23/12/12

HINDARI PELECEHAN VERBAL



Oleh: Juman

Saya jarang sekali berhasil membujuk teman untuk membaca sebuah buku yang menurut saya sangat menarik, meskipun sudah saya ceritakan isinya, saya pinjami bahkan saya berikan buku itu kepadanya. Entah mengapa tetapi kata-kata saya tidak mampu untuk meyakinkan pikiran mereka. Keterangan saya kurang jelas, kurang menarik atau kurang dramatis mungkin. Kecuali, mungkin, anjuran agar saudara kita berhenti merokok yang kita sampaikan dalam suasana nafas kita kembang kempis diruang gawat darurat, sambil menunjukkan potret paru-paru kita yang penuh bercak-bercak noda. Mungkin mereka akan tergerak untuk mentaati. Anda juga tidak akan menghentikan kebiasaan membentak-bentak pelayan anda, kalau hanya saya yang mengatakan bahwa kata-kata kasar dapat memicu orang untuk bunuh diri atau bahkan membunuh anda. Bahwa pelecehan verbal merupakan benih kekerasan fisik dan ancaman penyakit. Dan bahwa kejahatan mulut itu merupakan wabah tersembunyi dalam masyarakat. Anda mungkin menganggapnya sekedar nasehat normatif belaka. Perlu dukungan bukti dan keterlibatan pribadi agar nasehat kita berbobot dan berkesan, seperti uang kertas yang hanya bernilai bila ada cadangan emas yang mendukungnya.

Bahaya pelecehan verbal diatas berasal dari desertasi Alice Carleton yang berjudul: Societys Hidden Pandemic: Verbal Abuse, Precursor to Physical Violence and  a Form of Biochemical Assault . Alice yang lahir dalam lingkungan keluarga miskin sejak kanak-kanak hingga dewasa tidak pernah bebas dari caci-maki ibunya yang kasar dan judes. Dilanjutkan dengan 31 tahun sumpah-serapah dari suami yang ringan tangan dan bermulut kotor. Ia merasa tergugah ketika membaca buku Patricia Evans tentang bahaya pelecehan verbal. Menurut Alice buku itu telah menyelamatkan jiwa dan hidupnya. Caci-maki dan sumpah-serapah seperti yang dirasakannya selama puluhan tahun itu ternyata mempunyai dampak destruktif yang sangat berbahaya yang dikatagorikan sebagai pembunuhan jiwa. Selama 15 tahun sejak itu, ia memfokuskan diri untuk menemukan jawaban tentang penderitaannya dan giat mengadakan penelitian dengan masukan dari para ahli dibidangnya, menulis serta berbicara untuk menyadarkan orang lain tentang pembunuhan yang menghancurkan jiwa itu. Ia mendapatkan gelar Master dengan judul desertasi diatas. Ia sekarang berumur 66 tahun dan menjadi ahli kesehatan mayarakat yang terkenal dengan pengalaman lebih dari 30 tahun. Desertasinya dianggap istimewa bukan hanya karena penelitian akademisnya tetapi pengalaman pribadinya yang menjadi inspirasi untuk mendalami dan menulis tentang pelecehan verbal- karena ia mengalaminya sendiri baik sebagai anak-anak maupun sebagai orang dewasa.

Kalimat yang melecehkan adalah ucapan yang berusaha melemahkan seseorang, kata-kata yang tidak benar tentang kita seperti kamu bodoh, kamu gila, kamu salah dll. Ucapan yang mencoba memberi definisi lain tentang seseorang suatu yang menurut Alice melanggar hak asasi manusia. Kata-kata seperti itu sudah banyak kita kenal tetapi pelecehan bisa begitu tersamar, tak sadar waktu kita mendengarnya. Teknik yang digunakan dalam kamp-kamp tahanan tidak berbeda dengan cara seorang ibu rumah tangga membodoh-bodohkan pembantunya, atau bahkan anaknya. Meremehkan, mengabaikan, menuduh, menyembunyikan, menolak, mengalihkan, melupakan, memerintah, merintagi. Semua kita pernah merasakan suatu waktu. Tetapi caci maki yang berkelajutan dalam hubungan perorangan tertutama terhadap seorang anak, sangat merusak yang mungkin perlu waktu hampir seumur hidup untuk dapat pulih kembali. Pelecehan verbal sering dirasakan lebih melukai dari kekerasan fisik karena menyentuh bagian terdalam seseorang.

Banyak dampak buruk dari pelecehan lisan baik psikologis maupun fisik. Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah, kerusakan sistim imunitas tubuh, gangguan penyakit kulit dan pencernaan, mati-rasa, frustrasi, mengucilkan diri sampai keinginan untuk bunuh diri. Anda mungkin pernah membaca tentang kuli bangunan yang mencincang mandor atau majikannya sampai mati karena terus menerus dilecehkan. Itulah contoh riil dari kekerasan fisik bila orang tidak bisa menjaga mulut. Pada tingkat ekstrim kejahatan lisan dapat mengakibatkan trauma berkepanjangan seperti yang diderita oleh wanita korban pemerkosaan atau korban bencana alam yang menelan harta dan anggota keluarga. Bukti penelitan Alice Carleton menunjukkan bahwa sumpah serapah dan caci maki yang terus menerus merusak fikiran, jiwa dan tubuh seseorang, lebih-lebih pada anak-anak. Ucapan Menyesal saya melahirkan kamu! dari seorang ibu sangatlah destruktif karena secara psikologis meniadakan keberadaan sang anak dan dirasakan sebagai serangan yang fatal.

Ucapan yang baik dan pememberian maaf lebih baik dari pemberian yang diikuti dengan perkataan yang melukai perasaan. Yang ini ayat Quran (S2:263). Mari kita jaga mulut, hindari pelecehan verbal!

08/12/12

REVOLUSI JILBAB AMERIKA



Oleh: Jum’an


Anda mungkin pernah membaca tulisan saya BAGAIMANA RASANYA TIDAK PAKAI JILBAB  tentang pengalaman Nadia El-Awady, ibu 4 anak dari Kairo, President World Federation of Science Journalist ketika dia mencoba untuk tampil tanpa jilbab didepan umum yang sudah dikenakannya selama 25 tahun. Ia berfikir mengapa memakai jilbab dianggap wajib. Apakah benar-benar wajib atau hanya keputusan sekelompok laki-laki yang menganggap paling sesuai pada zaman itu untuk melindungi kaum wanita? Apa harus sama sampai sekarang? Berikut ini satu lagi topik mengenai jilbab dari aspek yang sangat berbeda yang kebetulan melibatkan seorang wanita asal Kairo juga yaitu Leila Ahmad (72 th.) professor Harvard, pakar theology dengan minat kuhusus dalam bidang feminisme Islam. Ia akan menerima penghargaan Grawemeyer Award untuk bidang Agama 2013 dari Universitas Louisville berkat bukunya “Revolusi Damai: Kebangkitan Jilbab, dari Timur Tengah sampai Amerika”. (A Quiet Revolution: The Veil’s Resurgence in…)
Ia dianggap berjasa untuk ide-ide yang dituangkan dalam bukunya itu. Ia bukan saja berhasil menjelaskan berbagai makna jilbab dalam tradisi Islam yang beragam, tetapi yang paling penting analisanya bahwa terutama di Amerika sesudah peristiwa serangan WTC 11 Sept. 2001, jilbab membawa makna baru dalam interaksi antara gerakan Islam dan tradisi Amerika dalam perjuangan untuk kebebasan dan keadilan. Profesor Shannon pada pemberian penghargaan itu mengatakan: “Buku itu merupakan pembuka mata yang luar biasa  yang memberikan pendidikan, wawasan dan harapan.” Dimasa muda Leila di Mesir wanita yang mengenakan jilbab menunjukkan atau dianggap bahwa mereka adalah muslimah yang taat. Dia ingin tahu mengapa jilbab kembali mengalami masa jaya sekarang. Leila Amad mengamati bahwa dalam 10 tahun terakhir ini, semakin banyak wanita Islam di Amerika yang sehari-hari mengenakan jilbab. Pada mulanya ia menyangka bahwa ini ada hubungannya dengan gerakan Islam fundamentalis, atau penolakan terhadap kesetaraan gender dari pengaruh dominasi kaum pria dalam dunia Islam (yang ia sebut sebagai Islam Patriarkal). Tetapi dalam penelitiannya ia menemukan fakta yang sebaliknya yaitu sebagian mereka mengenakan jilbab sebagai symbol gerakan untuk perubahan sosial dan keadilan.
Setelah mewawancarai banyak wanita Islam dari berbagai latar belakang diseluruh dunia ( para feminis, nasionalis Arab, putri-putri Islam yang saleh dan para aktivis) ia mengungkapkan bahwa banyak dari mereka mengenakan jilbab sebagai symbol suatu gerakan dan untuk menegaskan identitas mereka, terutama di Amerika setelah 11 September 2001. Dengan jilbab mereka ingin mengatakan “Saya bangga menjadi Muslim dan saya ingin menunjukkan kepada anda, anda tidak usah berprasangka buruk terhadap orang Islam”. Sebagian lain berharap jilbab mereka akan membuat wanita lain berpipikir tentang gaya berpakaian mereka sendiri serta sebagai bukti keadilan sosial dan pengabdian. Sementara aktivisme sering memotivasi wanita untuk mengenakan jilbab, komitmen agama tetap menjadi alasan penting juga. "Banyak wanita mengenakan jilbab karena mereka percaya bahwa Allah menghendaki demikian" kata Leila Ahmed. Ia berpendapat bahwa dalam konteks Islam di Amerika masa kini, memakai jilbab jutru dapat menandakan tuntutan kesetaraan.
Sebelum pindah ke Amerika sebagai pengajar dan penulis, Leila yang kelahiran Kairo 1940 memperoleh gelar Doktornya dari Universita Cambridge Inggris.  Ia memfokuskan diri pada femisnisme Islam, terkenal karena karyanya tentang status historis dan sosial wanita dalam komunitas muslim. Ia khusus meneliti peran wanita dalam kaitannya dengan Islam, dan giat memerangi anggapan yang salah tentang wanita Islam baik didalam maupun diluar dunia Islam. Dalam hampir semua tulisannya ia berusaha untuk menghilangkan mitos serta kesalah-fahaman tentang Islam yang dipegang oleh orang-orang non muslim. (Anda dapat menlihat video diskusi tentang buku Leila Ahmed disini.)

