26/10/13

MADONNA, KABBALAH DAN ALQUR'AN


MADONNA, KABBALAH DAN ALQUR’AN
Oleh: Jum’an

Anda pasti tahu siapa itu Madonna: Super Star & Queen of Pop Amerika yang nama aslinya Madonna Louise Ciccone (55 th). Guiness World Records menjulukinya artis rekaman wanita terlaris sepanjang masa dan majalah Time menobatkannya sebagai satu dari 25 Wanita Paling Berpengaruh dalam musik kontemporer dan rocker wanita terlaris abad 20. Kisah hidup Madonna yang profesi lengkapnya sebagai penyanyi, penari, pengarang lagu, penulis, aktris, sutradara, pengusaha dan dermawan, menarik untuk dibaca karena penuh keberanian, kontroverisial, bandel dan inspiratif. Dalam essainya untuk majalah Harper’s Bazaar ia menyatakan tak ada gunanya hidup di bumi ini kalau dia tidak berani dalam menjalani hidup dan pekerjaannya. Memang terdengar ekstrim, tetapi dari pengalaman masa remajanya ia sudah menengarai bahwa ada dua kategori manusia; yaitu mereka yang hidup mengikuti kebiasaan dan bermain aman, dan orang-orang yang menentang tradisi dan berkiprah menurut iramanya sendiri. Ia memilih masuk ke kategori yang kedua. Bulu ketiaknya tidak dicukur dan ia tidak mau memakai make-up sebagimana gadis-gadis sebayanya. Karena itu ia tidak disukai oleh laki-laki dan tidak punya banyak teman; orang enggan untuk mendekatinya. Tapi itu membawa hikmah: dengan tidak populer dan tidak bersosialisasi, banyak waktu untuk fokus pada masa depannya. Iapun berangkat pindah ke New York untuk mengejar cita-cita menjadi seniman sejati. Ternyata New York tidak menyambutnya dengan ramah.  Tahun pertama ia ditodong orang bersenjata, diperkosa diatap sebuah gedung dan tiga kali dirampok. Kebisingan lalu lintas dan arus manusia mengejutkan urat syaraf. Muak oleh bau kencing dan muntah dimana-mana terutama ditangga masuk apartemennya. Gelandangan dipojok-pojok jalan; ia tidak menduga sebelumnya. Kadang-kadang ia menangis dikamarnya sambil memandangi burung-burung merpati berak dijendela. Tetapi ia berhasil mengerahkan tenaga dan menyatukan tekad untuk bertahan. Kalau orang lain bisa sayapun pasti bisa; begitu semboyannya. Sebagai bintang pop pada usia 25, ia lebih berani, eksentrik dan provokatif. Ia memakai seombyok kalung salib dilehernya dan kalau ditanya wartawan ia menjawab alasannya karena Yesus baginya sexy. Sebenarnya juga untuk menyulut provokasi. Ia memang senang memprovokasi karena itu “sudah ada dalam DNA-nya. Tetapi hampir selalu ada alasannya” katanya. Pada usia 35 ia merasa perlu meningkatkan dirinya dan mulai mencari makna dari tujuan hidup yang sebenarnya. Ia ingin menjadi seorang ibu, tapi ia menyadari bahwa sebagai pemuja kebebasan mungkin tidak memenuhi syarat untuk membesarkan anak dengan baik. Ia memutuskan untuk mencari pegangan rohani.

Meskipun Madonna dilahirkan dan beragama Katolik, ia memilih untuk bergabung dengan aliran spiritual Kabbalah, sebuah tradisi agama Yahudi yang berasal dari pandangan mistik dan wahyu kitab Taurat. Keputusan yang membangkitkan kegusaran orang banyak itu dilakukannya pada 1996 ketika ia berusia 38 tahun. Ketika dunia tahu saya belajar Kabbalah –tulisnya dalam Harper’s Bazaar, saya dtiuduh menganut aliran sesat, dicuci otak, menyerahkan semua uang saya dan tuduhan gila lainnya. Tradisi Kabbalah begitu rumit dan mudah disalah-fahami. Untuk menganutnya diperlukan pengetahuan hukum Yahudi yang kuat dan hanya untuk mereka yang berusia diatas 40 tahun. Diperlukan disiplin dalam studi mistis, doa dan meditasi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Bagi Madonna mendalami tafsir mistik dari Perjanjian Lama (Taurat) dan memahami rahasia alam semesta bukanlah hal yang berbahaya dan tidak menyakiti siapapun. Saya hanya mencoba berusaha menjadi orang yang lebih baik. Hidup tidak lagi terasa seperti rangkaian peristiwa acak. Semuanya nampak tertata. Saya melihat bahwa menjadi kaya dan terkenal tidak akan memberi kepuasan abadi dan bukan akhir perjalanan. Sekarang, pada usia 55 dan tetap tenar, ia menjanda dengan 4 anak tinggal di New York. Ia mendidik anak-anaknya untuk befikir terbuka dan berani memilih melakukan sesuatu yang benar untuk dilakukan, bukan karena mengikuti orang lain.


Bukan Madonna kalau hanya sejauh itu keberaniannya. Sekarang ia menjalin asmara  dengan Brahim Zaibat, penari usia 25 tahun keturunan Aljazair yang beragama Islam. Diam-diam membuat kehebohan baru. Madonna mulai mempelajari Al-Qur’an. Dia juga membangun sekolah-sekolah untuk anak-anak perempuan mempelajari Qur’an di Negara-negara Islam seperti Pakistan dan Afganistan. “Saya pikir mempelajari semua kitab suci adalah penting. Saya setuju dengan kata teman saya, seorang Muslim yang baik adalah seorang Yahudi yang baik dan seorang Yahudi yang baik adalah seorang Kristen yang baik.” Para pengamat mengkritik Madonna karena menganggap enteng dan bermain-main dengan agama. Dan bahwa minatnya lebih terinspirasi oleh hubungan asmaranya dengan Brahim Zaibat daripada oleh keyakinannya. Pengamat yang lebih pemaaf mengatakan bahwa pernyataan dan tindakan Madonna merupakan langkah signifikan menuju literasi dan toleransi beragama. Madonna yang mengatakan bahwa gagasan berani sudah menjadi norma dalam hidupnya tahu bahwa perubahan besar dan peralihan dalam hidupnya nampak berani bagi penggemarnya. Madonna menjadi wanita yang sangat langka: seorang super-star yang akrab dengan kitab suci tiga agama samawi yaitu Injil, Taurat dan Al-Qur’an. Tidak banyak orang seperti dia. Tahun lalu ia mengunjungi masjid Ayasofia di Istanbul,Turki bersama Brahim Zaibat. Senang rasanya saya membayangkan Madonna berkerudung menghadiri pengajian! Tetapi kalau gagal masuk Islam, Allah juga tidak rugi………… 

13/10/13

GEORGE BUSH MELAWAN YA'JUJ DAN MA'JUJ


GEORGE BUSH MELAWAN YA’JUJ DAN MA’JUJ
Oleh: Jum’an

Umat Islam, umat Nasrani, Yahudi dan bahkan penganut Zoroaster sama-sama mengenal fenomena tentang Ya’juj dan Ma’juj (yang dalam bahasa Inggris disebut Gog dan Magog) yaitu suatu bangsa yang akan muncul di akhir zaman yang merusak dan menghancurkan kehidupan dimuka bumi. Ya’juj dan Ma’juj disebut-sebut dalam Alqur’an, Kitab Perjanjian Baru dan Kitab Perjanjian Lama. Jadi sebagai gambaran, baik Mahmoud Ahmadinejad, Benyamin Netanyahu, George Bush maupun Saddam Hussein sama-sama mengenal sosok Ja’juj dan Ma’juj. George Bush? Presiden Amerika yang tanpa alasan mendasar menyerbu dan menyengsarakan rakyat Irak sampai sekarang?  Ya! Seberapa tahu dia tentang Ya’juj dan Ma’juj? Ketika ditanya tentang keyakinan agama dan keputusannya untuk mencalonkan diri menjadi Presiden pada 2001, Bush membuat testimoni bahwa ia telah diselamatkan Tuhan (terlahir kembali) sebagai seorang Kristen yang taat pada usia 40. Bahkan dia adalah satu-satunya dari lima tokoh diatas yang terang-terangan menyataan bahwa Tuhan memeritahkan dirinya untuk menggagalkan sepak-terjang Ya’juj dan Ma’juj.

