Oleh: Jum'an
Dalam rangka
membela sikap anti aborsinya, Todd Akin seorang anggota konggres di Amerika telah
memberikan pernyataan yang dianggap blunder dan merusak reputasinya sendiri dalam
memperebutkan kursi Senat. Dalam sebuah wawancara ia ditanya bagaimana sikapnya
terhadap wanita yang hamil karena diperkosa, apakah juga tidak diizinkan untuk
menggugurkan kandungannya. Ia menjawab bahwa pertama, sangat sedikit wanita
yang hamil karena diperkosa. Dan kedua, menurut informasi dari para dokter yang
ia ketahui, jika perkosaan itu sah (legitimate rape) maka tubuh wanita memiliki
kemampuan alami untuk mengusir sperma sang pemerkosa. Bahwa fisiologi tubuh
wanita akan terpanggil dengan sendirinya untuk melindungi diri dari kehamilan.
Tubuh wanita, katanya, "memiliki cara untuk mencegah hal semacam
itu." Pernyataan ini tidak hanya secara ilmiah tidak akurat, tetapi juga
menyakitkan hati para wanita pada umumnya, terutama para korban kekerasan
seksual dan pemerkosaan khususnya. (Menurut statistik di Amerika, 61% dari
korban perkosaan adalah perempuan di bawah usia 18, dan 1 dari 15 korban
perkosaan mengalami kehamilan.)
Istilah
pemerkosaan yang sah (legitimate) itulah yang kemudian merebak dan menuai
serangan balasan yang bertubu-tubi. Sebagian komentar mengajari, seharusnya Akin
menggunakan kata-kata "actual rape" atau dalam bahasa sehari-hari
kita "pemerkosaan betulan", dimana jelas-jelas terjadi pemaksaan.
Bagaimana orang membedakan perkosaan yang sah dan tidak sah, apalagi untuk
kepentingan izin aborsi? Walhasil istilah sah dan tidak sah, tidak nyambung
bila dikaitkan dengan kata pemerkosaan. Lagi pula penyataan Akin tentang
kehamilan akibat pemerkosaan itu memberi kesan bahwa wanita yang hamil akibat
perkosaan dipojokkan seolah-olah ia menikmati pemerkosaan itu, sehingga pintu
rahimnya tidak bersedia menutup untuk mencegah kehamilan. Bahkan timbul
pengertan bahwa perkosaan adalah tidak sah (palsu, pura-pura) bila gerak-gerik
dan ucapan pihak perempuan ditafsirkan oleh pihak laki-laki bahwa ia setuju
atau dianggap kurang gigih dalam menolak ajakan sehingga pemerkosaan itu
terjadi. Padahal gerak-gerik dan ucapannya disebabkan oleh keterbatasan dirinya
dalam ber-ekspresi. Sikap anti aborsi dan
pengertian tingkat kejahatan dalam pemerkosaan adalah dua hal yang berbeda.
Ingatkah
anda ketika seorang tokoh politisi kita mengatakan bahwa banyaknya perkosaan
karena perempuannya berpakaian tidak pantas sehingga merangsang hasrat
laki-laki untuk memperkosanya? Para korban perkosaan (baik mereka penumpang
Angkutan Kota, mahasiswi atau pembantu rumah tangga yang kebanyakan berpakaian
sopan) merasakannya seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sebagai
responnya, ketika mereka berdemonstrasi didepan Hotel Ineonesia mereka membawa
slogan yang berbunyi: "Do not tell us how to dress. Tell them not to
rape" Jangan hanya mengajari cara kami berpakaian. Larang mereka
memperkosa kaum wanita. Pemberantasan kejahatan seksual adalah suatu hal yang
serius. Jangan hanya dicegah dengan menyuruh wanita berpakaiaan sopan.
Betapa
banyak gadis jujur dan sederhana dari desa yang mengadu nasib kekota besar
dengan pakaian dan adat yang sopan, bertemu dan mendapat janji instan dari
pemuda di terminal bus yang langsung membawanya kegubuk kosong untuk memperkosanya
beramai-ramai. Para politisi dimana-mana memang………………
Sumber: