29/12/13

KESAHAJAAN SEORANG MUJAHID


KESAHAJAAN SEORANG MUJAHID
Oleh: Jum’an

Zainal Abidin Muhamad Husain Abu Zubaidah atau Abu Zubaidah atau Zain atau Hani adalah tokoh Al-Qaeda yang sekarang berumur 42 tahun dan sudah lebih dari 10 tahun berada dalam kamp tahahan Guantanamo, Cuba. Menurut versi Amerika Abu Zubaidah adalah dedengkot teroris yang sangat berbahaya. Ia dinyatakan sebagai orang nomor 3 dalam Al-Qaeda. Menurut dokumen Departemen Pertahanan Abu Zubaidah terlibat dalam semua perencanaan aksi teror terhadap Amerika ketika ia menjadi petugas logistik Al Qaeda. Ia adalah konspirator serangan 11 September 2001, tangannya ada di setiap operasi penting Al–Qaeda. PBB menjulukinya rekan terkemuka Osama bin Laden dan Al-Qaeda. George Bush menamai Abu Zubaidah pimpinan perencanaan operasi pembunuhan dan penghacuran." CIA mengakui Abu Zubaidah adalah sosok yg penuh keyakinan, percaya diri dan berwibawa. Selama interogasi pada zaman Bush berkuasa, Abu Zubaidah menjalani 83 kali siksaan water-boarding dan mengalami banyak teknik interogasi yang kejam termasuk penelanjangan paksa, kurang tidur, disekap diruang sempit dan gelap, tidak diberi makan, posisi stres , dan siksaan fisik lainnya.

Belum lama ini Jason Leopold dari Aljazeera menerima terjemahan resmi buku harian milik Abu Zubaidah dari seorang mantan pejabat intelijen Amerika. Buku harian enam jilid yang ditulis selama 20 tahun itu ditemukan ketika Abu Zubaidah ditangkap pada 2002 di Pakistan. Bagi pejabat keamanan Amerika buku harian Abu Zbaidah merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk menemukan kelemahan mental dari tokoh yang menurut mereka memegang informasi penting rencana masa depan Al-Qaeda. Buku harian ini tidak hanya penting dari segi intelejen, karena isinya menunjukkan potret paling rinci dari kehidupan pribadi seorang mujahid berdedikasi yang pernah kita lihat. Isinya memperkuat kejelasan bahwa Amerika telah membuat kesalahan dasar yang signifikan dalam menghadapi peristiwa serangan 11 September 2001 dan menghadapi ancaman Islam radikal. Hani, nama panggilan Abu Zubaidah dalam keluarganya, adalah warga Palestina kelahiran Riyadh 12 Maret 1971. Anak ke 5 dari 10 bersaudara - 5 laki-laki dan 5 perempuan dari suami-istri Muhamad Abu Zubaidah (pengusaha kelas menengah dan guru bahasa Arab) dan Malikah;  Sang ayah ingin anak-anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dan menekankan pentingnya pendidikan. Hani dikuliahkan di Fakultas Teknik jurusan komputer di India. Menurut adiknya Hisham, Hani sehari-hari mengenakan bluejean yang merisaukan ayahnya, yang menginginkan anak-anaknya berpakaian tradisional Arab. Hani juga berbakat musik dan pelindung Hisyam dari kenakalan teman-temannya. "Hani adalah kakak yang baik," kata Hisyam. "Dia selalu ada ketika saya butuh pertolongan. Jika anak-anak lebih tua mulai mempermainkan saya waktu bermain sepak-bola, Hani datang menantang mereka. Hani selalu menekankan agar saya jangan mau dipermainkan orang lain.” Menurut  Hisyam, Hani tidak menunjukkan tanda-tanda ekstrimisme agama (Menurut versi Amerika dia termasuk pemuda Islam Saudi yang radikal). "Dia tidak pernah religius," kata Hisyam. "Dia suka merokok, bermain musik dan bersenang-senang." Hani lulus SMA dan meninggalkan Saudi pada umur 16 tahun dan sejak itu terpisah hingga kini. "Saya dan Hani adalah kambing hitam keluarga," kata Hisyam. "Semua saudara-saudara saya yang lain adalah dokter, profesor, psikolog. Aku tidak mampu bersaing dengan mereka." Ketika remaja Hani pernah pindah ke West-Bank bergabung dalam perjuangan melawan Israel. Abu Zubaidah telah bergabung dengan Taliban sebagai sejak awal 90-an, setelah mundurnya Soviet dari Afganistan dan tetap berada disana bersama Mujahidin melawan pemberontak komunis dan sisa-sisa mantan rezim Soviet, dan belakangan memimpin kamp pelatihan Al-Qaeda di Khalden Afganistan.

Tergantung orang menyebutnya, Teroris ataupun Mujahid, bukanlah superman, mereka bukan ahli taktik yang brilian atau prajurit yang sangat terlatih. Seringkali mereka adalah orang-orang sederhana yang berdebat dengan satu sama lain tetang hal-hal remeh, seperti terbaca dalam buku harian Hani. Tetapi Amerika menghadapinya secara all-out dengan biaya keuangan dan politik yang sangat besar.  Buku harian Hani mengungkapkan bahwa dia adalah seorang pria yang sangat anti Amerika, sekaligus menyenangi budaya Barat seperti music pop dan soft-drink. Setelah invasi AS ke Afghanistan 2001, Abu Zubaidah mencatat "Saya ingin melihat kejatuhan dan kehancuran Amerika dan Israel. Musuh-musuh Islam yang menduduki negeri kami, menghina bangsa kami, dan tdak menghargai agama kami.” Belum pernah terpikir dalam benak Amerika bahwa seorang penggemar Pepsi Cola dan lagu-lagu Barat bersedia melakukan tidakan yang begitu berani dan yakin disetujui oleh iman mereka. Ken Ballen, penasehat think tank Terror Free Tomorrow mengatakan: "Jika kita tidak mengerti apa yang memotivasi orang, bagaimana kita akan efektif berurusan dengan mereka? Jika kita dapat memahami, kita dapat menanggapi. Menyerbu Afganistan tidak sedikitpun mencegah serangan lebih lanjut. Perang Irak yang sangat mahal juga kontraproduktif.”

Hani sangat menyukai lagu-lagu Chris de Burgh, penyanyi Irlandia terutama lagu "The Lady in Red". Ia mengeluhkan bahwa lagu-lagu Chris membuatnya merasa haru – meskipun lembut dan indah tetapi membawa kesedihan dan kegelisahan jiwa, tulisnya pada 1990 dalam buku hariannya yang pertama. Hani juga penggemar film-film India. Ia menulis bahwa film Rambo III - di mana Sylvester Stallone bergabung dengan pasukan Afghanistan untuk melawan Soviet – adalah konyol.... saya tak kuat menawan tawa menonton film ini. Dia juga sering menulis tentang keluarganya dan kerinduan yang mendalam untuk mempunyai istri dan keluarga sendiri - sesuatu yang tidak sejajar dengan gairahnya mencari kesyahidan. Suatu kali ia membayangkan hidup berumah tangga, bermain dan menyayangi anaknya dan bahkan menamparnya bila perlu. “Ya! Menamparnya, kenapa tidak?" Pada tanggal 20 Maret 2002, Abu Zubaidah menulis catatan harian terakhirnya: "Tidak ada yang baru." Delapan hari kemudian, tepat pukul 2 pagi, CIA, FBI dan intelijen Pakistan menggerebek 14 rumah di Faisalabad, Pakistan, dan menangkap 52 tersangka, termasuk Abu Zubaidah.


Setelah bertahun-tahun Amerika melihat Abu Zubaidah sebagai tokoh utama bahkan orang nomor 3 dalam Al-Qaeda, pada 2007 CIA menyatakan menyadari bahwa Abu Zubaidah tidaklah signifikan: “Maaf, kami menemukan bahwa anda bukan Nomor 3, bukan mitra, bahkan bukan seorang pejuang," Menurut pengacara Brent Mickum dari The Guardian, ''Dia tidak pernah terbukti menjadi anggota Taliban atau Al-Qaeda ataupun menjadi anggota atau pendukung dari angkatan bersenjata yang bersekutu melawan Amerika.” Tidak menghargai kesahajaan mereka telah membuat Amerika salah membayangkan mereka yang sebenarnya. Jika anda membaca buku harian Abu Zubaidah, ternyata mereka adalah laki-laki biasa.

19/12/13

BERAPA SETIA ANDA PADA NEGARA?



SEBERAPA SETIA ANDA PADA NEGARA?
Oleh: Jum’an

Filosof Yunani Socrates (469 SM - 399 SM) suka mempertanyakan hal-hal yang aneh dan menjengkelkan yang mengganggu pandangan yang sudah mapan, terus menerus menantang para penguasa. Orang yang wajahnya tidak tampan, bertubuh gempal dan tidak pernah memakai alas kaki ini, berkeliling kemana-mana menanyai para pemuda serta masyarakat  tentang keadilan dan kebijaksanaan. Perilakunya itu membangkitkan kebencian para penguasa kepadanya yang menyebutnya sebagai lalat yang usil.  Kebencian akhirnya memuncak dan Socrates ditangkap dan diadili didepan 500 orang juri kota Athena. Ia diadili dengan tiga tuduhan yaitu meracuni pikiran generasi muda, tidak mempercayai para dewa dan memperkenalkan agama baru. Juri menjatuhkan hukuman mati dengan meminum racun setelah dilakukan voting yang hasilnya 280 setuju dan 220 menolak. Sementara menunggu eksekusi, diruang tahanan ia bertemu dengan sahabatnya Crito yang menawarkan bantuan untuk melarikan diri dari tahanan karena keputusan hukuman mati itu dianggapnya sangat tidak adil dan sarat dengan kepentingan politik. Socrates menolak dengan alasan bahwa merespon ketidak-adilan dengan ketidak-adilan adalah salah. Inilah argumentasi Crito: Jika eksekusi sampai terlaksana , orang akan mengatakan bahwa Crito dan teman-temannya tidak mampu menolong Socrates yang sebenarnya mempunyai banyak pendukung. Dari segi moral tidak adil kalau Socrates mengikuti kehendak musuh-musuhnya karena itu merupakan pilihan termudah, bukan pilihan yang berani, terhormat dan luhur. Ini adalah jalan kematian yang tidak adil. Socrates adalah pengecut jika tidak melawan. Sebagai seorang ayah Socrates juga wajib memelihara dan mendidik tiga orang anaknya serta mencegah agar mereka tidak menjadi anak yatim. Jika itu terjadi berarti Sicrates mengkhianati anak-anaknya. Pokoknya kegagalan untuk melarikan diri dari tahanan akan sangat konyol kerena teman-teman Socrates tidak becus menangai masalah, pengecut dan memalukan.

