22/10/15

MUSLIHAT AKHIR MASA JABATAN


MUSLIHAT AKHIR MASA JABATAN
Oleh: Jum’an

Perasaan senang selalu timbul ketika orang berhasil menyelesaikan tahap akhir dalam kegiatannya seperti menyelesaikan kuliah di Perguruan Tinggi atau membangun rumah. Kita serta merta menjadi baik budi dan murah hati. Mengunjungi teman lama, makan di luar bersama keluarga atau bersedekah. Disertai harapan agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan waktu menyelesaikan kegiatan itu tertebus dan agar terhindar dari terpeleset pada momen momen terakhir. Tetapi segala sesuatu selalu ada sisi terang dan sisi gelapnya. Demikian pula dengan sensasi yang menyenangkan dari tahap akhir suatu kegiatan. Euforia karena keberhasilan sekaligus mengendorkan kewaspadaan. Perasaan tanpa beban menyebabkan  orang cenderung bertindak menggampangkan dan gegabah.  

Menurut hasil sebuah penelitian terbukti bahwa pada babak akhir suatu kegiatan, orang cenderung terangsang untuk menipu ketika mereka memiliki peluang. Motivasi dibalik perbuatan jahat tersebut adalah kekhawatiran mereka akan menyesali kehilangan kesempatan yang terakhir. Dalam penelitian itu ratusan peserta direkrut melalui internet untuk berpartisipasi dalam eksperimen melempar koin dan menebak sendiri apakah koin itu akan jatuh pada permukaan yang satu atau yang sebaliknya. Setiap eksperimen terdiri dari 20 kali lemparan. Sebagian diminta untuk mengulang eksperimen itu sebanyak 7 ronde, yang lain 10 ronde dan kelompok lain lagi 13 ronde. Tebakan yang benar akan diberi kompensasi sedikit uang tunai. Semua diminta untuk melaporkan hasil tebakannya dengan jujur agar penelitian itu bernilai. Tetapi karena mereka mengerjakannya secara pribadi, maka bila peserta berbohong pun tidak akan ketahuan. Tetapi menurut statistik, koin yang dilempar berkali-kali, kemungkinan jatuh pada satu sisi atau sisi yang lain rata-rata adalah sama yaitu sekitar 50%. Pada ronde-ronde awal laporan hasil tebakan yang benar memang menunjukkan angka disekitar 50. Tetapi pada ronde akhir angka itu berubah drastis. Mereka yang diminta mengikuti percobaan 7 ronde, menipu dan melaporkan tebakan benarnya sangat tinggi pada ronde ke tujuh. Demikian pula yang diminta mencoba 10 ronde, mereka masih jujur sampai ronde ke 9 dan menipu seenaknya pada ronde ke 10. Demikian pula kelompok 13 ronde. Ini membuktikan kecenderungan menipu pada tahap akhir memang benar terjadi. Dan bahwa apa yang membuat orang ingin menipu bukan berapa banyak kesempatan yang mereka miliki, tetapi berapa banyak peluang yang masih tersisa.

Untuk memperjelas apakah fenomena penipuan pada tahap akhir ini juga berlaku dalam kehidupan yang nyata, diadakan eksperimen sejenis. Para peserta penelitian diminta untuk membaca 7 atau 10 buah artikel dan akan dibayar sesuai dengan lamanya waktu yang mereka laporkan untuk menyelesaikan setiap artikel. Tanpa sepengetahuan mereka, waktu mereka juga dicatat dengan timer rahasia. Hasilnya tidak berbeda dengan eksperimen melempar koin, ketika mereka membaca artikel terakhir mereka melaporkan menghabiskan waktu setidaknya 25% lebih dari yang sebenarnya mereka lakukan, demi bayaran lebih tentunya. Kecurangan kebanyakan terjadi ketika orang berfikir mereka mendekati garis finish.

Menggunakan analogi akhir masa jabatan dengan ronde terakhir atau garis finish, sangat pantas diduga bahwa seseorang pada akhir masa jabatannya cenderung berkeinginan menipu untuk kepentingan pribadi setiap ada kesempatan. Sebab kalau tidak, ia akan kehilangan kesempatan terakhir yang ada. Apalagi menurut penelitian itu, kemampuan untuk mengantisipasi masa depan meningkat ketika seseorang berada pada tahap akhir kegiatannya. Kemampuan antisipasi dapat membantu orang memeras tenaga untuk memeperoleh tambahan hasil hingga maksimal pada saat-saat terakhir seperti petinju yang hampir kalah, tetapi berhasil menghajar lawannya hingga K.O. pada ronde terakhir.