01/12/12

DASAR LAKI-LAKI POLIGAM..!!


Oleh: Jum'an

Anda pasti setuju bahwa hampir semua wanita Indonesia bahkan semua wanita di dunia tidak pernah punya keinginan untuk memiliki suami lebih dari satu orang secara bersamaan. Sebaliknya mayoritas kaum pria berkeinginan untuk menikahi banyak wanita; kalau mampu, kalau berani, kalau dibolehkan dan kalau pihak wanitanya mau. Orang Barat yang umumnya beragama Kristen meskipun bersikukuh mempertahankan budaya monogami dan menunjukkan kebencian terhadap perilaku poligami tetapi mudah diduga bahwa sikap mereka sebenarnya mendua, “benci tapi rindu”. Banyak dari mereka yang kaya dan berpengaruh, para selebriti dan bahkan laki-laki awam dengan berbagai macam cara berusaha menerobos rambu-rambu yang mereka pasang sendiri untuk dapat menjalin hubungan lebih dari satu wanita. Dalam tulisannya "Are People Naturally Polygamous" Dr. Michael Price, dosen psikologi dari Universitas Brunel, London memberikan sederet contoh praktek poligami (yang ia sebut sebagai poligami de facto) yang terjadi di Amerika. Mengapa bangsa berbudaya modern dan pemuja kebebasan memilih sikap mendua yang menyulitkan warganya untuk memenuhi komitmen sosial  mereka? Menurut Price yang juga Direktur Pusat Kebudayaan dan Psikologi Evolusioner Brunel, penyebabnya tidak lain adalah karena mayoritas laki-laki pada dasarnya- secara alamiah memang bersifat poligam.

Dalam "Ehnographic Atlas Codebook", dari 1.231 budaya yang ada didunia, 84.6% diklasifikasikan sebagai pelaku poligami, 15.1% monogami dan 0.3% poliandri. Sejak lebih dari seratus abad yang lalu ketika manusia masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil (hunter-gatherer)  dan suku-suku diseluruh dunia secara historis telah mempraktekkan poligami. Meskipun demikian hanya sebagian kecil yang mampu melakukannya karena untuk menghidupi keluarga besar diperlukan kekayaan dan status tinggi. Sulitnya menimbun kekayaan pada zaman itu menyebabkan mereka yang malakukan poligami hanya mampu menikahi dua atau tiga istri saja. Baru setelah zaman peradaban pertanian skala besar beberapa ribu tahun yang lalu, orang mampu menimbun harta dalam jumlah besar, laki-laki yang mampu berlomba-lomba memiliki istri sebanyak-banyaknya. Begitu menurut Laura Betzig dalam bukunya Despotism and Differential Reproduction. Pola ini terjadi diseluruh dunia. Pikiran manusia modern, kata Michael Price, merupakan adaptasi dari leluhurnya yang berkembang dalam lingkungan poligami. Itulah sebabnya mengapa semangat  poligami tetap hidup dalam budaya Barat sekalipun, meski secara sosial mereka memilih pola monogamis.

Perkawinan poliandri (satu istri dengan lebih dari satu suami) tidak populer karena manfaat poligami bagi pria jauh lebih tinggi dari pada poliandri untuk wanita. Singkatnya dari segi memperoleh keturunan, pria jauh lebih beruntung dari pada wanita dengan memiliki banyak pasangan. Atau, kerugian dari sistim poliandri bagi laki-laki jauh lebih besar dibanding kerugian sistim poligami bagi wanita. Misalnya anda seorang suami kedua dalam perkawinan poliandri; bila istri milik bersama telah hamil oleh benih suami pertama, maka anda harus menunggu 9 bulan lebih sampai ia melahirkan anaknya sebelum anda memperoleh giliran untuk menanamkan benih anda. Tapi bagi seorang istri kedua dalam perkawinan poligami, meskipun istri-istri yang lain sedang hamil anda masih bisa hamil pada saat yang sama. Dan menjadi istri kedua dari seorang pria idaman yang kaya dan mumpuni mungkin menjadi pilihan yang lebih baik daripada menjadi satu-satunya istri dari suami yang kurang berkesan. “Mana ada wanita yang sudi memilih menjadi istri kesekian kalau masih bisa menjadi istri tunggal”? Tetapi kalau pria itu Donald Trump, Sultan Brunei atau Direktur PT. Sumber Rejeki? Nyatanya banyak perempuan didunia lebih memilih untuk melakukan hal itu.

