TAHUN 2038 PENDUDUK DUNIA MAYORITAS ATHEIST
Oleh: Jum’an
Manusia tak henti-hentinya berusaha melucuti dan menelikung
agamanya agar tunduk pada selera mereka. Anehnya mereka bersikukuh untuk tetap
menganutnya sambil melemahkannya dari dalam daripada meninggalkannya. Bahkan
orang-orang yang mempunyai kelainan seperti gay dan lesbian berhasil
memenangkan perjuangan pernikahan
sesama jenis di Amerika dan bertahan menjadi penganut Kristen. Meskipun itu kasus Kristen-Amerika kita
tahu betapa fenomena seperti itu dapat merebak dengan cepat ke seluruh dunia dalam
era cyber sekarang ini. Prof. Siti Musdah, dari Univ. Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan fasihnya menjelaskan bahwa homoseks adalah
perbuatan halal. Mengapa tidak ia tinggalkan saja Islam dan hidup sekuler atau atheis?
Tidak mungkin! Karena kesejahteraan hidupnya diperoleh dari gaji dosen dan
jabatan dalam lingkungan Islam. Kecuali kalau dia bersedia pindah ke Amerika. Richard
Dawkins dedengkot Atheis Amerika, dengan Yayasan Science & Reason dan Yayasan
Freedom From Religion (FFRF) miliknya, mengelola
Clergy Project (Proyek Rohaniawan) yang bertujuan menarik dan memberi
perlindungan para pendeta, imam, rabi dan pemimpin agama lain yang mau memilih meninggalkan
iman mereka dan tidak mempercayai hal-hal gaib. Mereka membantu pendeta yang
ingin meninggalkan gereja serta menjamin biaya hidup mereka selama transisi dan
mencarikan karir sekuler. Albert Mohler, presiden Southern Baptist Seminary menamai
proyek itu potret menyedihkan dari keputus-asaan kaum atheis
dan kelompok sekuler. "Mereka memuji-muji pendeta Pantekosta yang
murtad yang tak berpendidikan, yang sudah menganut teologi liberal sebelum
menjadi pendeta dan pengagum atheist Dawkins. Proyek Rohaniwan adalah magnet
bagi pendeta penipu dan pengecut yang berbohong kepada jemaat mereka, bersembunyi
di balik keyakinan agama yang mereka khianati, bersekongkol dengan kaum atheis,
sambil masih tetap mempertahankan posisi dan gaji mereka dari gereja".
Mohler juga menuduh Dawkins, yang mensponsori Clergy Project mencoba untuk
mempermalukan gereja dan melemahkan tauhid melalui pendeta yang murtad.
Theresa MacBain, seorang pendeta Methodist yang sudah
mengabdi selama 20 tahun, murtad dan menjadi atheis pada 2012. Ia telah
diangkat menjadi Direktur
Humas American Atheist yg berdiri sejak 1963. Ia yang juga Wakil
Direktur Clergy Project mengatakan proses hilang imannya berjalan bertahap
hingga ia tidak bisa menyebut kapan ia mulai murtad. Salah satu penyebabnya
adalah pemahamannya tentang Alkitab yang menurutnya kontradiktif, kurang
landasan ilmiah atau sejarah dan kabur, yang setelah sekian lama ia simpulkan
bahwa Alkitab tidak benar. Ia juga mempertanyakan keberadaan neraka dan sulit untuk
memahami bagaimana sang Khalik tertinggi bisa menciptakan manusia yang sangat
lemah dan terbatas dan menghukum mereka kekal di tempat yang mengerikan dan amat
menyiksa. Selama dalam keraguan dan mencoba berjuang dengan isu-isu tersebut,
ia selalu merasa bahwa hal itu akan menjadikannya seorang Kristen dan pendeta
yang lebih baik. Sampai akhirnya ia menyadari bahwa bukannya demikian, tapi justru
telah benar-benar menyimpang semakin jauh dan kehilangan iman sama sekali. Ketika masih aktif sebagai pendeta ia mengatakan
bahwa ia menjalani kehidupan ganda sebagai pendeta dan sekaligus seorang
atheis. Ia merasa senang dari hari Senin sampai Kamis. Tapi mendekati hari
Minngu “saya mulai sakit perut, kepala pusing karena menyadari bahwa saya harus
mengkhotbahkan hal-hal yang saya tidak lagi percaya dan merasakan kepalsuan
diri saya."
Kaum atheis banyak terkonsentrasi di negara-negara
ekonomi maju, khususnya negara-negara demokrasi sosial di Eropa. Di negara
terbelakang, atheisme hampir tak menjadi isu. Menurut pengalaman ketika orang
menjadi lebih makmur, mereka tidak terlalu khawatir kekurangan kebutuhan pokok,
atau mati muda karena kekerasan atau penyakit. Dengan kata lain mereka dalam
keadaan aman sehingga tidak merasa perlu untuk mengandalkan pada sesuatu yang
supernatural untuk menenangkan ketakutan dan ketidak-amanan mereka. Bahwa
kemakmuran menurunkan keyakinan beragama, banyak buktinya. Penelitian jelas
membuktikan bahwa
atheisme meningkat bersama dengan naiknya kualitas hidup. Swedia 64% rakyatnya
atheis, Denmark 48%, Perancis 44% dan Jerman 42%. Sementara dikebanyakan Negara
sub-Sahara kurang dari 1%. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi, kita dapat
memperkirakan kapan dunia akan menjadi mayoritas atheis. Ini logis karena
perkembangan ekonomi merupakan faktor kunci yang bertanggung jawab untuk
sekularisasi. Peneliti mengunakan sembilan negara yang paling atheis sebagai
batu ujian yaitu Belgia, Cekoslovakia,
Denmark, Prancis, Jerman, Jepang, Belanda, Swedia dan Inggris. Kesembilan negara
ini rata-rata mencapai transisi atheis pada tahun 2004 dimana 50% populasinya tidak
percaya pada Tuhan. Produk domestik bruto mereka (PDB) rata-rata USD. 30.000,- dibanding rata-rata PDB negara di dunia
sebesar 11.000 dolar. Berdasarkan tingkat pertumbuhan rata-rata global dari PDB
sebesar 3,33% pertahun dengan beberapa koreksi lain, seluruh penduduk dunia
akan melewati ambang pintu atheisme sekitar tahun 2038.
Apakah hilangnya keyakinan agama merupakan sesuatu yang
menakutkan? Bila proses kemurtadan terjadi karena kemakmuran dan kwalitas hidup
seperti diatas maka negara-negara kafir itu nanti akan sangat bermoral dengan
tingkat kepercayaan sosial yang tinggi, kesetaraan ekonomi, kejahatan yang
rendah dan tingkat keterlibatan sosial yang tinggi. Hah? (Maaf kata kafir,
murtad dan atheis saya samakan saja
untuk kemudahan)