Socrates menjawab bahwa ia harus mengikuti bimbingan akal dengan argumentasi yang direnungkan dengan matang. Ia berpendapat, jika melakukan ketidak-adilan adalah tidak baik, maka tidak baik juga melakukan ketidak-adilan dalam menanggapi ketidak-adilan. Crito setuju; tapi itu belum menjawab apakah adil atau tidak bagi Socrates untuk melarikan diri dari tahanan. Lalu Socrates mempertanyakan apa kata hukum negara seandainya ia berhasil melarikan diri. Menurut Socrates hukum akan mengatakan bahwa pelarian dirinya adalah merusak dan tidak adil. Selanjutnya hukum negara akan mengatakan bahwa hubungan antara warga dengan negara adalah seperti anak dengan orang tuanya, seperti budak dengan tuannya. Hukum akan mengatakan bahwa negara telah memberikan kepada Socrates kelahiran, pengasuhan pendidikan dan keikut-sertaan dalam semua manfaat dan kebaikan yang disediakan bagi semua warga. Hukum akan menanyakan bukankah Socrates telah sepakat menjadi seorang warga negara berdasarkan persyaratan yang ditetapkan. Socrates tidak menyatakan bahwa ia puas dengan jawaban hukum ini, malah justru bertanya kepada Crito apakah mereka tidak harus menerimanya saja. Crito mengatakan mereka harus menerimanya saja …… dan begitulah Socrates di eksekusi dengan meminum racun pada usia 70 th.

Orang Amerika dapat meninggalkan kewarganegaraan mereka secara sukarela; yang dikenal dengan tindakan ekspatriasi. Dari 2011 sampai kwartal ketiga 2013 tercatat 2400 orang melepaskan kewarga-negaraan mereka dan terus meningkat dari tahun ketahun. Kebanyakan mereka adalah orang kaya dengan alasan menghindari pajak yang terlalu berat. Seseorang tentunya berhak untuk bertindak sesuai denan cara yang menguntungkan dirinya. Orang kaya yang melepaskan kewarga-negaraannya demi pajak berpendapat mereka berhak melakukannya demi keuntungan mereka dan itu adalah kalkulasi yang rasional. Penghematan pajak sangat berarti bagi orang kaya, terutama jika mereka tidak terlalu membutuhkan kelebihan sebagai warga negara Amerika, atau mereka bisa mendapat keuntungan yang sebanding dg menjadi warga negara lain yg pajaknya tidak terlalu memberatkan. Sebenarnya orang kaya tidak terlalu menderita oleh pajak yg tinggi. Umumnya mereka mahir merekayasa peraturan pajak yg rumit untuk mengelak. Lagipula melepaskan kewarga-negaraan Amerika bukan hal yang ringan. Mereka tidak hanya kehilangan perlindungan dari pemerintah AS, tapi juga keuntungan finansial tidak segera dirasakan. Bahkan, mantan warga negara AS diharuskan untuk mengajukan pengembalian pajak selama beberapa tahun setelah melepaskan kewarga-negaraan. Mungkin mereka berpikir, meskipun begitu masih lebih menguntungkan dibanding menjadi warga Negara Amerika. Buktinya sudah sejak lama orang-orang kaya disana melepaskan kewarganegaraan mereka.


Tetapi rasanya melepaskan kewarga-negaraan, lebih-lebih demi uang (siapapun termasuk kita) secara moral mencurigakan. Dimana  patriotisme dan nasionalisme mereka? Dimana rasa persatuan dan kesetiaan mereka kepada negara? Belum lagi tuduhan sebagai orang yang egois. Apakah anda lebih menyukai sikap Socrates yang menganggap hubungan antara warga dengan negaranya seperti anak dengan orang tuanya atau bahkan budak dengan tuannya sehingga melepaskan kewarga-negaraan berarti mengkhianati orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan anda? Atau seperti orang kaya Amerika yang menganggap hubungan antara warga dengan negaranya adalah hubungan bisnis belaka, bahwa warga negara pada dasarnya adalah pelanggan? 

08/12/13

BENARKAH DOSA MENGUNDANG BENCANA


BENARKAH DOSA MENGUNDANG BENCANA?
Oleh: Jum’an

Kita sama-sama mengetahui bahwa cuaca buruk di muka bumi makin sering terjadi dan bertambah mengerikan. Peningkatan ini pastilah ada asal-usul dan sebab musababnya. Entah kehendak Allah untuk menghukum manusia atas dosa-dosanya yang semakin beragam dan menggila atau akibat ulah manusia yang merusak alam dan merangsang terjadinya banjir dan badai. Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa tsunami yang melanda Aceh pada 2004 atau topan raksasa Haiyan di Filipina akhir-akhir ini adalah akibat dari perbuatan manusia merusak alam, tetapi para ahli percaya bahwa aktivitas manusia merupakan kekuatan utama di balik perubahan iklim dan perubahan iklim akan menyebabkan lebih banyak badai dahsyat seperti Haiyan, Sandy dan Phailin. Anggapan bahwa bencana yang mengerikan, seperti angin topan, gempa maupun tsunami adalah tindakan Tuhan untuk mengingatkan atau menghukum umat manusia, banyak dipercayai oleh kaum beragama baik Islam, Yahudi maupun Nasrani. Di Barat dan di Timur, di negeri maju maupun di negeri terbelakang. Tidak hanya sekali saya mendengar khotib solat Jum’at yang menyatakan dengan nada menuduh bahwa masyarakat Aceh yang bergelar Serambi Mekah telah meninggalkan agamanya, hilang iman mereka dan karena itu Allah menurunkan bencana bagi mereka. Ada pula ulama Iran yang menyatakan bahwa wanita yang berpakaian tidak sopan dan berperilaku sembarangan yang seharusnya dipersalahkan atas terjadinya gempa. Menyingkap Kerudung Mengundang Gempa. Di negeri Barat banyak tokoh agama Yahudi maupun Nasrani yang meyakini bahwa gempa besar yang terjadi adalah akibat dari kegiatan-kegiatan homoseksual (perkawinan sesama jenis) yang menentang fitrah manusia atau kehendak Tuhan. Cobalah Google “homosex and earthquake” andapun akan tahu.

Ketika terjadi gempa dahsyat di Lisbon 250 tahun lalu, ketegangan antara kaum agama dan para intelektual memuncak. Inilah sekelumit kisah gempa dahsyat dan ketegangan itu: Tanggal 1 November tahun 1755 jatuh pada hari Minggu. Pagi hari itu cuaca di Lisbon ibukota Portugal sangat cerah dan hangat. Lisbon merupakan salah satu pelabuhan paling penting dan terkaya di Eropa pada saat itu. Penduduknya yang terkenal relijius sedang merayakan “Hari Semua Orang Kudus” (All Saint’s Day) dengan penuh gairah. Gereja-gereja dipenuhi jemaat pengunjung. Pukul 9.30 pagi terjadi getaran gempa yang lemah yang disusul dengan suara gemuruh yang makin keras dan makin keras, sampai menyerupai dentuman meriam dan terjadilah guncangan dahsyat yang pertama. Pada 09:40 semua lonceng kota berbunyi bersamaan karena guncangan gempa dan beberapa detik kemudian gedung-gedung mulai runtuh. Tiga guncangan besar berturut-turut terjadi selama 10 menit berikutnya, kebanyakan orang tewas akibat runtuhnya gereja-gereja yang penuh pengunjung yg sedang mengikuti misa kedua pagi hari itu.

Orang-orang melarikan diri ke arah pelabuhan di mana ada lapangan istana yang luas untuk perlindungan yg aman dari reruntuhan bangunan. Di sana mereka menyaksikan kejadian yang sangat aneh: Laut surut dan berubah menjadi daratan dan sungai Tagus kering sampai kedasar. Jam 10 lebih 10, gelombang tsunami setinggi 12 meter melanda kota dan menghancurkan seluruh pelabuhan; ribuan orang yang berada di sepanjang pantai tewas ditelan ombak. Setelah gempa dan tsunami reda, kebakaran yang mengerikan terjadi, berkobar selama lima hari lima malam menghancurkan apa yang masih disisakan oleh gempa dan tsunami. Akhirnya lebih dari tiga perempat kota rata dengan tanah, sekitar 90,000 dari 275,000 penduduk tewas. Gempa yang terjadi pada hari raya umat Katolik dan menghancurkan hampir seluruh gereja dikota Lisbon yang relijius itu sangat mengguncang kehidupan spiritual dan intelektual bangsa Eropah.

Banyak tokoh agama dan pendeta, seperti biasa menyebut gempa itu sebagai kemarahan dan hukuman Tuhan terhadap dosa-dosa manusia.Tetapi para intelektual waktu itu, seperti ahli filsafat Voltaire dan Jean Jacques Rousseau, menolak pendapat gempa sebagai hukuman Tuhan tetapi menyebutnya sebagai kejadian alam yang netral. Sekarang, dua setengan abad kemudian kita tahu bahwa kulit bumi merupakan lempeng-lempeng tektonik yang mengambang di atas magma cair. Gempa bumi terjadi karena pergeseran antar lempeng-lempeng ini.Teori lempeng tektonik merupakan tulang punggung geologi modern dan dapat menjelaskan hampir semua pristiwa gempa besar didunia.


Menurut sejarah, manusia baru menghuni bumi beberapa ratus ribu tahun terakhir, sedangkan badai, gempa dan letusan gunung berapi telah berlangsung selama 4 miliar tahun atau lebih. Bagaimana mungkin akhlak masyarakat Aceh dikait-kaitkan sebagai penyebab gempa yang sudah berjalan milyaran tahun? Keyakinan kita tetap, bahwa Allah adalah sumber hukum yang mengendalikan fenomena alam - tetapi sangat tidak relevan untuk mengatakan bahwa gempa Aceh 2004 disebakan oleh dosa-dosa masyarakatnya. Apapun pendapat kita, sikap yang jelas lebih bermanfaat adalah berusaha mengurangi korban yang jatuh karena bencana alam itu. Jika kita ingin menyelamatkan nyawa mereka, sangat penting bagi kita memahami ilmu dibalik gempa bumi, meteorologi dan klimatologi daripada mencari-cari dosa orang-orang yang sedang haus pertolongan. Wallohu a’lam.

24/11/13

MISKIN SALAH SENDIRI?


MISKIN SALAH SENDIRI?
Oleh: Jum’an

Ketika saya menderita sakit, tidak sedikit orang-orang yang peduli memberi nasehat agar saya banyak-banyak istighfar, berzikir, membaca Al-Qur’an serta bersedekah. Tujuannya tentu saja agar saya memperoleh kesembuhan disamping berobat dokter. Saya meng-iyakan saja nasehat mereka; tetapi tidak banyak yang bisa saya lakukan. Ada hal yang tidak mereka ketahui tentang saya: bahwa penyakit yang saya derita (dan juga kebanyakan penyakit) telah melumpuhkan semangat dan mengkaburkan kejernihan berfikir, tidak lagi seperti ketika saya dalam keadaan sehat, pikirang terang. Saat sehat, satu doa pun saya ulang-ulang. Istighfar dan zikir enteng. Bacaan Qur’an-pun terasa pesonanya. Begitulah agaknya keadaan orang yang menderita kemiskinan. Kemiskinan itu telah melumpuhkan akal sehat dan nalar mereka. Anjuran agar bekerja lebih giat, mengajukan kredit usaha kecil dengan memenuhi berbagai persyaratan dan melampirkan macam-macam bukti. Formulir, meterai, stempel. Apalagi mengikuti macam-macam kursus kewira-usahaan. Semua tidak mudah dicerna oleh otak mereka. Ibarat mengajak pengemis berolah raga!

Banyak bukti penelitian yang menyatakan bahwa akibat kemiskinan, seperti khawatir apakah besok-besok masih bisa makan atau tidak, bagaimana membayar hutang yang menumpuk, dapat merongrong balik menjadikan simiskin kekurangan kekuatan mental dan daya pikir untuk mengatasi kemiskinannya. Penelitian Dean Spears dari Univ. Princeton (2011) mengaitkan kemiskinan dengan menurunnya pengendalian diri; bahwa kemiskinan mempersulit pengambilan keputusan ekonomi dan melumpuhkan pengendalian perilaku. Penelitian lain juga menemukan bahwa kemiskinan merusak kemampuan untuk mengendalikan diri. Tiap orang memiliki energi mental terbatas. Makin banyak energi itu dihabiskan untuk menghawatiran kebutuhan dasar sehari-hari, makin sedikit yang tersisa untuk membuat perencanaan dan keputusan yang sehat dalam jangka pendek dan keberhasilan jangka panjang. Orang miskin sering mengalami rasa putus asa yang melumpuhkan. Khawatir dapat menjadi umpan balik yang cenderung menyempitkan pandangan, semacam jerat yang sulit dilepaskan.

Sebuah studi yang diterbitkan jurnal Science menunjukkan bahwa stres karena kekhawatiran keuangan dapat benar-benar merusak fungsi kognitif orang miskin. Data dari orang-orang berpenghasilan rendah di Amerika dan petani miskin di India, sama-sama membuktikan bahwa baru merenungkan rencana keputusan saja, sudah melemahkan kinerja otak mereka. Orang miskin Amerika yang diminta untuk memikirkan perbaikan mobil dengan biaya yg tinggi, ketika menjalani test kemampuan berfikir hasilnya lebih buruk dibanding mereka yang diminta memikirkan perbaikan mobil dg biaya yg lebih rendah ataupun dari orang yang lebih kaya. Para peneliti itu juga mengamati hasil test kemampuan berfikir para petani miskin di Tamil Nadu India, sebelum dan sesudah musim panen. Daya pikir para petani sesudah panen (meskipun belum menikmati hasilnya) yg merasa lebih aman ternyata lebih baik daripada sebelum panen yang masih merasa khawatir. Temuan ini menambah bukti bahwa bahaya kemiskinan tidak terbatas pada dampak langsung dari kekurangan materi, tetapi berakibat pada menurunnya kemampuan berfikir, yang penting bagi kita bila ingin memahami tentang orang miskin. Berdasarkan kenyataan itu diadakanlah penelitian tentang manfaat bantuan langsung tunai tanpa syarat kepada orang miskin. Para peneliti telah menemukan bahwa pemberian uang tunai satu kali untuk penduduk miskin di Uganda telah menghasilkan peningkatan besar dalam pendapatan mereka selama 4 tahun berikutnya.  Mudah dipahami bahwa suntikan dana awal itu telah memberi hasil yang nyata. Tapi kemungkinan besar justru kelegaan mental yang ditimbulkan oleh bantuan tunai tanpa syarat yang sebenarnya menjadikan mereka dapat mengambil keputusan dan pemecahan masalah yang lebih tajam.


Pemikiran yg menggurui, bahwa kita harus berhati-hati dalam memberi bantuan, dan mengharuskan untuk melampirkan persyaratan yang rumit dan seleksi, mungkin justru dapat menambah masalah kemiskinan. Para pemimpin berpikir, orang miskin diberi bantuan gratis hanya akan menjadikan mereka tambah malas! Sesederhana itukah? Bukti dari Uganda diatas menunjukkan sebaliknya. Dimanapun, tekanan kekhawatiran keuangan yang berterusan merupakan penghalang besar bagi pengambilan keputusan yg bijak yang dibutuhkan oleh orang-orang dalam keadaan sulit untuk berhasil. Jadi jangan katakan bahwa mereka miskin akibat perilaku mereka sendiri. Jerat kemiskinan yang sulit dilepaskan telah melumpuhkan mereka sehingga idak bisa berperilaku produktif.

11/11/13

SHAKUNTALA DEWI, WANITA SATU-SATUNYA


SHAKUNTALA DEWI, WANITA SATU-SATUNYA
Oleh Jum’an

Bila anda akrab dengan dunia perwayangan terutama epos Mahabarata anda mungkin mengenal tokoh Dewi Sakuntala, permaisuri Raja Duswanta leluhur kaum Pandawa dan Korawa. Konon ibunya adalah seorang bidadari dari kahyangan. Rasanya saya pernah memiliki gambar Dewi Sakuntala berukuran 3X4 cm untuk bermain Umbul Wayang dimasa kanak-anak dahulu. Dia adalah tokoh fiktif dalam mitologi Hindu. Shakuntala Dewi yang saya tulis ini adalah seorang wanita dalam kehidupan nyata. Namanya sangat mungkin diilhami dari mitologi yang sama karena dia adalah wanita India yang juga beragama Hindu. Ia lahir pada 4 November 1929 didaerah kumuh di Distrik Bangalore India Selatan. Orang tuanya termasuk kasta Brahmana yang miskin. Ayahnya menolak mengikuti tradisi keluarga untuk menjadi pendeta, ia justru menjadi pemain sirkus, yang mahir dalam akrobat, permainan tali, penjinak singa dan adegan manusia yang ditembakkan dengan meriam. Menurut pengakuan Shakuntala Dewi dalam Majalah Hinduism Today, ibunya menikah pada umur 14 tahun dengan ayahnya yang berusia 60 tahun. Pada usia 3 tahun, ketika diajak bermain kartu, ayahnya sadar bahwa Dewi mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam mengingat angka-angka. “Ini dia rejeki  kiriman Tuhan!” pikirnya. Ia pun terkenal melalui pertunjukan kemampuannya di sirkus, dan juga pertunjukan keliling yang diatur oleh ayahnya. Merekapun memperoleh kehidupan dari situ. Ketika berumur 5 tahun Dewi sudah mahir hitung menghitung diluar kepala, sekaligus  menjadi satu-satunya pencari nafkah untuk keluarganya yang beranggotakan 10 orang. Ini mendorongnya untuk melatih diri setiap hari agar bisa terus melakukan pertunjukan untuk mendukung kehidupan keluarganya. "Pada usia 6 tahun, saya memberikan pertunjukan besar pertama saya di Universitas Mysore, dan ini adalah awal dari maraton saya dalam pertunjukan publik." Dewi menunjukkan bakat matematika nya di seluruh dunia, di perguruan tinggi, di bioskop, radio, dan televisi.

Ketika ia muncul di BBC tahun 1950, jawabannya terhadap soal perhitungan yang sulit ternyata berbeda dari pewawancara.  Ternyata Dewi yang benar. Demikian pula yang terjadi di Universitas Roma. Tahun 1976 The New York Times menyatakan kagum pada kemampuannya: "Dia bisa menjawab akar pangkat tiga dari 188.132.517 - atau hampir semua bilangan lainnya - dalam waktu yang dibutuhkan untuk mengajukan pertanyaan. Ia dapat menyebutkan jatuh pada hari apa setiap tanggal pada abad terakhir.” Tetapi bagaimanapun Shakuntala Devi manusia biasa. Terhadap pertanyaan “jatuh pada hari apa saja tanggal 14 pada tahun 1935”, semuanya dijawab dengan benar kecuali 14 Januari adalah Senin bukan Selasa dan 14 Desember adalah hari Sabtu bukan Minggu.

Pada 1977, di Southern Methodist Univ. di Dallas, ia menghitung akar pangkat 23 dari bilangan 201 digit (terdiri dari 201 angka) dalam 50 detik dengan tepat, mengalahkan komputer Univac, yang menyelesaikannya dalam 62 detik. Pada tahun 1980, dia dengan benar mengalikan dua buah bilangan 13 digit hanya dalam 28 detik di Imperial College di London. Prestasi yang tercatat dalam Guinness Book of World Records 1982 ini adalah luar biasa karena waktu 28 detik itu termasuk untuk mengucapkan jawaban yang 26-digit itu. Ini dia angka-angka itu: 7.686.369.774.870 X 2.465.099.745.779. Jawabannya adalah 18.947.668.177.995.426.462.773.730. “Ini adalah rahmat Tuhan semata. Saya tidak berjasa apa-apa” kata Dewi tentang kemampuan dirinya. Ia dapat mengadakan pertunjukan sampai 2 jam, tetapi untuk melakukannya lagi ia harus menenangkan diri dua atau tiga hari. Menurut Prof Arthur Jensen, dalam penelitiannya tentang Shakuntala Dewi: "Dewi menjawab hampir semua soal lebih cepat dari kecepatan saya menyalinnya di notebook saya." Jensen meberikan dua soal, akar pangkat tiga dari 61.629.875, dan akar pangkat tujuh dari 170.859.375. Shakuntala Dewi memberikan jawaban yang benar yaitu 395 dan 15, bahkan sebelum istri Jensen mulai menekan stopwatch.