Melihat sifat dasar laki-laki yang memang poligam, kalau saja orang Barat mau mengkaji Islam dengan rendah hati dan fikiran terbuka mereka akan menemukan jalan yang terbaik. Mereka pasti tidak menyangka bahwa Qur’an yang menekankan “…..dan bila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka satu istri lebih baik!” Disangkanya semua orang Islam dengan seenaknya beristri empat…….

19/11/12

PENCEMAS KRONIS


Oleh: Jum'an

Inilah kebodohan sebagian orang termasuk saya: berulang-kali terperosok pada lubang yang sama. Sudah berhati-hati supaya terhindar tetapi tetap saja terjadi. Rusdi, sohib saya yang telah lama menjalani cangkok ginjal mengaku bahwa pada tahun-tahun pertama, setiap bulan ia selalu dihantui rasa takut yang mencekam setiap kali harus membaca hasil test darah bulanannya. Angka yang paling menentukan didalamnya adalah kadar ureum dan kreatinin yang katanya merupakan indikator keselamatan ginjal cangkoknya. Bila kedua angka itu terus naik dari bulan-bulan sebelumnya, itu pertanda bahwa keselamatan ginjal, tubuh dan bahkan nyawanya terancam. Pertanda kemungkinan kiyamatnya sudah dekat. Wajarlah kalau dia ketakutan. Maka amplop itu tidak segera ia buka. Digenggamnya berlama-lama, duduk menyendiri sambil merenung, bagaimana kalau kedua angka itu ternyata melonjak tinggi. Ginjal tidak lagi berfungsi, badan membengkak, nafas sesak dan selanjutnya dan selanjutnya. Padahal banyak kesenangan yang sedang ia nikmati, banyak dosa yang belum ditebus katanya.  "Allah pasti menolong saya .....tetapi Dia juga maha penentu ajal setiap saat!" Harapan dan ketakutan muncul silih berganti; melelahkan menguras fikiran dan semangat hingga badan terasa lunglai seperti benang basah. Tetapi kalau sudah takdir mau apa? Toh hasil test itu harus ia baca dan diserahkan kepada dokter. Begitu terus menerus ia tersiksa oleh ketakutan kiyamat dari bulan ke bulan. Apa yang ia khawatirkan belum terjadi dan baru berupa bayangan tetapi semangat dan tenaganya serasa habis terkuras. Dan kenyataannya tak pernah terbukti.
Ketakutan itu muncul karena dia membayangkan hasil test yang memburuk, bayangan yang ia buat sendiri artinya dia sendirilah yang menciptakan ketakutan (yang mungkin tidak perlu) itu. Katanya ia tidak mungkin membayangkan hasil yang memuaskan karena kimia darah maupun pengujiannya semua diluar jangkauannya. Seperti rasa tersiksa sorang ibu ketika anaknya berada diruang ICU, tak ada yang bisa ia perbuat sedikitpun untuk menolong karena semua diluar wewenangnya. Sebenarnya Apabila Rusdi membayangkan hasil test darahnya akan baik, maka semua siksaan itu tidak pernah akan ada. Barangkali manusia memang makhluk aneh yang lebih banyak tersiksa oleh ketakutan yang mereka bayangkan daripada penderitaan yang riil? Ataukah Rusdi dan sebagian orang termasuk saya adalah pencemas yang kronis?
Itu salah satu contoh dari banyak penderitaan Rusdi yang katanya tidak pernah berhenti sepanjang waktu. Berikut contoh khas dari saya yang senasib. Belum lama ini, rekan saya pamit mau “periksa” ke rumah sakit. Tetapi ia tidak pulang dan tidak bisa dihubungi sampai malam. Mobilnya ada ditempat parkir RS tetapi resepsionis mengatakan dia sudah lama keluar dari kamar dokter. Imajinasi saya, begitu mau masuk mobil ia diculik dan mungkin dianiaya. Bayangan saya sangat beralasan mengingat jabatan vitalnya diperusahaan. Rasa cemas dan ketakutan saya juga beralasan. Kalau dia tewas dianiaya penculik, perusahaan akan segera lumpuh dan pintu rejeki saya tertutup dalam waktu tidak lama. Syukurlah hal itu tidak benar-benar terjadi. Singkat cerita rekan saya aman sehat wal-afiat, dan gaji bulanan saya juga aman sampai saat ini.
Semua salah sendiri! Begitu mungkin kata anda. Bodoh dan sia-sia. Tetapi bagi saya, bagi Rusdi dan pencemas kronis yang lain, semua proses berjalan wajar, beralasan dan merupakan pilihan. Bukan bodoh dan tidak sia-sia. Rasa tersiksa, cemas, takut dan lemas terkuras itu justru merupakan moment untuk berdekatan dengan yang Maha Kuasa. Saatnya kita bersedu-sedan, terisak-isak menangis, memohon dan menyerahkan nasib sepenuhnya. Bukankah itu sesuatu yang berarti? Dan ketika esok hari siksaan tidak datang, rasa syukur kita akan berlipat. Lebih baik tersiksa oleh ketakutan yang mencekam tetapi lepas dari penderitaan yang nyata. Dengan bonus beberapa saat berdekatan denganNya. 

