02/09/12

PEMERKOSAAN YANG SAH



Oleh: Jum'an

Dalam rangka membela sikap anti aborsinya, Todd Akin seorang anggota konggres di Amerika telah memberikan pernyataan yang dianggap blunder dan merusak reputasinya sendiri dalam memperebutkan kursi Senat. Dalam sebuah wawancara ia ditanya bagaimana sikapnya terhadap wanita yang hamil karena diperkosa, apakah juga tidak diizinkan untuk menggugurkan kandungannya. Ia menjawab bahwa pertama, sangat sedikit wanita yang hamil karena diperkosa. Dan kedua, menurut informasi dari para dokter yang ia ketahui, jika perkosaan itu sah (legitimate rape) maka tubuh wanita memiliki kemampuan alami untuk mengusir sperma sang pemerkosa. Bahwa fisiologi tubuh wanita akan terpanggil dengan sendirinya untuk melindungi diri dari kehamilan. Tubuh wanita, katanya, "memiliki cara untuk mencegah hal semacam itu." Pernyataan ini tidak hanya secara ilmiah tidak akurat, tetapi juga menyakitkan hati para wanita pada umumnya, terutama para korban kekerasan seksual dan pemerkosaan khususnya. (Menurut statistik di Amerika, 61% dari korban perkosaan adalah perempuan di bawah usia 18, dan 1 dari 15 korban perkosaan mengalami kehamilan.)

Istilah pemerkosaan yang sah (legitimate) itulah yang kemudian merebak dan menuai serangan balasan yang bertubu-tubi. Sebagian komentar mengajari, seharusnya Akin menggunakan kata-kata "actual rape" atau dalam bahasa sehari-hari kita "pemerkosaan betulan", dimana jelas-jelas terjadi pemaksaan. Bagaimana orang membedakan perkosaan yang sah dan tidak sah, apalagi untuk kepentingan izin aborsi? Walhasil istilah sah dan tidak sah, tidak nyambung bila dikaitkan dengan kata pemerkosaan. Lagi pula penyataan Akin tentang kehamilan akibat pemerkosaan itu memberi kesan bahwa wanita yang hamil akibat perkosaan dipojokkan seolah-olah ia menikmati pemerkosaan itu, sehingga pintu rahimnya tidak bersedia menutup untuk mencegah kehamilan. Bahkan timbul pengertan bahwa perkosaan adalah tidak sah (palsu, pura-pura) bila gerak-gerik dan ucapan pihak perempuan ditafsirkan oleh pihak laki-laki bahwa ia setuju atau dianggap kurang gigih dalam menolak ajakan sehingga pemerkosaan itu terjadi. Padahal gerak-gerik dan ucapannya disebabkan oleh keterbatasan dirinya dalam ber-ekspresi.  Sikap anti aborsi dan pengertian tingkat kejahatan dalam pemerkosaan adalah dua hal yang berbeda.

Ingatkah anda ketika seorang tokoh politisi kita mengatakan bahwa banyaknya perkosaan karena perempuannya berpakaian tidak pantas sehingga merangsang hasrat laki-laki untuk memperkosanya? Para korban perkosaan (baik mereka penumpang Angkutan Kota, mahasiswi atau pembantu rumah tangga yang kebanyakan berpakaian sopan) merasakannya seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sebagai responnya, ketika mereka berdemonstrasi didepan Hotel Ineonesia mereka membawa slogan yang berbunyi: "Do not tell us how to dress. Tell them not to rape" Jangan hanya mengajari cara kami berpakaian. Larang mereka memperkosa kaum wanita. Pemberantasan kejahatan seksual adalah suatu hal yang serius. Jangan hanya dicegah dengan menyuruh wanita berpakaiaan sopan.

Betapa banyak gadis jujur dan sederhana dari desa yang mengadu nasib kekota besar dengan pakaian dan adat yang sopan, bertemu dan mendapat janji instan dari pemuda di terminal bus yang langsung membawanya kegubuk kosong untuk memperkosanya beramai-ramai. Para politisi dimana-mana memang………………

Sumber: