MUSLIHAT AKHIR MASA JABATAN
Oleh: Jum’an
Perasaan senang selalu timbul ketika orang berhasil
menyelesaikan tahap akhir dalam kegiatannya seperti menyelesaikan kuliah di
Perguruan Tinggi atau membangun rumah. Kita serta merta menjadi baik budi dan murah
hati. Mengunjungi teman lama, makan di luar bersama keluarga atau bersedekah. Disertai
harapan agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan waktu menyelesaikan kegiatan
itu tertebus dan agar terhindar dari terpeleset pada momen momen terakhir.
Tetapi segala sesuatu selalu ada sisi terang dan sisi gelapnya. Demikian pula dengan
sensasi yang menyenangkan dari tahap akhir suatu kegiatan. Euforia karena
keberhasilan sekaligus mengendorkan kewaspadaan. Perasaan tanpa beban
menyebabkan orang cenderung bertindak
menggampangkan dan gegabah.
Menurut hasil sebuah
penelitian terbukti bahwa pada babak akhir suatu kegiatan, orang cenderung
terangsang untuk menipu ketika mereka memiliki peluang. Motivasi dibalik perbuatan
jahat tersebut adalah kekhawatiran mereka akan menyesali kehilangan kesempatan
yang terakhir. Dalam penelitian itu ratusan peserta direkrut melalui internet
untuk berpartisipasi dalam eksperimen melempar koin dan menebak sendiri apakah koin
itu akan jatuh pada permukaan yang satu atau yang sebaliknya. Setiap eksperimen
terdiri dari 20 kali lemparan. Sebagian diminta untuk mengulang eksperimen itu
sebanyak 7 ronde, yang lain 10 ronde dan kelompok lain lagi 13 ronde. Tebakan
yang benar akan diberi kompensasi sedikit uang tunai. Semua diminta untuk
melaporkan hasil tebakannya dengan jujur agar penelitian itu bernilai. Tetapi
karena mereka mengerjakannya secara pribadi, maka bila peserta berbohong pun
tidak akan ketahuan. Tetapi menurut statistik, koin yang dilempar berkali-kali,
kemungkinan jatuh pada satu sisi atau sisi yang lain rata-rata adalah sama
yaitu sekitar 50%. Pada ronde-ronde awal laporan hasil tebakan yang benar
memang menunjukkan angka disekitar 50. Tetapi pada ronde akhir angka itu
berubah drastis. Mereka yang diminta mengikuti percobaan 7 ronde, menipu dan
melaporkan tebakan benarnya sangat tinggi pada ronde ke tujuh. Demikian pula
yang diminta mencoba 10 ronde, mereka masih jujur sampai ronde ke 9 dan menipu
seenaknya pada ronde ke 10. Demikian pula kelompok 13 ronde. Ini membuktikan kecenderungan
menipu pada tahap akhir memang benar terjadi. Dan bahwa apa yang membuat orang
ingin menipu bukan berapa banyak kesempatan yang mereka miliki, tetapi berapa
banyak peluang yang masih tersisa.
Untuk memperjelas apakah fenomena penipuan pada tahap
akhir ini juga berlaku dalam kehidupan yang nyata, diadakan eksperimen sejenis.
Para peserta penelitian diminta untuk membaca 7 atau 10 buah artikel dan akan dibayar
sesuai dengan lamanya waktu yang mereka laporkan untuk menyelesaikan setiap artikel.
Tanpa sepengetahuan mereka, waktu mereka juga dicatat dengan timer rahasia.
Hasilnya tidak berbeda dengan eksperimen melempar koin, ketika mereka membaca artikel
terakhir mereka melaporkan menghabiskan waktu setidaknya 25% lebih dari yang
sebenarnya mereka lakukan, demi bayaran lebih tentunya. Kecurangan kebanyakan
terjadi ketika orang berfikir mereka mendekati garis finish.
Menggunakan analogi akhir masa jabatan dengan ronde
terakhir atau garis finish, sangat pantas diduga bahwa seseorang pada akhir
masa jabatannya cenderung berkeinginan menipu untuk kepentingan pribadi setiap
ada kesempatan. Sebab kalau tidak, ia akan kehilangan kesempatan terakhir yang
ada. Apalagi
menurut penelitian itu, kemampuan untuk mengantisipasi masa depan meningkat
ketika seseorang berada pada tahap akhir kegiatannya. Kemampuan antisipasi dapat membantu orang memeras tenaga
untuk memeperoleh tambahan hasil hingga maksimal pada saat-saat terakhir
seperti petinju yang hampir kalah, tetapi berhasil menghajar lawannya hingga
K.O. pada ronde terakhir.
Ketika masa jabatan menjelang
berakhir maka situasi menjadi rawan terhadap penyelewengan. Sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok, mereka
merekayasa kegiatan-kegiatan yang dapat mengalirkan uang untuk mereka secara
tidak halal. Membangun fasilitas-fasilitas yang tidak urgen misalnya gedung
pertemuan, komputerisasi administrasi, atau bila perlu memindahkan lokasi
pasar. Saya menduga bahwa banyak proyek rekayasa yang diputuskan disaat
menjelang akhir jabatan yang telah mengakibatkan banyak kebocoran dalam
pembiayaannya. Oleh karena itu kewaspadaan yang lebih,
perlu ditegakkan terhadap keputusan-keputusan yang diambil pada akhir masa
jabatan untuk mencegah adanya kesengajaan memanfaatkan peluang terakhir untuk korupsi.
Percayalah!