Itulah Shakuntala Dewi, genius matematika yang tak ada duanya. Ia tidak mempunyai pendidikan formal. Ia pernah masuk sekolah tetapi dikeluarkan karena ayahnya tidak mampu bayar. Berasal dari keluarga yang tidak biasa, masa kanak-kanaknya tidak bahagia; ia bercerai dengan suaminya yang ternyata seorang gay. Ayahnya terbiasa memukuli ibunya. Bahkan ketika sebagai kanak-kanak Shakuntala menolak untuk mengadakan pertunjukan karena sedang malas, ayahnya memukuli ibunya dan ibunya memukuli Shakuntala. Kata Dewi, ibunya merasakan pukulan suaminya sebagai rahmat; lebih baik daripada dipukul tetangga. Shakuntala Dewi meninggal pada 21 April 2013 di Bangalore India pada usia 83 tahun karena masalah pernafasan dan jantung. Ia meninggalkan seorang anak perempuan bernama Anupama. Untuk mengingat hari kelahiran Shakuntala Dewi, pada tanggal 4 November 2014 yang lalu logo Google tampil dengan gambar Dewi dan tulisan google dengan angka-angka kalkulator terbalik.

03/11/13

MOMINA BIBI - SYAHIDAH DARI WAZIRISTAN


MOMINA BIBI- SYAHIDAH DARI WAZIRISTAN
Oleh: Jum’an

Alkisah pada sore hari yang cerah tahun lalu, tepatnya tanggal 24-10-2012 yaitu dua hari menjelang hari raya Idul Adha, sebuah pesawat tak berawak AS menembakkan rudal tepat mengenai sasaran, yang ternyata seorang nenek 67 tahun bernama Momina (Mu’minah) Bibi. Nenek dari 9 cucu itu tewas, tubuhnya hancur berkeping-keping. Saat itu dia sedang memetik sayur-sayuran di ladang bersama salah seorang cucunya Nabeela (9 th). Zubeir (13) kakak Nabeela baru saja pulang sekolah berada tak jauh dari sana. Peristiwa tragis itu terjadi di wilayah terpencil di Waziristan Utara, Pakistan. Momina adalah seorang bidan desa. Suaminya Rahman pensiunan kepala sekolah dan anaknya Rafiq (ayah 3 anak: Zubeir, Nabeela dan Asma 5 th.) adalah seorang guru. Hari itu Rafiq dalam perjalanan pulang naik bis dari mengantarkan kue-kue lebaran untuk keluarga adiknya. Sampai di perhentian dekat rumahnya ia melihat kerumunan orang yang sedang menguburkan jenasah. Dengan was-was ia bertanya pada seorang anak, siapa yang meninggal. Jawabnya, ibu dari seorang bernama Latif yg tewas oleh serangan pesawat tak berawak. Anak itu tidak tahu bahwa Latif adalah kakak Rafiq. Ia pun syok, semua bawaannya terjatuh dan bergegas lari kerumah. Ia makin takut ketika ingat bahwa anak-anaknya selalu dekat dengan neneknya. Ketika Rafiq tiba di rumah, ternyata sisa-sisa jasad ibunya yg hangus sudah dimakamkan. Nabeela dan Zubeir terluka dan dibawa ke rumah sak. Rafiq berfikir jangan-jangan mereka tak tertolong.

Berita yang tersiar berbeda-beda. Ada yang melaporkan bahwa lima militan tewas. Ada juga yang menulis bahwa Momina sedang menyiapkan makan untuk beberapa militant sehingga ia ikut terbunuh. Satu lagi, bahwa ada seorang militan naik sepeda motor, tepat di sampingnya sehingga ia ikut terkena. Semuanya tidak jelas. Kata Rafiq hanya ada satu orang yang tewas yaitu ibunya yang berusia 67 tahun yaitu Momina Bibi. Semuanya baru jelas setelah Peneliti dari Amnesti International Mustafa Qadri mengusutnya hingga tuntas. Mustafa melakukan wawancara dengan banyak warga desa tempat kejadian secara terpisah tanpa diketahui bahwa ia dari Amnesti Internasional. Setelah berminggu-minggu ia menyimpulkan bahwa laporan keluarga Momina dapat dipercaya. Dia menyimpulkan sangat tidak mungkin bahwa ada militan yang hadir pada saat serangan rudal itu terjadi. Ia juga menemukan potongan-potongan logam yang menurut analisa seorang ahli, sangat mungkin berasal dari rudal jenis Hellfire. Ada juga anggota keluarga yang melihat drone itu secara fisik. Diantara bukti yang paling mencolok bahwa serangan itu dilakukan oleh pesawat tak berawak AS adalah ketepatan tembakannya yang luar biasa. Secara fisik memengenai sasarannya yaitu tubuh Momina Bibi. Dia benar-benar merupakan sasaran tembak dan hancur berkeping-keping. Mereka betul-betul berniat mengarah orang ini.

Momina dan suaminya Rahman, beserta anak-cucunya, adalah keluarga Islam yang bahagia. Nabeela menghabiskan sebagian besar hari-harinya bersama neneknya. "Saya benar-benar menyukai nenek saya," katanya. "Saya senang mengikuti dan belajar bagaimana melakukan sesuatu." Di kebun dihari naas itu, ia bersama neneknya sedang memetik sayuran-sayuran. Neneknya menujukkan cara membedakan kacang yang sudah boleh dipetik dan yang belum. Momina menjahit baju cucu-cunya, menikmati senangnya anak-anak berhari raya. Zubeir mengatakan neneknya disukai oleh semua orang. "Tidak ada orang lain seperti dia. Kita semua mencintainya." Sejak kematian ibunya, kata Rafiq, kehidupan telah berubah. "Tanpa dia serasa anggota tubuh kami telah dipotong," katanya. Momina ibarat benang yang menguntai kalung mutiara. Dia adalah perekat keluarga. Bagi Rahman, pensiunan kepala sekolah yang dihormati, kematian istrinya sangatlah menyedihkan. Pasangan itu tidak terbiasa berpisah, kata Rafiq. "Setelah kematian ibu, ayah jarang sekali tersenyum. Ia seperti tidak bersemangat lagi untuk melajutkan hidup."

Serangan pesawat tanpa awak (drone) berbeda dengan pertempuran lain di mana orang tak berdosa bisa tertembak tanpa sengaja. Drone mengincar sasarannya sebelum membunuhnya. Amerika memutuskan untuk membunuh seseorang, orang yang mereka lihat dari video. Seseorang yang tidak diberi kesempatan untuk mengatakan siapa dia. AS memang sengaja untuk membunuh Momina yang dibidik melalui layar komputer. Selama setahun Pemerintah Amerika tidak pernah mengakui peristiwa ini. Keluarga Rahman telah menceritakan semua ini dihadapan Amnesti Internasional serta wartawan The Guardian Inggris. Akhirnya Kongres AS mengundang Rafiq dan kedua anaknya Zubeir dan Nabeela ke Gedung Putih untuk memberikan kesaksian pada 29 Oktober 2013, beberapa hari yang lalu. Nabeela bercerita sambil memegang gambar serangan yang menewaskan neneknya yang dilukis sendiri diatas selembar kertas. Ketika ia berada tidak jauh dari neneknya dikebun sayur, tiba-tiba ada suara gemuruh. Seperti terjadi kebakaran. Ia takut sekali. Tangannya terasa sakit seperti terkena sesuatu. Ia pun langsung berlari. Sambil lari ia melihat tangannya berdarah. Nabeela terus berlari sampai ia diselamatkan oleh para tetangga. "Saya melihat nenek saya tepat sebelum terjadi ledakan tapi hanya sekejap karena sesudah itu gelap, tapi saya bisa mendengar ia menjerit."


Zubeir mengungkapkan, pada hari neneknya tewas langit cerah, dia baru saja pulang sekolah dan semua orang sudah bersemangat menjelang Idul Adha, sementara terlihat ada pesawat berputar-putar diangkasa. Bukan pesawat terbang, bukan helikopter, kata Zubeir, dia tahu bedanya dari bentuk dan suaranya. "Saya yakin itu adalah sebuah drone." Ia melihat sepasang "bola api" menembus langit biru.  Setelah terjadi ledakan, suasana gelap tertutup asap dan puing-puing. Zubeir terluka oleh pecahan peluru. Ia merasa seperti di neraka. Banyak anggota Kongres yang menangis mendengar kisah mereka. Tetapi para pejabat pemerintah tidak dapat berkata apa-apa, kecuali mengulangi kata-kata Presiden mereka Barrack Obama: "Kalau kita tidak melakukan apa-apa dalam menghadapi jaringan teroris akan terjadi korban lebih banyak lagi - tidak hanya di kota-kota kita di Amerika dan fasilitas kami di luar negeri, tetapi juga di tempat-tempat dimana para teroris bersarang."………………………….. 

26/10/13

MADONNA, KABBALAH DAN ALQUR'AN


MADONNA, KABBALAH DAN ALQUR’AN
Oleh: Jum’an

Anda pasti tahu siapa itu Madonna: Super Star & Queen of Pop Amerika yang nama aslinya Madonna Louise Ciccone (55 th). Guiness World Records menjulukinya artis rekaman wanita terlaris sepanjang masa dan majalah Time menobatkannya sebagai satu dari 25 Wanita Paling Berpengaruh dalam musik kontemporer dan rocker wanita terlaris abad 20. Kisah hidup Madonna yang profesi lengkapnya sebagai penyanyi, penari, pengarang lagu, penulis, aktris, sutradara, pengusaha dan dermawan, menarik untuk dibaca karena penuh keberanian, kontroverisial, bandel dan inspiratif. Dalam essainya untuk majalah Harper’s Bazaar ia menyatakan tak ada gunanya hidup di bumi ini kalau dia tidak berani dalam menjalani hidup dan pekerjaannya. Memang terdengar ekstrim, tetapi dari pengalaman masa remajanya ia sudah menengarai bahwa ada dua kategori manusia; yaitu mereka yang hidup mengikuti kebiasaan dan bermain aman, dan orang-orang yang menentang tradisi dan berkiprah menurut iramanya sendiri. Ia memilih masuk ke kategori yang kedua. Bulu ketiaknya tidak dicukur dan ia tidak mau memakai make-up sebagimana gadis-gadis sebayanya. Karena itu ia tidak disukai oleh laki-laki dan tidak punya banyak teman; orang enggan untuk mendekatinya. Tapi itu membawa hikmah: dengan tidak populer dan tidak bersosialisasi, banyak waktu untuk fokus pada masa depannya. Iapun berangkat pindah ke New York untuk mengejar cita-cita menjadi seniman sejati. Ternyata New York tidak menyambutnya dengan ramah.  Tahun pertama ia ditodong orang bersenjata, diperkosa diatap sebuah gedung dan tiga kali dirampok. Kebisingan lalu lintas dan arus manusia mengejutkan urat syaraf. Muak oleh bau kencing dan muntah dimana-mana terutama ditangga masuk apartemennya. Gelandangan dipojok-pojok jalan; ia tidak menduga sebelumnya. Kadang-kadang ia menangis dikamarnya sambil memandangi burung-burung merpati berak dijendela. Tetapi ia berhasil mengerahkan tenaga dan menyatukan tekad untuk bertahan. Kalau orang lain bisa sayapun pasti bisa; begitu semboyannya. Sebagai bintang pop pada usia 25, ia lebih berani, eksentrik dan provokatif. Ia memakai seombyok kalung salib dilehernya dan kalau ditanya wartawan ia menjawab alasannya karena Yesus baginya sexy. Sebenarnya juga untuk menyulut provokasi. Ia memang senang memprovokasi karena itu “sudah ada dalam DNA-nya. Tetapi hampir selalu ada alasannya” katanya. Pada usia 35 ia merasa perlu meningkatkan dirinya dan mulai mencari makna dari tujuan hidup yang sebenarnya. Ia ingin menjadi seorang ibu, tapi ia menyadari bahwa sebagai pemuja kebebasan mungkin tidak memenuhi syarat untuk membesarkan anak dengan baik. Ia memutuskan untuk mencari pegangan rohani.

Meskipun Madonna dilahirkan dan beragama Katolik, ia memilih untuk bergabung dengan aliran spiritual Kabbalah, sebuah tradisi agama Yahudi yang berasal dari pandangan mistik dan wahyu kitab Taurat. Keputusan yang membangkitkan kegusaran orang banyak itu dilakukannya pada 1996 ketika ia berusia 38 tahun. Ketika dunia tahu saya belajar Kabbalah –tulisnya dalam Harper’s Bazaar, saya dtiuduh menganut aliran sesat, dicuci otak, menyerahkan semua uang saya dan tuduhan gila lainnya. Tradisi Kabbalah begitu rumit dan mudah disalah-fahami. Untuk menganutnya diperlukan pengetahuan hukum Yahudi yang kuat dan hanya untuk mereka yang berusia diatas 40 tahun. Diperlukan disiplin dalam studi mistis, doa dan meditasi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Bagi Madonna mendalami tafsir mistik dari Perjanjian Lama (Taurat) dan memahami rahasia alam semesta bukanlah hal yang berbahaya dan tidak menyakiti siapapun. Saya hanya mencoba berusaha menjadi orang yang lebih baik. Hidup tidak lagi terasa seperti rangkaian peristiwa acak. Semuanya nampak tertata. Saya melihat bahwa menjadi kaya dan terkenal tidak akan memberi kepuasan abadi dan bukan akhir perjalanan. Sekarang, pada usia 55 dan tetap tenar, ia menjanda dengan 4 anak tinggal di New York. Ia mendidik anak-anaknya untuk befikir terbuka dan berani memilih melakukan sesuatu yang benar untuk dilakukan, bukan karena mengikuti orang lain.


Bukan Madonna kalau hanya sejauh itu keberaniannya. Sekarang ia menjalin asmara  dengan Brahim Zaibat, penari usia 25 tahun keturunan Aljazair yang beragama Islam. Diam-diam membuat kehebohan baru. Madonna mulai mempelajari Al-Qur’an. Dia juga membangun sekolah-sekolah untuk anak-anak perempuan mempelajari Qur’an di Negara-negara Islam seperti Pakistan dan Afganistan. “Saya pikir mempelajari semua kitab suci adalah penting. Saya setuju dengan kata teman saya, seorang Muslim yang baik adalah seorang Yahudi yang baik dan seorang Yahudi yang baik adalah seorang Kristen yang baik.” Para pengamat mengkritik Madonna karena menganggap enteng dan bermain-main dengan agama. Dan bahwa minatnya lebih terinspirasi oleh hubungan asmaranya dengan Brahim Zaibat daripada oleh keyakinannya. Pengamat yang lebih pemaaf mengatakan bahwa pernyataan dan tindakan Madonna merupakan langkah signifikan menuju literasi dan toleransi beragama. Madonna yang mengatakan bahwa gagasan berani sudah menjadi norma dalam hidupnya tahu bahwa perubahan besar dan peralihan dalam hidupnya nampak berani bagi penggemarnya. Madonna menjadi wanita yang sangat langka: seorang super-star yang akrab dengan kitab suci tiga agama samawi yaitu Injil, Taurat dan Al-Qur’an. Tidak banyak orang seperti dia. Tahun lalu ia mengunjungi masjid Ayasofia di Istanbul,Turki bersama Brahim Zaibat. Senang rasanya saya membayangkan Madonna berkerudung menghadiri pengajian! Tetapi kalau gagal masuk Islam, Allah juga tidak rugi………… 

13/10/13

GEORGE BUSH MELAWAN YA'JUJ DAN MA'JUJ


GEORGE BUSH MELAWAN YA’JUJ DAN MA’JUJ
Oleh: Jum’an

Umat Islam, umat Nasrani, Yahudi dan bahkan penganut Zoroaster sama-sama mengenal fenomena tentang Ya’juj dan Ma’juj (yang dalam bahasa Inggris disebut Gog dan Magog) yaitu suatu bangsa yang akan muncul di akhir zaman yang merusak dan menghancurkan kehidupan dimuka bumi. Ya’juj dan Ma’juj disebut-sebut dalam Alqur’an, Kitab Perjanjian Baru dan Kitab Perjanjian Lama. Jadi sebagai gambaran, baik Mahmoud Ahmadinejad, Benyamin Netanyahu, George Bush maupun Saddam Hussein sama-sama mengenal sosok Ja’juj dan Ma’juj. George Bush? Presiden Amerika yang tanpa alasan mendasar menyerbu dan menyengsarakan rakyat Irak sampai sekarang?  Ya! Seberapa tahu dia tentang Ya’juj dan Ma’juj? Ketika ditanya tentang keyakinan agama dan keputusannya untuk mencalonkan diri menjadi Presiden pada 2001, Bush membuat testimoni bahwa ia telah diselamatkan Tuhan (terlahir kembali) sebagai seorang Kristen yang taat pada usia 40. Bahkan dia adalah satu-satunya dari lima tokoh diatas yang terang-terangan menyataan bahwa Tuhan memeritahkan dirinya untuk menggagalkan sepak-terjang Ya’juj dan Ma’juj.

Tahun 1995 James Haught dari The Charleston Gazette menulis berita berjudul “A French Revelation, orThe Burning Bush” yang oleh The Toronto Star (Kanada) disebut “lebih aneh dari cerita fiksi”.  Koran Swiss juga menulis berita sarkastis berjudul “Ketika Presiden Bush melihat datangnya Ramalan Injil”.  Konon ketika George Bush sedang menyusun koalisi untuk menyerbu Irak awal 2003, ia menilpun Presiden Perancis Jacques Chirac meminta agar pasukan Perancis ikut bergabung dengan Amerika menyerang Irak kerena invasi itu merupakan misi dari Tuhan. Sesudah Jacques Chirac tidak lagi menjabat Presiden, ia menceritakan bahwa Bush mengatakan kepadanya: “Gog dan Magog sedang meraja-lela di Timur Tengah… Ramalan Injil telah datang… Perang ini (penyerangan Irak) adalah kehendak Tuhan untuk memusnahkan musuh umat-Nya sebelum Zaman Baru dimulai.” Chirac mengatakan terbelalak dan bertanya-tanya bagaimana seorang Presiden Amerika bisa begitu fanatik dan dangkal keyakinannya.  Chirac-pun menolak ajakan Bush. Sebaliknya ia minta theolog Dr. Thomas Romer, untuk menganalisa ajakan aneh itu. Romer menjelaskan, dalam Kitab Perjanjian Lama Yehezkiel dikisahkan bahwa Tuhan murka kepada Gog dan Magog, kekuatan misterius dan menakutkan yang mengancam Israel. Tuhan bersumpah untuk membantai mereka tanpa ampun. Pada 2007 Romer menuliskan perilaku aneh Bush itu dalam majalah resmi Universitas Lausanne Perancis. Mantan Presiden Chirac juga menegaskan kembali peristiwa sinting itu dalam wawancara panjang dengan jurnalis Jean-Claude Maurice yang kemudian dituangkan dalam bukunya “Si Vous le Repetes, Je Dementirai” (If You Repeat, I Will Deny).

Bukan hanya kali itu Bush menunjukkan fanatisme yang kelewatan. Pada 2005 The Guardian Inggris mengutip kalimat-kalimat Bush kepada Menteri Luar Negeri Palestina Nabil Shaath: “Saya didorong oleh misi dari Tuhan. Tuhan memberitahu saya ‘George, lawanlah teroris di Afganistan. Dan saya kerjakan. Tuhan memberitahu saya ‘George, berangkat dan akhiri tirani di Irak’. Dan saya lakukan” Bush mengungkapkan betapa dalam semangat agamanya itu kepada delegasi KTT Israel-Palestina di Shram el-Sheikh Mesir, 4 bulan setelah perang Irak dimulai pada 2003. “Dan sekarang, sekali lagi, saya merasa Tuhan mengatakan kepada saya, ‘George, pergilah perjuangkan Negara Palesina dan keamanan untuk Israel, dan perdamaian di Timur Tengah.’ Dan demi Tuhan saya akan melakukannya. Begitulah … George Bush merasa mendapat perintah langsung dari Tuhan untuk melawan Gog dan Magog yang dalam persepsinya tidak lain adalah dengan Afganistan dan Irak.

