GENG MOTOR BUKAN SALAH HONDA
Oleh: Jum’an
Pada bulan Mei yang lalu terjadi kerusuhan antar geng
motor kulit putih di Waco,Texas yang mengakibatkan 9 orang tewas 18 luka-luka
dan 192 orang ditahan dengan tuduhan melakukan kejahatan terorganisir. Cara
polisi mengani dan media meliput insiden itu banyak mengundang pertanyaan, karena
sangat berbeda dengan perlakuan mereka dalam menghadapi insiden kulit hitam di
Ferguson (Missouri) dan Baltimore (Maryland). Di Waco aparat penegak hukum
nampak relatif santai sementara anggota geng yang ditangkap nampak duduk-duduk
tanpa di borgol dan dibiarkan menggunakan ponsel mereka. Tidak ada satupun
berita yang menyebut-nyebut
ras dalam peristiwa itu. Sikap kendor ini sangat kontras dengan
kebrutalan mereka menghadapi tersangka kulit hitam seperti Freddie Gray di
Baltimore yang akhirnya mati dialam tahanan polisi tanpa bukti kesalahan yang
berarti. Tidak ada seorangpun tokoh kulit putih yang berpengaruh yang mencela teror
geng motor di Texas itu. Kepolisian diseluruh Amerika telah larut dalam rasialisme
yang melembaga dan standar ganda dalam menangani tersangka minoritas.
Kata seorang komentator
politik liputan berita kerusuhan geng motor kulit
putih di Texas tidak ada yang menyebutkan ras, tapi ketika orang kulit hitam
yang terlibat dalam kekerasan, “kulit hitam” pasti disebut. Media memberikan
narasi yang bias sehingga pembaca yang dimintai pendapat cenderung mengatakan
bahwa kejahatan lebih banyak dilakukan oleh orang kulit hitam atau berwarna. Ketika orang-orang kulit putih melakukan
tindak kekerasan, disebutnya sebagai penyimpangan, seolah-olah peristiwa yang
tidak biasanya terjadi, dan tidak mewakili kelompok ras mereka. Dalam berita
kekerasan oleh orang kulit hitam, kecuali ras disebut dg jelas, masih dengan
penekanan tambahan seperti bahwa tempat kejadiannya memang rawan kejahatan dan
narkoba. Menurut penelitian, pandangan bias terhadap kulit hitam di AS memang
melekat dan nyata, seperti juga pandangan tentang keunggulan orang kulit putih dan
hak istimewa mereka. Orang kulit putih begitu yakin bahwa urat jahat
memang sudah merupakan bawaan setiap orang berkulit hitam. Padahal ras tidak
ada hubungannya dengan kejahatan. Orang dari semua ras melakukan kejahatan dan
juga menjadi korban, tak ada korelasinya dengan warna kulit.
Jika ada seorang Islam mengancam kekerasan di Amerika,
akan diperlakukan sebagai terorisme yang gawat. Jajak pendapat PEW menunjukkan
bahwa mayoritas kulit putih Amerika berkeyakinan bahwa kekerasan melekat dalam
ajaran Islam yang terbukti dari dukungan mayoritas kaum muslimin di beberapa
Negara terhadap hukuman mati bagi orang yang murtad atau menghujat. Tetapi kenyataan
membuktikan bahwa hukuman mati karena murtad atau menghujat Islam sangat jarang
dilaksanakan dinegara muslim manapun, sementara di Di AS rata-rata sekitar 30
anggota komunitas LGBT dibunuh setiap tahun. Dalam Bible hubungan sesama jenis merupakan
dosa berat yang harus dihukum mati. Tak sedikit pendeta fundamentalis yang setuju
untuk melaksanakannya. Diantaranya Steven Anderson dari gereja Baptis Arizona
yang dengan berapi-api menyerukan pembunuhan
semua kaum homoseks. Ia mengklaim dapat membuat dunia bebas dari
penyakit AIDS dalam waktu singkat dengan cara membunuh semua kaum homoseks dan
waria. Ia mengutip ayat-ayat Bible untuk mendukung ide radikalnya. Ia
berpegangan pada Imamat 20:13 tentang
kaum homo yang harus dihukum mati. "Itulah saudara-saudara, obat untuk
memberantas AIDS menurut Bible, bukan dengan mengabiskan milyaran dolar untuk
penelitian dan pengujian. Jika kita bunuh kaum homo seperti diperintahkan
Tuhan, AIDS tidak akan merajalela " "Tidak boleh ada kaum atau lesbian
atau waria masuk kedalam gereja ini selama saya pendeta di sini. Never! Demikian
pula dengan pendeta Curtis Knap dari Gereja Baptis New Hope Kansas dan Sean
Harris dari Gereja Baptis North Carolina. Mereka tidak hanya percaya bahwa kaum
gay harus dihukum mati, tetapi memerintahkan jemaatnya harus agresif dan
memukul anak-anak mereka sendiri jika mereka menunjukkan tanda-tanda homoseksualitas.
Yang lebih merisaukan menurut majalah Liberal Unite adalah bahwa mereka tidak
hanya menyebarkan khotbah penuh kebencian kepada orang dewasa dalam jemaat,
tetapi mereka juga kepada anak anak. "Tak ada ada kaum homoseks yang masuk
surga." Jadi pantas kalau rata-rata ada 30 orang dari komuitas LGBT
dibumuh di Amerika.
Kalau mereka bersikukuh bahwa Islam membawa ajaran
kekerasan bukankah bukti diatas menunjukkan hal yang sama untuk agama mereka? Kalau
mereka menuduh bahwa Islam adalah agama pendang, bukankah seharusnya mereka
sudah membaca Injil Matius 10: 34
: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku (Kristus) datang untuk membawa damai di
atas bumi, bukanlah perdamaian Aku bawa datang tapi pedang.”
Seandainya saja orang Amerika tidak menganut standar
ganda dan rasialisme dan benar-benar menyimak Bible mereka dengan seksama
niscaya mereka akan berhenti menuduh bahwa Al-Qur’an memerintahkan kejahatan
dan kekerasan kepada umatnya. Orang Amerika dan Kristen tidaklah jauh berbeda
dengan kaum Muslimin di Timur Tengah. Komedian Bill Maher pernah mengatakan bahwa di Amerika banyak
fundamentalis Kristen gila; kita nampak lebih baik hanya karena mereka tidak kita
biarkan mengatur negara. Agama
tidak menciptakan teroris. Masyarakatlah yang menciptakannya. Islam
maupun Kristen, di Timur Tengah maupun di Amerika. Hal ini menunjukkan bahwa
menyalahkan kitab suci umat Islam atas tindakan ekstrimis sama saja dengan menyalahkan
pabrik sepeda motor Honda sebagai pelopor geng motor.