SENTUHAN WANITA DAN RISIKO PERSELINGKUHAN

Oleh: Jum'an

Seorang jendral, bintang lima sekalipun, waktu kecil menetek kepada ibunya. Belaian dan sentuhan sang ibu memberikan kemesraan dan perasaan aman baginya. Ini membantu membangkitkan rasa petualangan sang anak; menjadi lebih berani mengambil risiko ketika menghadapi situasi yg tidak biasa. Apakah sentuhan dan belaian itu tetap membekas ketika anak itu tumbuh menjadi dewasa, ketika ia sudah menjadi panglima atau calon presiden? Konon memang demikian. Sentuhan fisik wanita seperti yang pernah ia rasakan dalam pelukan ibu tetap memberikan rasa aman dihati dan membangkitkan keberanian untuk mengambil risiko yang lebih besar. Penelitian yang dilakukan oleh Jonathan Levav dari Univ. Columbia dan Jennifer Argo dari Univ. Alberta menemukan bahwa sentuhan fisik seorang wanita seperti tepukan dipunggung, meningkatkan toleransi risiko seorang pria. Laki-laki akan mempertaruhkan uang yang lebih besar dalam perjudian jika seorang wanita menepuk mereka dari belakang, lebih dari jika hanya berjabatan tangan atau diajak berbicara atau bila tepukan itu dilakukan oleh seorang pria. Mereka merasa lebih aman dan berani mengambil risiko yang lebih besar dari mereka yang tidak memperoleh sentuhan - tetapi hanya jika sentuhan itu dilakukan oleh seorang wanita.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa sentuhan seorang wanita sama dampaknya pada seorang dewasa seperti halnya pada bayi: membuat mereka merasa aman dan lebih berani mengambil risiko.

Penelitian lain oleh Michael Baker dari Eastern California Univ. bahkan membuktikan bahwa laki-laki yang bermain blackjack setelah melihat wajah wanita cantik mengambil risiko lebih besar daripada mereka yang bermain setelah melihat wajah yang tidak menarik. Bila sedemikian ampuhnya efek sentuhan dan pengaruh seorang wanita, alangkah besar berkah maupun bahayanya. Bagi seorang prajurit yang baru pertama kali bertugas kemedan pertempuran, sentuhan tangan ibu dipunggung atau ciuman isteri ditangan menghilangkan semua rasa was-was dan gentar. Sebagaimana sebaliknya, sentuhan teman kencan anda dimeja judi mendorong anda memasang taruhan lebih besar yang dapat membuat anda jatuh miskin seketika. Pria dapat menjadi buta terhadap risiko ketika berdekatan dengan seorang wanita yang menarik hatinya, dan naluri kelaki-lakiannya membuat perhitungan "bagaimana kalau" ia berselingkuh dengannya. Perselingkuhan adalah hal yang tidak terpuji dari segi moral; tetapi menggairahkan dan menantang. Perselingkuhan yang tidak terbongkar adalah sukses ganda. Keluarga tetap bahagia dengan bonus tambahan gairah hidup baru! Demikian menggairahkannya sehingga orang mudah lupa akan risiko yang mungkin mennghadangnya.

Berikut adalah contoh terkini, bukti betapa wanita dapat membutakan pria dari risiko sebesar apapun. David Petraeus, pensiunan jendral bintang empat umur 60 tahun, direktur badan pusat intelejen negara adhi-daya - CIA, potensial sebagai capres AS pada pemilu 2016, sudah menikah 38 tahun dengan anak-anak yang sudah dewasa, berselingkuh dengan letnan kolonel Paula Broadwell, penulis otobiografinya yang 20 tahun lebih muda, ibu dua anak dari suami Dr. Scott Boradwell (43 th) ahli radiologi. Perselingkuhannya terbongkar gara-gara Paula mengancam saingan selingkuhnya Jill Kelley melalui e-mail gelap yang kemudian dilaporkannya ke FBI. FBI dengan kecanggihannya bukan saja dengan mudah menemukan si pengirim e-mail, tetapi sekaligus membongkar rahasia perselingkuhan antara Paula dengan sang jendral. Karir sang jendralpun pupus seketika dan terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya 9 November lalu. Ia telah mengecewakan dirinya, keluarganya, bangsanya, negaranya serta menyalahi sumpah agamanya. Nasib Paula Broadwell tidak lebih baik karena ia sekarang dianggap sebagai biang kerok skandal militer Amerika

Kejahatan memang membawa serta hukumannya sendiri. Perbuatan jahat membuat otak pelakunya menjadi tumpul; lupa menghapus jejak, mengira orang lain bodoh. Ibarat pencuri yang ketinggalan dompet, ia memang minta dirinya untuk ditangkap…