Majalah GQ Magazine pada Maret 2009 mengungkap bahwa Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld biasa menyertakan ayat-ayat injil yang bernada perang dan kiamat bersama foto-foto pertempuran dari Irak dalam briefing intelejen hariannya kepada Bush. Satu diantaranya: “Pakailah seluruh perlengkapan dari Allah, sehingga ketika hari malapetaka datang, anda akan dapat berdiri Tegak!”  Menurut James Haught, Presiden Bush memang gila agama, mantan pemabok berpikiran sempit yang mengaku telah diselamatkan Tuhan. Dia tidak sepantasnya dipercaya memegang posisi untuk memulai peperangan.

Dalih resmi George Bush menyerang Irak ternyata tidak berdasar.  Irak tidak mempunyai senjata pemusnah massal, tergabung dengan barisan teroris seperti diduga oleh Gedung Putihpun tidak terbukti. Jadi apa? Mau menguasai minyak Irak? Melindungi Israel? Atau melampiaskan dendam ayahnya (Presiden AS 89-93) pada Saddam Husein? Sulit dibantah bahwa salah satu penyebab perang Irak yang tak terkira besar akibatnya itu, adalah fanatisme Bush yang berlebihan dengan persepsinya yang kerdil tentang hari kiamat serta Ya’juj dan Ma’juj.

05/10/13

MENIKAHLAH - KIAMAT MASIH JAUH


MENIKAHLAH - KIAMAT MASIH JAUH
Oleh: Jum’an

Ya! Menikahlah mumpung kiamat masih jauh. Insyaallah anak-anak, cucu dan cicit anda kelak masih dapat menikmati hidup sejahtera sampai tua. Semoga untuk seterusnya, setidak-tidaknya untuk waktu yang cukup lama.  Andapun semoga akan meninggal ketika tidur pada usia lanjut dengan tenang dan khusnul khotimah. Seandainya anda tahu bahwa dunia akan mengalami kiamat sebulan sesudah anda meninggal, apakah anda masih tetap mau menikah?  Menikahlah karena menikah itu sunnatullah; tetapi anda sadar bahwa dunia dan seisinya akan hancur lebur sebulan sesudah anda dikubur. Saat itu mungkin anak anda sedang berpraktek sebagai dokter atau menjadi guru, sedangkan cucu-cucu anda masih bersekolah. Tiba-tiba mereka dan semua manusia didunia mengalami bencana kiamat yang sangat mengerikan. Gempa 10 skala Richter, ombak setinggi pohon kelapa. Tidakkah anda merasa kasihan membayangkan anak-anak dan cucu anda dilanda tsunami atau tertimbun gunung longsor karena bumi yang memuntahkan isinya? Tidak mungkin tidak, hati menjadi kecut membayangkannya. Siapa yang sanggup hidup dengan kesadaran akan meninggal dengan tenang waktu tidur, semenatara sebulan kemudian anak-anak dan cucunya sekarat tercekik disergap maut. Makin tak berselera rasanya membayangkan kemesraan hidup berkeluarga. Lebih layak kalau anda tidak punya anak, tidak punya cucu atau tidak menikah sama sekali karena mungkin istri anda baru akan meninggal beberapa tahun sesudah anda sehingga iapun ikut terseret oleh bencana yang menakutkan itu. Mungkin sebaiknya anda batalkan saja niat pernikahan anda daripada selalu cemas nantinya.

Ya tetapi itu kan hanya seandainya. Kalau kiamat betul terjadi sebulan sesudah anda meningggal. Tetapi juga, itu berarti bahwa anda hanya dapat menikah dan hidup bahagia berdasar asumsi bahwa setelah anda mati, kehidupan orang lain akan terus berlangsung dalam waktu cukup lama. Diam-diam kita sangat memerlukan agar orang-orang lain hidup terus jika kita sudah mati nanti. Kebahagiaan kita sekarang tergantung pada keselamatan orang lain kelak sesudah kita tidak ada. Mungkin kecintaan kepada keluarga yang menyebabkan anda merasa tergantung pada keselamatan masa depan mereka. Dengan kata lain, keyakinan bahwa orang lain akan tetap hidup sesudah kematian kita merupakan jaminan kelangsungan hidup kita saat ini.

Mari kita buat seandainya yang lain, bukan kiamat sebulan sesudah anda meninggal. Tetapi seandainya kecerobohan manusia menggunakan ilmu pengetahuannya seperti rekayasa genetika, penggunaan tenaga nuklir atau apapun, menyebabkan kemandulan yang yak dapat disembuhkan pada manusia. Sejak saat itu tak ada lagi bayi lahir. Enam tahun kemudian semua sekolah TK terpaksa ditutup kerena semua anak yang ada diseluruh dunia sudah lulus TK nol besar. Enam tahun kemudian semua SD terpaksa ditutup karena tidak ada murid baru. Begitu seterusnya sehingga sehingga sekitar 20 tahun sejak terjadinya bencana kemandulan, semua fasilitas pendidikan tidak aktif lagi. Tak ada lagi Balita, tak ada lagi ABG tak ada ceria dan tangis anak-anak, tak ada lagi canda seronok anak-anak muda. Tak ada lagi orang yang baru; kitalah generasi terakhir manusia. Bayangkan kalau orang yang termuda disekitar kita umurnya 30 tahun, tidak ada lagi yang lebih muda. Semua bersama-sama menua, rapuh dan lemah lalu punah. Meskipun hewan dan tumbuh-tumbuhan masih tetap hidup. Untuk mengatasi kesedihan, kecemasan dan keputus-asaan yang terjadi mungkin sebagian orang mengisi sisa hidupnya dengan mencari kesenangan duniawi sepuas mungkin. Makan, sex, wisata serta bersenang-senang bersama keluarga. Yang lain memilih berkutat dengan urusan ukhrowi, khusuk beribadah, beramal dan pasrah kepada Gusti Alloh. Imajinasi tentang kemandulan global ini meyadarkan kita bahwa tidak adanya generasi yang baru membuat banyak hal terasa sia-sia. Meskipun tidak cemas oleh anak cucu kita yang teriksa, kita cemas semata-mata karena tidak orang-orang baru yang muncul. Bahwa semua orang tergantung pada keberadaan orang lain yang akan datang. 

Dari dua bayangan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan generasi anak-cucu sungguh penting. Sekarang saja, sebelum mereka lahir, kita sudah diberiya persekot berupa jaminan kelangsungan dan ketenagan hidup. Kepedulian kita terhadap mereka bukan saja merupakan misi melanjutkan keturunan, tetapi juga sebagai kompensasi atas jasa mereka yang sudah kita terima terlebih dulu. Maka sudah selayaknya kita berusaha melempangkan jalan untuk menyongsong kedatangan mereka. Jangan mengotori udara, jangan membabat hutan, jangan mencemari alam karena akan menyulitkan masa depan mereka kelak. Bahkan sesudah lama kita tidak ada, doa mereka masih dapat menyelamatkan kita di akhirat kelak.


29/09/13

WHISTLE BLOWER PENGKHIANAT ATAU PAHLAWAN?


WHISTLE BLOWER PENGKHIANAT ATAU PAHLAWAN?
Oleh: Jum’an

Tahun 1961 Dr. Stanley Milgram dari Yale University mengadakan eksperimen yang sangat terkenal tentang Ketaatan Orang Kepada Otoritas. Eksperimen itu dengan meyakinkan membuktikan bahwa mayoritas orang biasa, laki-laki maupun perempuan, dapat berbuat keji yang diluar dugaan hanya dengan alasan sesuai perintah, hormat kepada atasan, sesuai prosedur dsb.  Letnan Gestapo Adolf Eichmann yang membantai ribuan kaum Yahudi di kamar-kamar gas di Auschwitz Austria, didepan pengadilan maupun dalam buku memoirnya menyatakan: “Saya sama sekali tidak menyesal.” Hannah Arendt dalam bukunya “Eichmann in Jerusalem” mencoba membuktikan bahwa Adolf Eichmann bukanlah seorang monster sadis melainkan sekedar seorang birokrat yang taat memenuhi kewajibannya.  Dalam blog saya (KITA RAJA TEGA) banyak saya kutipkan contohnya. Ini membuktikan betapa ketaatan kita kepada otoritas (kekuasaan yg sah dan berwenang) dapat memembuat kita mengkhianati nilai-nilai moral.

Bradley Manning (yang sejak 22-8-2013 berganti nama menjadi Chelsea Manning) adalah tentara Amerika yang pada bulan Agustus lalu dijatuhi hukuman penjara 35 tahun karena menjadi whistleblower membocorkan dokumen rahasia Departemen Pertahanan dan Negara ketika ia bertugas di Irak sebagai analis intelejen. Ia merasa terpanggil untuk melawan aturan aturan internal birokrasi. Dalam pengadilan dia menggambarkan salah satu kasus yang dialaminya. Pada Februari 2010, ia menerima laporan bahwa Polisi Federal Irak menahan 15 orang karena mencetak tulisan-tulisan "anti-Irak". Setelah diteliti, Manning menemukan bahwa tak satupun dari 15 orang itu pernah memiliki hubungan dengan tindakan anti-Irak atau dicurigai sebagai anggota organisasi teroris. Manning lalu menyuruh tulisan yg diduga anti-Irak diterjemahkan dan ternyata bahwa, berbeda keterangan polisi federal, tulisan yang dikatakan anti-Irak adalah data-data korupsi rinci dalam kabinet pemerintahan Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan dampaknya pada rakyat Irak. Ketika ia melaporkan temuan ini kepada perwira yang bertanggung jawab, dia diberitahu untuk tutup mulut saja. Manning tidak bisa bermain bersama. Dia mengatakan, dia tahu jika dia terus membantu Polisi Federal Baghdad mengidentifikasi lawan politik Perdana Menteri al-Maliki, orang-orang-orang itu akan ditangkap dan dalam tahanan Unit Khusus Kepolisian Federal Baghdad, sangat mungkin disiksa dan tidak terlihat lagi untuk waktu yang lama – atau dibunuh. Ketika atasannya tidak mau mengatasi masalah tersebut, ia memutuskan memberikan informasi ini kepada WikiLeaks. Untuk tindakannya itu ia diganjar 35 tahun penjara dan dipecat dengan tidak hormat. Padahal prajurit umur 25 tahun itu menyandang berbagai tanda jasa: National Defense Service Medal, Iraq Campaign Medal, Global War on Terrorism Service Medal, Army Service Ribbon dan Armmy Overseas Service Ribbon.

