain, bukan karena kecemburuan seksual, tapi karena rasa tidak aman dan ingin menghina. Banyak wanita merasa sering dikucilkan oleh wanita-wanita lain. Banyak wanita bersikap kasar kepada wanita lain tanpa alasan apapun. Erica sering berjumpa dengan wanita yang dengan instan berupaya menunjukkan sikap merendahkan. Seolah-olah muka Erica berlendir, seolah-olah keberadaannya mengganggu perasaan mereka. Kenapa? Padahal saya ramah! Saya lucu! Saya orang yang baik! Mengapa kamu begitu brengsek? Aku tidak mau bersaing dengan kamu. Aku juga tidak ingin merebut suami kamu. Siapa tahu aku bisa menjadi temanmu”. Budaya kita mengadu domba wanita satu sama lain. Wanita sulit bersatu sehingga tidak akan maju sebagai kelompok. Sebagai seorang feminis Erica tak yakin bagaimana caranya menanggapi perilaku ini. Ia merasa bingung setiap kali peristiwa itu terjadi. Keadaan ini menyulitkan untuk bersahabat dengan wanita lain dan ia benci itu. Ia ingin dikelilingi dan merasakan suasana “sesama wanita”; mengapa mereka membuatnya begitu sulit? Jangan salah paham – Banyak wanita saling bersahabat dan erat - tetapi itu jarang. Mayoritas wanita siap membenci wanita lain sejak bertemu muka pertama kali. Pantas dikasihani bukan? Apa yang ditulis Erica sebenarnya banyak dialami wanita dimana-mana bahwa sesame wanita memang penuh kebencian…….

Menurut pakar psikologi Dr. Seth Meyers kebencian sesama wanita memang berakar dalam jiwa mereka. Kalau kita dengar dan renungkan betapa pedasnya umpatan mereka kepada wanita lain (Sikucing gatal! Sirok dalam yang kumal!) mengingatkan kita bahwa perempuan jauh lebih kejam satu sama lain daripada laki-laki."Pandangan wanita terhadap wanita lain lebih kritis dari pada pandangan pria terhadap pria lain. Menurut penelitian kebanyakan mahasiswi tidak suka berteman dengan mahasiswi lain yang nampaknya tak pilih-pilih pasangan, dibanding mahasiswa yang tak terlalu pilih-pilih teman sesama mahasiswa. Wanita dengan jelas menandai wanita lain yang tidak selektif dan sekaligus memiliki keyakinan negatif tentang dirinya. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa wanita lebih sensitif dibandingkan pria dalam hal pengucilan, dan ketika mereka merasa terancam akan dikucilkan, respon pertama seorang wanita adalah mengucilkan pihak ketiga. Nicki Crick professor piskologi anak dari Unversitas Minnesota yang telah lama meneliti masalah agresi dengan cara merusak hubungan atau status sosial seseorang, menyatakan bahwa jenis agresi ini lebih sering dilakukan oleh wanita ketimbang oleh pria. Menurut Crick kemungkinan besar sikap negatif perempuan sebenarnya merupakan manifestasi dari agresi relasional itu. Crick juga mengatakan bahwa wanita yang keji terhadap wanita lain sering dibesarkan oleh seorang ibu yang tidak menyukai dirinya sendiri dan juga secara umum tidak merasa hangat terhadap perempuan. Faktor lain adalah kecemasan. Sebagian besar kebencian wanita sebenarnya berasal dari perasaan minder dalam segi kehidupan yg mereka nilai penting; dan membela dirinya dengan mencemooh perempuan lainnya. Dengan kata lain, karena minder dia iri hati terhadap apa yang mereka miliki. Para wanita juga merasakan kecemasan yang jauh lebih besar dlm hal penampilan dibandingkan pria, dan wanita merasa, tekanan kaum pria dan media agar wanita langsing dan cantik misalnya, menjelma menjadi bibit permusuhan sesama mereka. Lepas dari hasil penelitian, bisa dimengerti jika perempuan merasa harus berusaha keras untuk mengamankan status sosial apapun yang mereka dapat, dan ini kadang-kadang dapat berbentuk praktek pengucilan wanita lain.

Menurut sasterawan Inggris abad 19 Walter Savage Landor, "Tidak ada persahabatan yang lebih indah dan mesra seperti persahabatn antara wanita dengan wanita (tetapi juga), tidak ada dendam yang teramat sangat dan tak tergoyahkan seperti dendam wanita kepada wanita." Dan dendam seorang wanita umumnya disebabkan oleh cemburu seperti dikatakan pepatah Perancis: "Laki-laki lah yang menyebabkan perempuan tidak menyukai satu sama lain." Pepatah lain juga mengatakan bahwa "Seorang wanita lebih kekal dalam kebencian daripada dalam cinta". Pepatah Jerman mengatakan: "dendam seorang wanita tidak mengenal batas. Seorang wanita ketika terbakar oleh cinta atau benci, akan melakukan apa pun."