02/09/12

PEMERKOSAAN YANG SAH



Oleh: Jum'an

Dalam rangka membela sikap anti aborsinya, Todd Akin seorang anggota konggres di Amerika telah memberikan pernyataan yang dianggap blunder dan merusak reputasinya sendiri dalam memperebutkan kursi Senat. Dalam sebuah wawancara ia ditanya bagaimana sikapnya terhadap wanita yang hamil karena diperkosa, apakah juga tidak diizinkan untuk menggugurkan kandungannya. Ia menjawab bahwa pertama, sangat sedikit wanita yang hamil karena diperkosa. Dan kedua, menurut informasi dari para dokter yang ia ketahui, jika perkosaan itu sah (legitimate rape) maka tubuh wanita memiliki kemampuan alami untuk mengusir sperma sang pemerkosa. Bahwa fisiologi tubuh wanita akan terpanggil dengan sendirinya untuk melindungi diri dari kehamilan. Tubuh wanita, katanya, "memiliki cara untuk mencegah hal semacam itu." Pernyataan ini tidak hanya secara ilmiah tidak akurat, tetapi juga menyakitkan hati para wanita pada umumnya, terutama para korban kekerasan seksual dan pemerkosaan khususnya. (Menurut statistik di Amerika, 61% dari korban perkosaan adalah perempuan di bawah usia 18, dan 1 dari 15 korban perkosaan mengalami kehamilan.)

Istilah pemerkosaan yang sah (legitimate) itulah yang kemudian merebak dan menuai serangan balasan yang bertubu-tubi. Sebagian komentar mengajari, seharusnya Akin menggunakan kata-kata "actual rape" atau dalam bahasa sehari-hari kita "pemerkosaan betulan", dimana jelas-jelas terjadi pemaksaan. Bagaimana orang membedakan perkosaan yang sah dan tidak sah, apalagi untuk kepentingan izin aborsi? Walhasil istilah sah dan tidak sah, tidak nyambung bila dikaitkan dengan kata pemerkosaan. Lagi pula penyataan Akin tentang kehamilan akibat pemerkosaan itu memberi kesan bahwa wanita yang hamil akibat perkosaan dipojokkan seolah-olah ia menikmati pemerkosaan itu, sehingga pintu rahimnya tidak bersedia menutup untuk mencegah kehamilan. Bahkan timbul pengertan bahwa perkosaan adalah tidak sah (palsu, pura-pura) bila gerak-gerik dan ucapan pihak perempuan ditafsirkan oleh pihak laki-laki bahwa ia setuju atau dianggap kurang gigih dalam menolak ajakan sehingga pemerkosaan itu terjadi. Padahal gerak-gerik dan ucapannya disebabkan oleh keterbatasan dirinya dalam ber-ekspresi.  Sikap anti aborsi dan pengertian tingkat kejahatan dalam pemerkosaan adalah dua hal yang berbeda.

Ingatkah anda ketika seorang tokoh politisi kita mengatakan bahwa banyaknya perkosaan karena perempuannya berpakaian tidak pantas sehingga merangsang hasrat laki-laki untuk memperkosanya? Para korban perkosaan (baik mereka penumpang Angkutan Kota, mahasiswi atau pembantu rumah tangga yang kebanyakan berpakaian sopan) merasakannya seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sebagai responnya, ketika mereka berdemonstrasi didepan Hotel Ineonesia mereka membawa slogan yang berbunyi: "Do not tell us how to dress. Tell them not to rape" Jangan hanya mengajari cara kami berpakaian. Larang mereka memperkosa kaum wanita. Pemberantasan kejahatan seksual adalah suatu hal yang serius. Jangan hanya dicegah dengan menyuruh wanita berpakaiaan sopan.

Betapa banyak gadis jujur dan sederhana dari desa yang mengadu nasib kekota besar dengan pakaian dan adat yang sopan, bertemu dan mendapat janji instan dari pemuda di terminal bus yang langsung membawanya kegubuk kosong untuk memperkosanya beramai-ramai. Para politisi dimana-mana memang………………

Sumber:

29/08/12



ASTROLOGI DAN ASTRONOMI 
Oleh: Jum'an

Mariam Sultana (30 th) adalah dosen pada Departemen Matematika Universitas Urdu di Karachi. Berkat kerja kerasnya selama 6 tahun terakhir, ia telah memperoleh gelar PhD dibidang Astrofisika Extragalaxy dan menjadikannya wanita Pakistan pertama yang meraih gelar tersebut. Salah satu penguji thesis doktoralnya adalah Professor James Binney, ahli Astrofisika terkenal dari Universitas Oxford Inggris dan Dr Ana Katrin Schenk pakar fisika dan astronomi dari Universitas California. Kata Dr Binney, thesis Sultana merupakan karya yang cukup berbobot dan dari aspek teknis sangat layak memperoleh gelar doktor. Sepantasnya Mariam Sultana memperoleh kehormatan dan pujian dari para mahasiswanya serta masyarakat Pakistan umumnya. Tetapi tidak sepenuhnya demikian. Entah bagaimana banyak dari mereka menyalah-artikan bidang studinya yaitu Astronomi Extragalactic dengan Astrologi yang berhubungan dengan ramal-meramal nasib, yang mereka anggap haram. Bagaimanapun ia harus menghadapi tuduhan dan kesalah-fahaman itu dengan berulang-kali menjelaskan bahwa astrologi dan astronomi adalah dua bidang yang sangat berbeda. Atronomi adalah ilmu tentang alam semesta, tentang bintang-bintang, planet, dan galaksi. Astronomi berurusan dengan posisi, ukuran, energi, komposisi, serta gerakan benda-benda langit. Sedangkan Astrologi menyangkut penafsiran pengaruh posisi bintang-bintangp dan planet-planet terhadap sifat dan nasib manusia; yang pantas saja kalau diharamkan oleh Islam. Sedangkan astrofisika adalah cabang ilmu astronomi yang berhubungan dengan proses fisik dan kimia yang terjadi pada bintang, galaksi, dan ruang antar bintang. Atau cabang ilmu fisika yang mempelajari benda langit dan alam semesta secara keseluruhan.

