NAMAI
ALI JANGAN KEVIN
Oleh:
Jum’an
Apalah
artinya nama. Jika mawar diganti namanya dengan melati, baunya tidak akan
berubah. Nama hanyalah label dan label tidak akan mengubah esensi. Seorang
keponakan saya bernama Nadia; waktu ia dilahirkan bapaknya sedang terpesona
oleh performa pesenam legendaris Rumania, Nadia Elena Comaneci. Nadia sendiri tidak
tahu ketika diberi nama itu; orang tuanya yang mau. Ia hanya bisa menyandang nama
itu sepanjang hayat. Sekarang sebagai seorang ibu ia meberi label anak-anaknya dengan
nama yang lebih menarik dan trendy. Benarkah nama hanyalah label dan tidak
merubah esensi orang yang menyandangnya? Itu hanya sentimen yang berlebihan; ilmu
psikologi modern membuktikan beda. Penelitian menunjukkan bahwa nama yang
diberikan kepada seorang anak yang baru lahir akan berdampak terhadap
kehidupannya dikemudian hari. Ketika tumbuh dewasa ia akan terpengaruh oleh
nama mereka secara langsung maupun tak langsung. Nama memiliki potensi untuk
mempengaruhi kepribadian, harga diri, asmara dan bahkan kemungkinan kebiasaan
merokok.
Studi oleh Intitut fur
Psychologie, Max Plank Research (Berlin) dan Duke Univ, Durham USA menemukan
bahwa orang-orang yang namanya dianggap positip lebih mungkin menikmati
interaksi sosial yang positip, sementara orang-orang dengan nama negatif lebih mungkin
mengalami penolakan masyarakat. Para ilmuwan itu berpendapat bahwa kesan awal
membentuk dasar yang kuat untuk memproses informasi selanjutnya tentang
seseorang. Dan nama merupakan salah satu unsur informasi awal yang kita terima
ketika kita bertemu orang baru. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
penolakan oleh masyarakat cenderung menurunkan harga diri, meningkatkan
kemungkinan merokok, dan menurunkan tingkat pencapaian dalam pendidikan
seseorang. Jika nama yang dianggap negatif memberikan kontribusi terhadap
penolakan sosial, berarti orang-orang dengan nama negatif akan memiliki harga
diri rendah, lebih mungkin untuk merokok, dan tidak berpendidikan maju seperti
rekan-rekan mereka bernama positif.
Para peneliti memperhatikan
puluhan ribu profil “kencan online” yang dibuat oleh para pengguna internet yang
memakai nama yang sangat positip, agak positip dan yang berkesan negatip.
Sesuai dugaan, mereka dengan nama-nama yang lebih positif menerima lebih banyak
sambutan, sementara mereka yang namanya terkesan negatip lebih sedikit
sambutannya. Dengan kata lain, pengajak kencan online yang namanya dianggap
negatif lebih mungkin untuk ditolak. Nama favorit tentu bervariasi sesuai
dengan tempat dan waktu. Tapi khusus dalam penelitian ini, user pria dengan
nama yang paling positif (“Alexander”) menerima kunjungan dua kali lebih banyak
dari pengguna yang namanya paling terkesan negatif ("Kevin"). Juga
sesuai prediksi, orang-orang dengan nama negatif cenderung rendah diri, kurang
pendidikan, dan suka merokok. Gadis lajang Jerman ternyata lebih memilih untuk
tetap lajang (membujang) ketimbang memadu cinta dengan pria benama Kevin. Pantaslah
ketika rakyat Inggris sibuk menebak-nebak
nama “royal baby” mereka minggu lalu, Developmental Psychologist Jason Goldman menulis dalam The Guardian,
menyarankan kepada Pangeran William dan isterinya Kate: Apapun yang anda
lakukan, jangan beri nama putra kalian Kevin.
Dalam
sejarah Islam kita mengenal tokoh Ali bin Abi Talib yaitu sepupu sekaligus
menantu Rasulullah Muhammad SAW. Beliau dikenal memiliki berbagai kelebihan
dalam pengetahuan, kebranian, kealiman dan kedermawanan. Beliau adalah tokoh
yang namanya banyak dipakai orang. Sebuah ungkapan dalam bahasa Arab
mengatakan: Namai Ali dan biarkan. Artinya dengan nama Ali saja, sudah cukup
sebagai bekal menjalani hidup. Jadi, namai Ali jangan Kevin………..