Melakukan apapun? Ya! Rosemary Vogel (65) dari Arizona, ditangkap polisi karena  diduga menyuntikkan tinja ke saluran infus suaminya (66 th) yg sedang dirawat di rumah sakit  Chandler Regional Medical Center seusai operasi jantung. Ia kepergok sedang mengakali saluran infus suaminya, yang kedapatan mengandung zat berwarna cokelat. Hasil test laboratorium membuktikani bahan dalam saluran infus itu adalah kotoran manusia (tinja), yang juga ditemukan dalam alat suntik yang sudah kosong dalam tas Rosemary; yang adalah mantan perawat yang bekerja di rumah sakit itu juga. Tindakan cepat para perawat ternyata telah menyelamatkan nyawa pria itu. Usaha membunuh dengan cara menyuntikkan cairan tinja kejantung suami yang sedang dalam pemulihan dan sudah hidup bersama selama 30 tahun adalah salah satu bukti dendam wanita yang teramat sangat……..


02/05/14

DARI MTV KE TANAH SUCI


DARI MTV KE TANAH SUCI
Oleh: Jum’an


(Zaenab) Eva Ahmad (51 th) adalah seorang penulis dan mantan penyiar radio BBC. Ia blasteran antara ibu Inggris dan ayah Pakistan. Karyanya banyak dimuat dalam media Inggris terkenal seperti The Times, The Guardian dan berbagai harian lain. Ia sekarang tinggal di Oxford sebagai penulis dan konsultan komunikasi. Masa remajanya dapat dikatakan tidak bahagia. Sejak kecil ia merasa tidak suka dan ingin lari dari Islam yang diajarkan oleh ayahnya. Menjadi orang Islam menurutnya berarti serba jangan; semua yang menyenangkan haram. Tidak boleh bersiul, tidak boleh mengunyah permen karet, naik sepeda, nonton acara tangga lagu-lagu, tidak boleh berpakaian ketat atau terbuka, tak boleh berdandan, tidak boleh makan dijalan, menaruh tangan di saku, memotong rambut atau melukis kuku. Tak boleh banyak tanya, tidak boleh memelihara anjing untuk mainan. Duduk disebelah pria, berjabat tangan atau saling memandang. Aturan dasar ini diberlakukan oleh ayahnya sebagai upaya untuk menjadikannya muslimah yang baik. Begitu mencapai usia 18 dan masuk universitas, ia membuang seluruh paket peraturan itu dan menolak untuk kembali ke Islam. Ia pun menghapus nama depan Zaenab (nama istri nabi) yang diberikan orang tuanya. Pikirnya, siapa wanita merdeka masakini di Inggris yang mau memilih kehidupan seperti itu. Belakangan pada usia lima puluh ia terheran-heran dengan makin banyaknya wanita karir modern Inggris yang memeluk Islam. Termasuk diantaranya Lauren Booth adik ipar Tony Blair mantan PM Inggris. “Bagaimana mungkin mereka tertarik dengan agama yang telah membuat saya merasa begitu hina seperti budak? Kenapa pengalaman mereka dengan Islam begitu berbeda dengan saya?” Eva pun berusaha mengeksplorasi sebab-musababnya dan menuangkan hasilnya di Mail Online, disini.