Ketika masa jabatan menjelang berakhir maka situasi menjadi rawan terhadap penyelewengan. Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok, mereka merekayasa kegiatan-kegiatan yang dapat mengalirkan uang untuk mereka secara tidak halal. Membangun fasilitas-fasilitas yang tidak urgen misalnya gedung pertemuan, komputerisasi administrasi, atau bila perlu memindahkan lokasi pasar. Saya menduga bahwa banyak proyek rekayasa yang diputuskan disaat menjelang akhir jabatan yang telah mengakibatkan banyak kebocoran dalam pembiayaannya. Oleh karena itu kewaspadaan yang lebih, perlu ditegakkan terhadap keputusan-keputusan yang diambil pada akhir masa jabatan untuk mencegah adanya kesengajaan memanfaatkan peluang terakhir untuk korupsi. Percayalah!

16/10/15

BERKERUMUN DAN BERDESAKAN


BAHAYA BERKERUMUN DAN BERDESAKAN
Oleh: Jum’an

Tragedi Mina 2015 yang menewaskan lebih dari 1000 jamaah haji mengingatkan bahwa potensi bahaya kerumunan massa adalah nyata dan menakutkan sehingga orang harus waspada  setiap saat. Kesalahan manusia berulang dari waktu kewaktu seiring dengan dinamika kehidupan yang tidak pernah berhenti. Penyelenggara acara-acara perhimpunan besar yang rutin harus selalu berusaha menjaga, mengatisipasi dan mengevaluasi keamanan dan keselamatan hadirin yang terlibat dalam acara itu. Lebih-lebih peyelenggaraan ibadah haji yang berskala internasiaonal. Pemerintah Arab Saudi telah melibatkan ahli-ahli dari seluruh dunia termasuk dari perusahaan desain tingkat Dunia terkenal  Arthur Gensler Associates  dari San Francisco AS dalam Mega Project “Redesigning Mecca” untuk meningkatkan aliran dan keselamatan di semua situs utama haji, dari masjidil-haram sampai ke Mina. Seperti kita ketahui tragedi kematian massal karena berdesakan tidak hanya terjadi pada jamaah haji dan acara ziarah keagamaan lainnya tetapi juga dalam banyak acara–acara sosial budaya seperti prosesi pemakaman, acara hiburan, pembagian bahan makanan, bencana alam, insiden kebakaran, kerusuhan dan acara olahraga. Salah satu insiden desak-desakan massa yang fatal yang mungkin pertama kali didokumentasikan terjadi pada tahun 1896 ketika penobatan Tsar Nicholas II di Rusia. Sebanyak 1.000 orang tewas setelah rumor menyebar dikalangan pengunjung bahwa stan pembagian hadiah kehabisan souvenir. Pada tahun 1941, selama pemboman kota Chongqing di Cina oleh Jepang 1.000 orang tewas ketika berdesak-desakan di terowongan Jiaochangkou yang merupakan jalur menuju ke tempat perlindungan dari serangan udara. Suatu studi epidemiologi mencatat sebanyak 215 peristiwa fatal berdesakan antara tahun 1980 dan 2007.

Berdesak-desakan adalah gerakan akibat rangsangan massal diantara kerumunan ternak atau manusia dimana mereka secara kolektif mulai bergerak tanpa arah atau tujuan yang jelas. Rangsangan ini merupakan respons biologis di dalam otak dan kelenjar endokrin, yang bagi hewan ternak berguna untuk membantu menghindarkan diri dari sergapan predator. Anehnya manusia begitu rentan terhadap bahaya ketika berada dalam kerumunan massa. Padahal ikan teri (bilis) sampai jenis burung jalak sangat kompak dalam berkoordinasi ketika mereka sedang ramai berkelompok. Mereka tidak pernah saling bertabrakan. Ribuan burung yang terbang dengan kecepatan tinggi sanggup melakukan manuver secara tiba-tiba dengan koordinasi yang tepat; sungguh mengagumkan. Ternyata hewan memiliki sistem sosial dan membuat keputusan bersama yang sangat teratur. Menurut pakar ekologi Dr. Iain Couzin kawanan burung atau kelompok ikan yang sangat sigap berkordinasi menandakan bahwa mereka telah ber-evolusi  untuk melakukannya.  Sayangnya, manusia tidak demikian. Kita telah berkembang menjadi kelompok keluarga kecil. Pada manusia biasanya insiden berdesakan terjadi karena rasa panik yang menyebar, bukan karena lingkungan yg benar-benar berbahaya. Respons mereka lah yang menciptakan bahaya. Respons kolektif yang kuat adalah hal yang sangat berbahaya dalam situasi tertentu.