Tahun 1995 James Haught dari The Charleston Gazette menulis berita berjudul “A French Revelation, orThe Burning Bush” yang oleh The Toronto Star (Kanada) disebut “lebih aneh dari cerita fiksi”.  Koran Swiss juga menulis berita sarkastis berjudul “Ketika Presiden Bush melihat datangnya Ramalan Injil”.  Konon ketika George Bush sedang menyusun koalisi untuk menyerbu Irak awal 2003, ia menilpun Presiden Perancis Jacques Chirac meminta agar pasukan Perancis ikut bergabung dengan Amerika menyerang Irak kerena invasi itu merupakan misi dari Tuhan. Sesudah Jacques Chirac tidak lagi menjabat Presiden, ia menceritakan bahwa Bush mengatakan kepadanya: “Gog dan Magog sedang meraja-lela di Timur Tengah… Ramalan Injil telah datang… Perang ini (penyerangan Irak) adalah kehendak Tuhan untuk memusnahkan musuh umat-Nya sebelum Zaman Baru dimulai.” Chirac mengatakan terbelalak dan bertanya-tanya bagaimana seorang Presiden Amerika bisa begitu fanatik dan dangkal keyakinannya.  Chirac-pun menolak ajakan Bush. Sebaliknya ia minta theolog Dr. Thomas Romer, untuk menganalisa ajakan aneh itu. Romer menjelaskan, dalam Kitab Perjanjian Lama Yehezkiel dikisahkan bahwa Tuhan murka kepada Gog dan Magog, kekuatan misterius dan menakutkan yang mengancam Israel. Tuhan bersumpah untuk membantai mereka tanpa ampun. Pada 2007 Romer menuliskan perilaku aneh Bush itu dalam majalah resmi Universitas Lausanne Perancis. Mantan Presiden Chirac juga menegaskan kembali peristiwa sinting itu dalam wawancara panjang dengan jurnalis Jean-Claude Maurice yang kemudian dituangkan dalam bukunya “Si Vous le Repetes, Je Dementirai” (If You Repeat, I Will Deny).

Bukan hanya kali itu Bush menunjukkan fanatisme yang kelewatan. Pada 2005 The Guardian Inggris mengutip kalimat-kalimat Bush kepada Menteri Luar Negeri Palestina Nabil Shaath: “Saya didorong oleh misi dari Tuhan. Tuhan memberitahu saya ‘George, lawanlah teroris di Afganistan. Dan saya kerjakan. Tuhan memberitahu saya ‘George, berangkat dan akhiri tirani di Irak’. Dan saya lakukan” Bush mengungkapkan betapa dalam semangat agamanya itu kepada delegasi KTT Israel-Palestina di Shram el-Sheikh Mesir, 4 bulan setelah perang Irak dimulai pada 2003. “Dan sekarang, sekali lagi, saya merasa Tuhan mengatakan kepada saya, ‘George, pergilah perjuangkan Negara Palesina dan keamanan untuk Israel, dan perdamaian di Timur Tengah.’ Dan demi Tuhan saya akan melakukannya. Begitulah … George Bush merasa mendapat perintah langsung dari Tuhan untuk melawan Gog dan Magog yang dalam persepsinya tidak lain adalah dengan Afganistan dan Irak.

Majalah GQ Magazine pada Maret 2009 mengungkap bahwa Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld biasa menyertakan ayat-ayat injil yang bernada perang dan kiamat bersama foto-foto pertempuran dari Irak dalam briefing intelejen hariannya kepada Bush. Satu diantaranya: “Pakailah seluruh perlengkapan dari Allah, sehingga ketika hari malapetaka datang, anda akan dapat berdiri Tegak!”  Menurut James Haught, Presiden Bush memang gila agama, mantan pemabok berpikiran sempit yang mengaku telah diselamatkan Tuhan. Dia tidak sepantasnya dipercaya memegang posisi untuk memulai peperangan.

Dalih resmi George Bush menyerang Irak ternyata tidak berdasar.  Irak tidak mempunyai senjata pemusnah massal, tergabung dengan barisan teroris seperti diduga oleh Gedung Putihpun tidak terbukti. Jadi apa? Mau menguasai minyak Irak? Melindungi Israel? Atau melampiaskan dendam ayahnya (Presiden AS 89-93) pada Saddam Husein? Sulit dibantah bahwa salah satu penyebab perang Irak yang tak terkira besar akibatnya itu, adalah fanatisme Bush yang berlebihan dengan persepsinya yang kerdil tentang hari kiamat serta Ya’juj dan Ma’juj.