Edward Snowden (29 th) adalah whistleblower pembocor rahasia program penyadapan oleh Pemerintah Amerika. Yaitu penyadapan telepon rakyat AS untuk memantau kemungkinan adanya terroris dari luar negeri menghubungi orang di Amerika. Dan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan FBI yang menyadap jaringan internet untuk memantau aktifitas yang mencurigakan dari luar negeri. Snowden merasa bahwa, menghadapi apa yang jelas salah, ia tidak bisa berperan dengan baik dalam birokrasi dari komunitas intelijen. Ia mengatakan: “Membicarakan pelanggaran-pelanggaran yang disini sudah merupakan pekerjaan biasa, orang cenderung tidak menganggapnya serius dan mengalihkan perhatian mereka. Tapi lama-lama kesadaran akan kesalahan seperti itu terus menumpuk dan anda merasa terdorong untuk berbicara. Semakin anda berbicara, semakin anda diabaikan. Semakin Anda diberitahu itu bukan masalah, sampai akhirnya anda menyadari bahwa hal-hal ini perlu ditentukan oleh masyarakat dan bukan oleh seseorang yang hanya disewa oleh pemerintah.” Birokrasi menyuruh dia tutup mulut dan mengabaikan tapi Snowden merasa bahwa hal tersebut adalah salah secara moral.

Pihak-pihak yang menyalahkan Snowden sama sekali tidak pernah menyebut-nyebut masalah moral yang menurut Manning dan Snowden (bagaiman menurut anda?) adalah penting. Mereka hanya menggunakan alasan seperti: "Agar masyarakat berjalan dengan baik, harus ada landasan dasar kepercayaan dan kerjasama, rasa hormat pada lembaga dan menghormati prosedur umum. Dengan memutuskan secara sepihak membocorkan rahasia dokumen NSA, Snowden telah mengkhianati semua ini."
“Tujuan saya untuk memberi tahu rakyat Amerika tentang hal-hal yang dilakukan atas nama mereka, dan tindakan-tindakan yang akan merugikan mereka.” kata Snowden.


Umumnya komentator pemerintah berpendapat bahwa semua aktor ini perlu dibawa ke pengadilan, sementara komentator independen cenderung mendukung. Jajak pendapat Majalah Time baru-baru ini menunjukkan bahwa 70% dari generasi usia 18 – 34 tahun percaya bahwa “Snowden telah melakukan hal yang baik”. Apakah ini berarti generasi muda telah kehilangan arah? Menurut Peter Ludlow professor filsafat dari Northwestern Univ. dalam blognya “The Banality of Systemic Evil” generasi muda tidak kehilangan arah tetapi justru sebaliknya. Jelas, ada prinsip moral yang mendasari tindakan para whistleblower itu. Menurut Ludlow prinsip moral telah jelas diartikulasikan, dan itu justru dapat menyelamatkan masyarakat dari masa depan yang sangat buruk. Jadi, pengkhianat atau pahlawankah seorang whistleblower? Apa dosanya?

23/09/13

TERSANDERA OLEH TENGGANG RASA


TERSANDERA OLEH TENGGANG RASA
Oleh: Jum’an
Menghargai perasaan orang lain atau bertenggang rasa adalah baik dan perlu demi kelancaran hubungan sesama kita. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan tidak dapat mencapai apa yang diinginkannya sendiri. Kita tidak dapat menyadari identitas kita kecuali melalui kehidupan bermasyarakatl. Dalam Video eksperimen Dr. Tronick: “Still Face”  ini, anak umur 1 tahun jelas dapat merasakan perubahan ekspresi wajah ibunya. Ia gelisah dan menangis ketika ibunya tidak menanggapi perasannya. Ini mungkin bakat yang diberikan Sang Pencipta sebagai bekal pertahanan dan perkembangan hidupnya nanti. Meskipun tenggang rasa adalah baik dan manusiawi kita tidak mungkin untuk selalu menyenangkan hati orang lain. Ada saatnya kita harus mengatakan tidak, karena masing-masing kita memiliki batas-batas kepribadian sendiri . Yaitu aturan dan prinsip tentang apa yang kita anggap boleh atau tidak boleh untuk dilakukan, meliputi masalah  fisik, mental, emosiaonal dll. Batas-batas emosional misalnya, membedakan dan memisahkan emosi dan tanggung jawab kita dari emosi dan tanggung jawab orang lain. Seperti garis imajiner atau medan kekuatan yang memisahkan kita dengan orang lain. Batas batas emosional yang sehat membuat kita tidak seenaknya menasehati, menyalahkan atau menerima kesalahan orang lain. Melindungi kita dari perasaan bersalah karena perasaan negatif atau masalah orang lain. Jika kita kesulitan untuk mengatakan tidak dengan alasan tenggang rasa ketika kita terganggu oleh tuntutan orang, merasa dikendalikan, dilecehkan, atau bahkan dipaksa menerima kebaikan, adalah tanggung jawab kita untuk ber-reaksi. Tenggang rasa dapat berubah menjadi kurang baik dan merusak, bahkan menyandera kita. Ada dua penyebab mengapa kita dapat dikendalikan oleh perasaan orang lain yang menyebabkan kita merasa tersandera.
Pertama bila orang lain memiliki batas-batas kepribadian yang buruk dan sengaja mengharapkan kita merasa bertanggung jawab atas perasaan negatifnya, untuk selalu merasakan apa yang dia rasakan. Kalau ia dongkol, kita tidak boleh bercanda dan kalau dia senang dia tak mau mengerti mengapa kita bisa bersedih. Mereka umumnya adalah orang-orang yang narsistis atau penderita gangguan kepribadian (Borderline Personality Disorder - BPD). Mereka mungkin dengan aktif berusaha untuk memanipulasi kita dengan perasaan mereka. Mereka menyalahkan dan menuduh kita tidak sensitif terhadap kebutuhan mereka, mereka melemparkan persoalan-persoalan mereka pada kita, bahkan mereka mengancam mau bunuh diri. Mereka mencari penyaluran bagi penderitaannya sendiri.
Yang kedua bila batas-batas kepribadian kita sendiri yang lemah dan tidak sehat. Kita menjadi seperti karet busa atau spons yang menyerap air comberan sekalipun. Kita terbiasa menyerap dan menghayati perasaan orang lain seolah-olah perasaan kita sendiri. Tidak peduli apakah orang lain itu baik atau buruk- kita sangat terpengaruh oleh suasana hati mereka dan kita menghisap semuanya seperti spons menghisap air. Banyak penyebab mengapa seseorang bisa menjadi seperti spons. Umumnya (tetapi tidak selalu), mereka memiliki orang tua dengan gangguan kepribadian, narsistis, pemabuk, atau orang tua yang kasar yang suasana hatinya sangat tidak stabil. Lama-lama anak tersebut merasa dia "bertanggung jawab" atas perilaku dan perasaan orang tuanya. Dia bisa menghabiskan masa dewasanya mencoba untuk menyenangkan orang lain, dan menghambakan diri pada perasaan orang lain, meskipun orang lain itu tidak bermaksud memperbudak atau menyanderanya! Wajah seorang pimpinan mampak kurang ceria mungkin habis bertengkar dengan isterinya dirumah. Kita merasa khawatir dan berdebar-debar mendengar dan menanggapi kata-katanya, kita mengambil alih ketidak-senangannya seolah-olah itu tanggung jawab kita.
Apa yang dapat kita lakukan untuk memperkuat batas-batas kepribadian kita guna menghadapi para penyandera? Richard Zwolinski (Standing Up ForYou With An Emotional Hostage Taker) memberkan beberapa tips, sebagian diantaranya:

Pertama, kita perlu menegaskan pada diri sendiri: “Saya bukan Dia.” Saya bertanggung jawab untuk perasaan saya sendiri; saya tak bertanggung jawab atas perasaan orang lain (dengan asumsi bahwa kita tidak menghina, mengabaikan atau melecehkan orang lain). Saya tidak perlu menghabiskan waktu dengan orang-orang yang menguras saya. Saya mampu menangani perasaan sendiri. Kedua, kumpulkan tekad dan kekuatan untuk mengucapkan ini pada orang yang mengganggu kita: “Saya bukan karung tinju sasaran emosional anda. Keruwetan anda adalah urusan anda bukan urusan saya.” Disisi lain, kita harus memahami perbedaan antara penyanderaan dan keluhan yang wajar. Mungkin mereka mempunyai alasan yang sah untuk minta kita bertanggung jawab atas tindakan yang telah kita lakukan. Jika seseorang yang secara umum baik mengeluh tentang perilaku kita yang menurutnya berbahaya atau menyakitkan hati, tetaplah terbuka dan positif, mendengarkan keluhan mereka, dan mengatasinya. Sisihkan ego kita dan minta maaf dan mencoba untuk memperbaiki. Kita juga bisa salah.