Ada empat unsur utama yang perlu diingat untuk dapat memahami penyebab, upaya pencegahan dan kemungkinan meringankan bahaya kerumunan yang sedang berlangsung. Juga untuk mengingatkan bahwa situasi kerumunan dapat dengan cepat menjadi ancaman dan berpotensi mematikan. Pertama, kekuatan desakan dari kerumunan massa. Kekuatan desakan beberapa orang saja sudah cukup mematikan. Dalam kerumunan yang padat seseorang tidak dapat menahan kaki di tanah dan tidak bisa mengontrol kemana akan bergerak. Ia hanya bisa mencoba untuk menjaga keseimbangan saja. Desakan massa dapat meningkat sampai tidak mungkin untuk ditahan.  Sebagian besar kematian dalam tragedi berdesakan adalah karena sesak nafas, bukan karena terinjak-injak. Besarnya kekuatan desakan massa terlihat dari pagar baja yang sampai bengkok setelah beberapa insiden yang fatal. Kekuatan itu berasal dari dorongan dan efek domino dari orang yang bersandar satu sama lain. Sesak nafas terjadi pada orang-orang yang tertumpuk secara vertikal, atau dorongan  dan himpitan horizontal. Unsur yang ke dua adalah informasi, yang menyebabkan massa bertindak atau bereaksi. Termasuk semua sarana komunikasi, pemandangan dan suara yang mempengaruhi persepsi massa, pengumuman kepada publik, tindakan personil, tanda-tanda, dan bahkan loket karcis, yang dapat memicu gerakan kelompok yang cepat. Yang ketiga, ruang atau tempat dimana insiden kerumunan terjadi. Konfigurasi, daya tampung dan kemampuan mengatur lalu lintas hadirin menentukan kepadatan kerumunan. Ruang tempat berdiri dan duduk, perkiraan jumlah hadirin, kapasitas koridor,  tangga, pintu, eskalator, dan lift. Yang terakhir adalah unsur waktu: lamanya acara, penjadwalan serta kecepatan untuk mengatur kelancaran. Perlu diingat bahwa pada proses kedatangan kepadatan lebih bertahap dan renggang sebelum acara, dibandingkan saat keluar dimana kerumunan bergerak lebih capat dan lebih padat.

Strategi sederhana untuk mencegah bencana kerumunan massa adalah dengan mengorganisir dan mengontrol lalu lintas dengan sarana pembatas. Tetapi pagar pembatas dalam beberapa kasus dapat menggiring kerumunan menuju daerah yang justru sudah padat. Oleh karena itu pagar pembatas dapat menjadi solusi maupun penyebab berdesakan. Yang menjadi masalah adalah kurangnya umpan balik dari orang-orang yang terhimpit dibagian depan kepada orang banyak yang mendesak dari belakang - umpan balik sebenarnya dapat diberikan oleh pengawas dari tempat yang lebih tinggi, seperti panggung atau diatas kuda, yang dapat mengamati kerumunan dan menggunakan pengeras suara untuk berkomunikasi dan mengarahkan orang banyak.

Kerumunan yang besar bisa sangat aman, dan kerumunan kecil dapat mematikan. Secara umum kerapatan empat orang per meter persegi adalah rasio yang aman. Jika lebih dari itu-terutama dalam kerumunan yang bergerak- sebaiknya anda mencari jalan untuk keluar. Jika tidak, jika seseorang mendorong anda, anda tidak akan memiliki ruang untuk menapakkan kaki untuk menstabilkan diri. Jika anda jatuh, orang lain mungkin tersandung anda, membuat tabrakan beruntun. Sementara itu kerumunan yang selebihnya akan terus merangsek maju, tidak menyadari situasi anda, dan tekanan akan menumpuk. Tanda bahaya lain yang lebih jelas adalah bila anda merasa tersentuh dari keempat sisi; kiri kanan depan belakang. Itulah saat untuk anda berusaha menghindar dari krumunan. Kesempatan terakhir adalah ketika anda merasakan gelombang kejut merambat melalui kerumunan. Yaitu ketika orang-orang di belakang mendorong maju, tetapi orang-orang di depan tidak dapat bergerak. Jika anda merasakan goyangan penonton seperti ini, Anda berada dalam bahaya serius. Tunggu sampai kerumunan berhenti bergerak dan kemudian lambat-lambat cari jalan ke samping dan ke belakang, zig-zag untuk menyelamatkan diri.