05/10/13

MENIKAHLAH - KIAMAT MASIH JAUH


MENIKAHLAH - KIAMAT MASIH JAUH
Oleh: Jum’an

Ya! Menikahlah mumpung kiamat masih jauh. Insyaallah anak-anak, cucu dan cicit anda kelak masih dapat menikmati hidup sejahtera sampai tua. Semoga untuk seterusnya, setidak-tidaknya untuk waktu yang cukup lama.  Andapun semoga akan meninggal ketika tidur pada usia lanjut dengan tenang dan khusnul khotimah. Seandainya anda tahu bahwa dunia akan mengalami kiamat sebulan sesudah anda meninggal, apakah anda masih tetap mau menikah?  Menikahlah karena menikah itu sunnatullah; tetapi anda sadar bahwa dunia dan seisinya akan hancur lebur sebulan sesudah anda dikubur. Saat itu mungkin anak anda sedang berpraktek sebagai dokter atau menjadi guru, sedangkan cucu-cucu anda masih bersekolah. Tiba-tiba mereka dan semua manusia didunia mengalami bencana kiamat yang sangat mengerikan. Gempa 10 skala Richter, ombak setinggi pohon kelapa. Tidakkah anda merasa kasihan membayangkan anak-anak dan cucu anda dilanda tsunami atau tertimbun gunung longsor karena bumi yang memuntahkan isinya? Tidak mungkin tidak, hati menjadi kecut membayangkannya. Siapa yang sanggup hidup dengan kesadaran akan meninggal dengan tenang waktu tidur, semenatara sebulan kemudian anak-anak dan cucunya sekarat tercekik disergap maut. Makin tak berselera rasanya membayangkan kemesraan hidup berkeluarga. Lebih layak kalau anda tidak punya anak, tidak punya cucu atau tidak menikah sama sekali karena mungkin istri anda baru akan meninggal beberapa tahun sesudah anda sehingga iapun ikut terseret oleh bencana yang menakutkan itu. Mungkin sebaiknya anda batalkan saja niat pernikahan anda daripada selalu cemas nantinya.

Ya tetapi itu kan hanya seandainya. Kalau kiamat betul terjadi sebulan sesudah anda meningggal. Tetapi juga, itu berarti bahwa anda hanya dapat menikah dan hidup bahagia berdasar asumsi bahwa setelah anda mati, kehidupan orang lain akan terus berlangsung dalam waktu cukup lama. Diam-diam kita sangat memerlukan agar orang-orang lain hidup terus jika kita sudah mati nanti. Kebahagiaan kita sekarang tergantung pada keselamatan orang lain kelak sesudah kita tidak ada. Mungkin kecintaan kepada keluarga yang menyebabkan anda merasa tergantung pada keselamatan masa depan mereka. Dengan kata lain, keyakinan bahwa orang lain akan tetap hidup sesudah kematian kita merupakan jaminan kelangsungan hidup kita saat ini.

Mari kita buat seandainya yang lain, bukan kiamat sebulan sesudah anda meninggal. Tetapi seandainya kecerobohan manusia menggunakan ilmu pengetahuannya seperti rekayasa genetika, penggunaan tenaga nuklir atau apapun, menyebabkan kemandulan yang yak dapat disembuhkan pada manusia. Sejak saat itu tak ada lagi bayi lahir. Enam tahun kemudian semua sekolah TK terpaksa ditutup kerena semua anak yang ada diseluruh dunia sudah lulus TK nol besar. Enam tahun kemudian semua SD terpaksa ditutup karena tidak ada murid baru. Begitu seterusnya sehingga sehingga sekitar 20 tahun sejak terjadinya bencana kemandulan, semua fasilitas pendidikan tidak aktif lagi. Tak ada lagi Balita, tak ada lagi ABG tak ada ceria dan tangis anak-anak, tak ada lagi canda seronok anak-anak muda. Tak ada lagi orang yang baru; kitalah generasi terakhir manusia. Bayangkan kalau orang yang termuda disekitar kita umurnya 30 tahun, tidak ada lagi yang lebih muda. Semua bersama-sama menua, rapuh dan lemah lalu punah. Meskipun hewan dan tumbuh-tumbuhan masih tetap hidup. Untuk mengatasi kesedihan, kecemasan dan keputus-asaan yang terjadi mungkin sebagian orang mengisi sisa hidupnya dengan mencari kesenangan duniawi sepuas mungkin. Makan, sex, wisata serta bersenang-senang bersama keluarga. Yang lain memilih berkutat dengan urusan ukhrowi, khusuk beribadah, beramal dan pasrah kepada Gusti Alloh. Imajinasi tentang kemandulan global ini meyadarkan kita bahwa tidak adanya generasi yang baru membuat banyak hal terasa sia-sia. Meskipun tidak cemas oleh anak cucu kita yang teriksa, kita cemas semata-mata karena tidak orang-orang baru yang muncul. Bahwa semua orang tergantung pada keberadaan orang lain yang akan datang. 

Dari dua bayangan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan generasi anak-cucu sungguh penting. Sekarang saja, sebelum mereka lahir, kita sudah diberiya persekot berupa jaminan kelangsungan dan ketenagan hidup. Kepedulian kita terhadap mereka bukan saja merupakan misi melanjutkan keturunan, tetapi juga sebagai kompensasi atas jasa mereka yang sudah kita terima terlebih dulu. Maka sudah selayaknya kita berusaha melempangkan jalan untuk menyongsong kedatangan mereka. Jangan mengotori udara, jangan membabat hutan, jangan mencemari alam karena akan menyulitkan masa depan mereka kelak. Bahkan sesudah lama kita tidak ada, doa mereka masih dapat menyelamatkan kita di akhirat kelak.