13/09/13

SISI GELAPKU TAKTERKALAHKAN


SISI GELAPKU TAK TERKALAHKAN
Oleh: Jum’an

Entah sudah berapa puluh tahun, hampir dapat dikatakan sepanjang hayat saya berjuang melawan nafsu tetapi tidak pernah berhasil mengalahkannya. Sampai seusia ini masih saja berperilaku tidak sehat. Tidak mampu menghentikan berpura-pura, makin canggih dalam berbohong dan cenderung berprasangka tidak baik terhadap orang lain. Belum lagi kebiasaan menghindar dari tanggung jawab, merasa paling benar sendiri dan masih banyak lagi yang kalau saya ceritakan semua, habislah saya. Padahal saya selalu berikhtiar dan berdoa agar akhlak saya makin hari makin baik. Mungkin terlalu saya dramatisir. Mungkin saya yang kurang gigih berusaha dan kurang khusyuk berdoa, tetapi saya jelas merasakan bahwa nafsu jahat atau sisi gelap jiwa saya bukanlah lawan  yang enteng dan sembarangan. Ia terlalu kuat untuk dapat dikalahkan. Ia menghadapi serangan saya dengan senjata dan strategi yang berbeda sama sekali. Saya merasa seperti bertinju melawan penyihir. Saya menyerangnya secara frontal tetapi ia menyelinap dan merangkul saya dari belakang. Ia menempel, merasuk dan lengket dibagian bawah sadar saya, mencari hal-hal yang buruk dan menghipnotis saya untuk mengerjakannya. Dikondisikannya saya untuk terus menerus kembali melakukan hal-hal yang tidak sehat yang megakibatkan citra saya menjadi buruk dan hidup saya tidak menyenangkan. Semula saya menyangka bahwa sisi gelap itu hanyalah sekedar tabir hitam yang diam yang menghalangi pandangan saya dari melihat dan melakukan kebaikan, yang kalau saya bacakan a’zubillahi minassyaitonirrojim pasti akan tersingkap menyingkir.  Ternyata bukan dan tidak. Ia lebih mirip dengan makhluk hidup yang aktif, bahkan giat dan merangsek saya untuk mengulangi perbuatan-perbuatan yang saya sudah tahu bahayanya dan saya bakal menyesalinya.  Dengan kata lain ia berusaha menyabot program hidup saya tanpa peduli dengan nama baik maupun dosa yang harus saya tanggung. Pokoknya ia besikeras agar saya mengekspresikan diri melalui hal-hal yang negatip.
Padahal rasanya nilai saya diatas rata-rata dan sangat layak untuk menjadi seorang karyawan yang produktif, cekatan, rajin dan berdisiplin. Tetapi sisi gelap jiwa saya telah menjegalnya menjadi hanya seorang karyawan yang loyo, tidak bertanggung jawab, lamban dan suka mangkir. Dimanjakannya saya dengan tidur larut malam, bangun kesiangan dan memulai jam kantor dengan kelayapan dipelosok-pelosok internet belama-lama. Itu hanya satu dari banyak jenis sabotase yang mengakibatkan hidup saya tidak menyenangkan dan tidak disukai orang. Diyakinkannya saya bahwa bermalas-malas dan memuaskan nafsu adalah hak asasi saya.  Saya merasa terjebak, tidak punya pilihan dan kendali atas perilaku saya sendiri dan merasa tergantung pada belas kasihannya, meskipun saya harus mengakui bahwa itu berasal dari dalam pikiran saya sendiri. Saya benar-benar merasa dikhianati oleh diri sendiri.
Saya ingin hidup layak: bekerja mencari nafkah, beribadah, menghormati dan dihormati oleh orang lain, berbuat baik untuk sesama, hidup lebih sederhana serta makan-minum, olah raga dan tidur yang teratur. Tetapi sisi gelap saya tidak peduli dengan semua ini. Ia ingin agar saya tampil sebaliknya sebagai sosok yang terpuruk, sial dan tidak berharga. Kalau ada kebaikan yang masih dapat saya lakukan, saya melakukannnya tanpa gairah, sehingga jangan-jangan tidak ada pahalanya. Pertempuran antara keinginan untuk hidup bahagia atau tunduk pada rayuan sisi gelap yang merasuki bawah sadar ini menjadikian hidup terasa begitu melelahkan.

Tetapi saya tidak percaya bahwa nafsu jahat tak terkalahkan. Setan hanya bisa menggoda dan tidak bisa memaksa. Dan manusia, saya dan anda, mempunyai kekuatan luar biasa yang baru sebagian kecil yang kita manfaatkan. Bila anda mempunyai sisi gelap seperti saya, selamat berjuang untuk membersihkan tabir hitam yang lengket dibawh sadar anda

01/09/13

PENGEMIS JALANAN SEBAIKNYA KITA APAKAN


PENGEMIS JALANAN SEBAIKNYA KITA APAKAN
Oleh: Jum’an

Konon dalam bukunya “Thus Spoke Zarathustra”, Friedrich Nietzsche tokoh eksistensialis Jerman abad 19 yang ateistis menulis bahwa pengemis itu seharusnya ditiadakan karena serba menjengkelkan: diberi salah tidak diberi juga salah. Pengemis memang idealnya jangan sampai ada; bukan karena mereka menjengkelkan, tapi karena mereka merupakan bukti nyata ketidakmerataan kesejahteraan masyarakat. Mengambil sikap yang bulat dan konsekwen terhadap pengemis memang tidak mudah.  Banyak orang berfikir bahwa menyantuni pengemis sama dengan melestarikan keberadaan mereka. Tidak mendidik tapi malah menyuburkan. Tetapi bagi saya yang tinggal di Jakarta yang setiap hari berpapasan dengan puluhan pengemis, tidak mungkin menutup mata dan menganggap mereka tidak ada. Kita sudah terlanjur beretika dan beragama: nurani kita sensitif, hati kita mudah tersentuh. Tidak tega melihat anak-anak dibawah umur dan perempuan tua yang bongkok dan keriput mengemis diterik matahari. Lebih dari itu kita mendustai agama jika menolak anjuran memberi makan orang miskin. Pengemis orang miskin bukan? Pokoknya membenci pengemis dosanya segunung. Karena Friedric Nietzsche tidak mengenal dosa dan agama, hak dia lah untuk mmemilih opsi “ditiadakan” saja.
Meskipun kita bukan pengikut Nietzsche dan sadar bahwa agama menganjurkan untuk menyantuni kaum miskin, memberikan uang receh kepada pengemis tetap banyak yang tidak suka. Saya memilih bersikap mendua: kalau ingin memberi ya saya beri, kalau tidak ya tidak. Meskipun sikap mendua menandakan kelemahan. Dua orang kakak saya berbeda sikap terhadap pengemis sejak muda sampai akhir hayat mereka. (Mbakyu Saya Berbeda Partai). Mungkin saya membenarkan kedua-duanya.
Ada kalanya saya merasa senang, rela dan bersemangat menderma untuk pengemis jalanan. Baik yang tua dan keriput, yang nampak bersih dan masih sehat, yang masih usia SD maupun sudah senja.  Mereka mengemis karena tidak ada cara lain yang mereka miliki atau mereka ketahui. Pasti bukan semata-mata karena malas. Saya sengaja mengumpulkan uang receh buat mereka. Mereka itu orang-orang yang suka damai, tidak pernah membuat gaduh, merampas atau mencuri. Itu adalah nilai-positip dan terpuji yang tidak pernah mereka pamerkan. Mereka tidak memilih potongan baju, ukuran maupun warna, semuanya cocok untuk mereka. Ketika saya tidak punya receh, senyum dan kata maaf pun mereka terima. Kebanyakan mereka membalas dengan senyum juga. Ada kalanya saya pilih-pilih pengemis juga. Kalau sisa recehan tinggal sedikit saya pilih berikan kepada pengemis kecil yang ceria daripada yang tua dan menyedihkan. Saya juga merasa lebih tertarik kepada pengemis yang mengingatkan pada orang yang pernah saya kenal. Nenek saya dikampung dulu misalnya, teman main masa anak-anak atau tetangga. Saya merasa bersahabat dengan mereka. Sama-sama makhluk yang lemah, sama-sama punya penderitaan. Bukan penampilan dan kekayaan tetapi akhlak dan hati yang lebih penting.
Ketika seseorang tertimpa musibah atau bencana yang parah sampai makan sehari-hari pun kesulitan, ada tiga jalan yang mungkin ia tempuh. Ia dapat bekerja keras memeras otak dan tenaga untuk bangkit kembali.  Ini merupakan jalan yang terhormat dan bermartabat. Tetapi sangat sulit dan berat untuk ditempuh karena sarat dengan kendala.  Atau ia memilih jalan sewenang-wenang dan membabi-buta dengan dengan dengan mencuri atau merebut jatah orang lain. Atau menjadi pengemis jalanan…. Mengemis lebih terhormat dan sopan daripada mencuri karena pengemis menerima atas belas kasihan dan keihlasan dari pemberinya. Mencuri dan merebut justru dukutuk orang banyak, atau dipukuli bila tertangkap. Menjadi mengemis merupakan solusi yang paling layak dan aman. Semoga orang mau tahu itu.
Tetapi ada saatnya datang versi lain dalam pikiran saya yang sama absahnya dengan bermurah hati pada pengemis. Pemgemis ada kalanya memang keterlaluan. Meminjam bayi orang yang masih merah. Dibawah terik matahari dipamerkannya didepan mata kita untuk merangsang rasa kasihan, seolah-olah untuk bayi itulah dia mengemis. Mungkin hasilnya nanti ia bagi dengan ibu sibayi. Rasanya dinegeri lain jarang ada kezaliman seperti ini. Jangan keliru: anak-anak kecil mengemis bukanlah inisiatif sendiri. Kebanyakan mereka suruhan. Bila anda jeli, dekat tiang listrik sana ada boss meraka yang duduk menunggu dan mengawasi hasil kerja anak-anak itu. Lebih parah lagi, sebagian pengemis termasuk orang yang kecukupan dikampungnya, punya sawah dan rumah tembok yang permanen. Sambil menunggu musim panen mereka pergi ke Jakarta untuk mengemis. Kalau anda beri baju bagus, tidak bakal dipakainya karena akan mengurangi karismanya sebagai pengemis. Ada pula pengemis yang pandai menempelkan koreng buatan dikakinya, persis seperti luka yang meradang dengan obat merah dipinggir-pinggirnya, yang berpura-pura pincang, semuanya untuk menaikkan hasil mengemisnya. Pengemis sekarang makin terorganisir dan membentuk sindikat.
Alangkah bodohnya menderma untuk perempuan kejam yang menjemur bayi diterik matahari. Betapa kelirunya menyumbang orang yang mempekerjakan anak-anak mengemis untuk mereka. Bodoh sekali berbagi dengan orang kaya yang mengemis hanya untuk menunggu musim panen datang. Membuang-buang tenaga, menyedot emosi dan jelas tidak mendidik. Kita tidak berhutang sepeserpun kepada mereka, mengapa susah-susah membantu mereka! Silahkan anda pikir, jangan tergesa-gesa memutuskan karena pengemis akan tetap ada dimana-mana sampai akhir zaman.