Sulit dipercaya, bagaimana mungkin mahasiswa (dan orang tua mereka) di kota besar di Pakistan sampai ada yang tidak tahu bedanya astronomi dan astrologi. Tetapi menurut sejarahnya, pada zaman dulu astrologi danastronomi adalah satu dan disiplin yang sama dan hanya secara bertahap diakui terpisah dalam filsafat Barat abad ke-17. Sejak abad ke-18 astrologi dan astronomi telah dianggap sebagai disiplin yang benar-benar terpisah. Astronomi, studi tentang benda dan fenomena di luar atmosfer bumi, adalah ilmu dan disiplin yang secara luas dipelajari secara  akademik. Astrologi, yang menggunakan posisi benda-benda langit sebagai dasar untuk psikologi, memprediksi kejadian yang akan datang, dan pengetahuan rahasia lainnya, bukanlah ilmu dan biasanya didefinisikan sebagai bentuk ramalan.

Tahukah anda bahwa rumus sederhana anak-anak SMP untuk menghitung sisi miring sebuah segi-tiga siku-siku adalah hasil pemikiran filosof besar Yunani 6 abad sebelum Nabi Isa a.s yang bernama Pythagoras? Tetapi bukankah sudah bukan zamannya lagi mengkaitkan segitiga siku-siku dengan filsafat? Tetapi selalu ada orang yang fanatik dengan pentingnya asal-usul. Astronomi, asal usulnya dari Astrologi jadi tetap saja haram. Begitu mungkin anggapan segelintir umat Islam di Pakistan sana. Mereka bukannya bodoh tapi justru lebih tahu dari kita yaitu bahwa Astronomi, tadinya adalah Astrologi…

12/08/12

MENGANDALKAN TESTOSTERON

Oleh: Jum'an
Betapa tergantungnya manusia terhadap alam. Tanpa matahari kita tidak bisa hidup. Tanpa air kita tidak bisa hidup. Tanpa udara kita tidak bisa hidup. Pantaslah kalau orang zaman dulu ada yang menyembah matahari dan memuja dewa air. Belum lagi ketergantungan kita pada bahan-bahan kimia-hayati seperti karbohidrat, protein, vitamin, hormon dan banyak lagi. Bila anda sempat membaca tulisan saya "Ternyata Dermawan adaHormonnya" (klik disini), anda tahu betapa hormon tertentu mempengaruhi pikiran dan sikap kita. Paul Zak dari Claremont University telah meneliti asal muasal biologis dari sifat dermawan seseorang, terutama tentang peranan hormon perangsang syaraf yang disebut oxytocin (oksitosin). Hasilnya membuktikan bahwa hormon ini merupakan perangsang kedermawanan seseorang dengan membuka fikiran kita menjadi lebih terhubung dan memahami dalam membaca keadaan orang lain yang membuat kita, diantaranya, menjadi rela untuk menderma. Demikian pula sebaliknya bila kita berderma sepenuh hati lillahi ta’ala tanpa mengharap imbalan, akan merangsang kelenjar otak kita mengeluarkan hormon oksitosin. Begitu imbal baliknya. Paul Zak menjuluki oksitosin sebagai hormon Sumber Kasih danKesejahteraan. Kedermawanan, baik budi, pengasih dan penuh tenggang-rasa adalah kwalitas utama dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu pemain lain dalam simfoni hormon ditubuh kita selain oksitosin adalah testosteron. Testosteron terdapat pada pria maupun wanita, sangat penting bagi kesehatan dan berfungsi diantaranya membangkitkan nafsu syahwat, meningkatkan energi, menjaga kekebalan tubuh dan melindungi tulang dari osteoporosis. Dikenal juga sebagai hormon sex jantan utama, karena rata-rata pria menghasilkan 10 kali testosteron dari wanita.Tetapi Paul Zak juga tahu bahwa testosteron dapat membuat orang melakukan hal-hal aneh. Dan sejujurnya, pria memang lebih suka berbuat aneh-aneh, bukan perempuan. Testosteronlah yang merangsang pengambilan risiko pada pria, kekerasan serta pemuasan seksual yang melampaui batas. Tetapi diantara kita haruslah ada orang-orang yang berani mengambil risiko dan bertindak keras. Kita butuh orang-orang yang bersedia mempertaruhkan nyawa mereka dengan berlari ke dalam gedung yang terbakar untuk menyelamatkan orang lain atau mengorbankan nyawa mereka untuk melindungi wanita dan anak-anak.

Salah satu sifat testosteron adalah menghalangi aliran okstosin mecapai reseptornya; terlihat dari pria muda (dengan kandungan testosteron 10 kali lipat) kurang bertenggang-rasa dibanding wanita. Tetapi sifat lemah-lembut dan tenggang-rasa tidak selalu merupakan hal yang baik. Betapa banyak orang yang tidak sanggup membunuh tikus, memotong ayam atau menyembelih kambing. Tidak sampai hati meninggalkan istri dan anak-anak untuk bertempur membela negara. Kita membutuhkan orang-orang jenis lain yang tega melakukannya. Yaitu orang-orang dengan testosteron tinggi. Ternyata bahwa mereka yang memiliki testosteron yang paling tinggi adalah orang-orang yang umumnya sanggup menghukum pemalas dan penipu. Sepanjang sejarah, dulu, kini dan masa datang kita harus mengandalkan orang lain untuk tugas menjaga kelangsungan hidup bermasyarakat. Yaitu mereka yang ber-testosteron tinggi yang sanggup mengambil risiko demi keselamatan orang-orang yang penuh sopan santun dan tenggang-rasa yang tidak mampu memikul bebannya sendiri. Terima kasih testosteron engkau telah menjaga kestabilan masyarakat…… Maha suci Allah yang telah menciptakannya.

10/08/12

AKHLAK DAN SELERA




Oleh: Jum'an

Saya suka dan terbiasa menilai orang dari segi akhlaknya: baik atau tidak baik. Sayapun ingin mempunyai akhlak dan dinilai baik oleh orang lain. Kebanyakan kita begitu. Tetapi kita tidak pernah tahu pasti arti baik yang sebenarnya. Makin luas pengetahuan kita tentang berbagai hal, kita makin sering meragukan arti kebaikan yang diberikan oleh para penganjur kebaikan seperti dai dan ulama dan guru. Bahkan banyak yang merasa bahwa hak seorang ustadz tidaklah lebih dari hak kita dalam menafsirkan kebenaran dan kebaikan, karena, dalam hal tertentu pengetahuan kita lebih luas dari pengetahuan mereka. Dulu kita merasakan akhlak sebagai sesuatu yang mutlak mengikat. Kalau kita melanggarnya kita akan merasakan akibat sosial, penderitaan emosional dan psikologis, serasa tidak sanggup hidup kita menanggungnya. Sekarang kita merasakan akhlak lebih sebagai pilihan yang boleh kita rubah sesuai dengan tuntutan keadaan. Kita cenderung untuk menyesuaikan arti kebenaran dengan selera pribadi kita. Yang jika makin banyak orang bersikap demikian, kita akan semakin jauh dari akhlakul karimah; misi utama yang diemban oleh Rasulullah. Kita telah berpindah dari budaya akhlak menuju budaya pribadi. Akhlak membawa pengertian sesuatu yang terukir tajam dan dalam, tidak berubah dalam segala macam keadaan. Saya bukan mau mengatakan bahwa kita tidak berakhlak atau jahat tetapi kita cenderung untuk memahami kebenaran dan kebaikan sesuai dengan selera pribadi kita.

Secara tradisional saya merasa sebagai penganut madzhab Syafii. Sampai suatu saat saya bertanya: Kalau untuk suatu masalah saya lebih yakin dengan pendapat Hanafi, Hambali atau Wahabi bagaimana? Saya tidak dilarang untuk memilih kan? Suka-suka saya kan? Tetapi dalam banyak hal kita bukan memilih yang lebih rasional dan meyakinkan, tetapi yang lebih sesuai dengan kepentingan pribadi kita. Yang lebih mudah mengerjakannya, lebih ringan risikonya.....lebih memenuhi selera kita. Saya yakin meberi pengemis tua sebungkus nasi adalah amal baik tetapi anda yang tidak suka, boleh memilih karena  menyantuni pengemis sama dengan membiarkan orang menjadi malas.

Selalu ada cara untuk membenarkan pilihan yang mudah. Kebiasaan ini meyebabkan kita dengan mudah menghindar dari tanggung-jawab mencegah bahkan melaporkan suatu tindak kejahatan karena kita mempunyai alasan yang membenarkan tindakan kita. Meskipun kita tahu benar akibat bahayanya bagi masyarakat. Mereka yang berpegang teguh pada prinsip akhlak pun banyak yang merasa puas dengan hanya mengamalkannya secara defensif sebatas diri dan keluarganya tak terlibat kejahatan, sudah cukup. Pada saat yang sama masyarakat dilanda oleh arus budaya konsumerisme, keserakahan dan kemewahan narsisme dan ke-akuan yang mengikis batas-batas akhlak. Kita harus berhenti mengidolakan selebriti kalau ia menebar pornografi. Kita harus berhenti mempromosikan seseorang kalau ia jelas-jelas terlibat kejahatan. Iman kita memang kurang kuat mungkin….