Sepintas kita memahami kasus Eva Ahmad. Mungkin Islam ayahnya terlalu kaku atau ia tidak arif dalam mewujudkan niat baik dalam mendidik anaknya. Atau Eva memang anak bengal……. Yang menarik untuk diteliti sebab-musabanya adalah justru disaat Islam sering diidentikkan dengan terorisme dan penindasan wanita, disaat kita melihat banyak perpecahan umat Islam, para wanita karir rasionalis itu malah memutuskan sebaliknya untuk memeluk Islam. Kalau tidak karena daya tarik yang luar biasa didalamnya, mustahil mereka melakukannya. Salah satu tokoh yang menjadi subjek penelitian Eva Ahmad adalah Kristiane Backer (49) wanita kelahiran Hamburg Jerman, seorang presenter TV, wartawan dan penulis yang sekarang tinggal di London dengan karir di seluruh Eropa. Ketika usia 20-an, Kristiane Backer adalah salah satu presenter pertama di MTV Eropa. Bertahun-tahun ia berkecimpung dalam kancah musik internasional, sangat dikagumi banyak pemirsa dan menjadi idola pers Eropa. Akrab dengan para penyanyi tenar seperti Mick Jagger, Bono, Bob Geldof, Jim Kerr dan Cat Stevens, Kristiane melesat ke garis depan budaya populer. Ia lancar berbahasa Jerman, Inggris, Perancis dan Italia serta faham bahasa Arab dasar. Ia medapat penghargaan Golden Camera dan Golden Otto yang sangat bergengsi dari televisi Jerman. Dari 1996, ia bergiat di NBC Eropa mengelola acara kebudayaan. Kristiane juga berbisnis event- organizer untuk acara-acara perdana, konferensi, dan rapat-rapat perusahaan di seluruh Eropah serta sederet profesi yang lain. Boleh dikatakan Kristiane memiliki hampir semua yang dicita-citakan seorang gadis Barat. Ia yang sudah menikmati kehidupan liberal ala Barat yang dirindukan Eva Ahmad saat remaja, lalu berbalik dan memilih memeluk Islam yang menurut Eva serba haram. Suatu ketika ditahun 92 di puncak karirnya Kristian bertemu mantan pemain kriket legendaris Pakistan Imran Khan (sekarang ketua partai Tahreek). Imran mengajaknya ke Pakistan di mana Kristiane merasa sangat tersentuh oleh spiritualitas dan kehangatan dari orang-orang disana. Dengan dukungan dari teman-teman yang dia temui melalui Imran Khan termasuk Cat Stevens aka Yusuf Islam, Kristiane mulai membaca buku-buku tentang Islam dan secara intelektual tertarik. Setelah melakukan penelitian untuk beberapa tahun dan mengajukan segala pertanyaan pada para cendekiawan dan berbagai tokoh, ia ingin mencicipi butir-butir rohani yang telah dibacanya dan secara aktif mendekatkan diri kepada Tuhan. Jadi, meskipun secara intelektual yakin, keputusan untuk memeluk Islam pada 1995 merupakan suatu ketetapan batin. "Di Barat, kami dituntut untuk memenuhi alasan-alasan dangkal, seperti pakaian apa yang akan dikenakan. Dalam Islam, orang melihat ke tujuan yang lebih tinggi. Semua dilakukan untuk memenuhi ridho Allah. Itu adalah sistem nilai yang sama sekali berbeda. Saya merasa kosong di dalam dan sadar betapa terbebaskannya menjadi seorang Muslim.” Pengalamannya tentang ibadah haji dan tulisannya tentang ibadah puasa dapat dibaca disini dan disini .

Dia mengatakan: “Di Jerman ada Islamofobi. Saya kehilangan pekerjaan saya ketika saya pindah agama. Ada kampanye pers melawan saya dengan sindiran tentang semua Muslim mendukung teroris - saya difitnah.” Ia kemudian aktif di NBC Eropa. Kristiane Backer adalah seorang Muslim Eropa dengan ciri yang khas dibanding Muslimin sejak lahir. Ia jeli dalam membedakan antara faktor budaya dan apa yang benar-benar merupakan ajaran agama. Ia gagal menikah dengan sorang Maroko kerena merasa sang suami mengatur menurut budaya negerinya, bukan menurut Islam. “Sebagai seorang Muslim Eropa, saya mempertanyakan segala sesuatu - saya tidak menerima secara membabi buta. Ia sangat suka dengan keramahan dan kehangatan dari komunitas Muslim. London adalah tempat terbaik di Eropa bagi umat Islam, ada budaya Islam yg indah di sini dan saya sangat senang.”


Pada 2012 Kristiane menerbitkan buku “From MTV to Mecca: How Islam Inspired My Life”  di Inggris. Buku laris ini berisi pengalaman pribadinya memeluk Islam dan menjelaskan bagaimana iman akhirnya memberikan kedamaian batin dan makna hidup yang ia cari. Edisi Jerman dan Belanda sudah terbit 2009 dan 2010. Edisi Indonesia, Malaysia, Urdu dan Arab 2013 dan 2014. Kristiane yakin, suatu generasi baru Muslim modern independen dapat bersatu untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukanlah agama yang menganut kekerasan dan tidak menghargai hak-hak wanita. Kristiane adalah global ambassador dari yayasan Exploring Islam, dan aktif dalam kampanye anti Islamofobi. Dia ikut dalam dialog antar agama dan promosi saling pengertian antara Islam dan Barat.