BELUM ADA UNTA JINAK DI ISRAEL
Oleh: Jum’an
Dalam Kitab Kejadian 24, bagian dari Perjanjian Lama
(Injil Ibrani) diceritakan bahwa suatu ketika Abraham (Nabi Ibrahim a.s.)
mengutus hambanya untuk mencarikan jodoh bagi puteranya Ishak. Kemudian hamba
itu berangkat, dengan membawa 10 unta tuannya sarat dengan muatan segala
barang-barang berharga. Ia pun berangkat menuju ke Aram-Mesopotamia dan
berjalan ke kota Nahor. Dia menyuruh unta-unta itu berhenti dekat sumur di luar
kota, pada waktu itu petang hari, ketika perempuan-perempuan keluar untuk
menimba air…… dst. Ada 21 referensi
tentang unta dlm Kitab Kejadian (Genesis). Unta digambarkan dalam
kisah-kisah Perjanjian Lama tentang Ibrahim, Yusuf dan Yakub sebagai hewan
peliharaan (jinak) untuk kendaraan dan pembambawa muatan. Meskipun tidak ada
bukti arkeologi dari kehidupan zaman Ibrahim, banyak orang dlm komunitas ilmiah
dan agama, berdasarkan petunjuk
ayat-ayat Injil, informasi arkeologi dari situs-situs di Irak, serta prasasti
dari Syria memperkirakan Nabi Ibrahim hidup antara 2000 dan 1500 tahun sebelum
Masehi.
Dr. Erez Ben-Yosef dan Dr. Lidar Sapir-Hen, dua orang
ahli arkeo-zoologi dari Universitas Tel Aviv telah mengadakan penelitian dengan
menggunakan metode pelacak umur radiokarbon (radiocarbon dating) dan
berkesimpulan bahwa unta pelihaaraan (unta jinak) baru dikenal di Israel pada
sepertiga terakhir abad ke-10 SM, ber abad-abad sesudah zaman Nabi Ibrahim
sebagaimana yang disebut dalam Perjanjian Lama. Kedua arkeolog itu telah
mengadakan ekskavasi di Lembah Araba di Israel dan di Wadi Finan di Yordania
untuk mencari tulang unta, yang dapat ditentukan umurnya menggunakan teknik
radiokarbon. Dr Sapir-Hen dapat membedakan tulang unta peliharaan dari unta
liar dengan ciri tulang kaki yang menebal karena terbiasa membawa beban berat.
Para arkeolog mengatakan bahwa unta mula-mula mungkin dijinakkan di Semenanjung
Arab dan dibawa oleh bangsa Mesir ketika mengeksploitasi sumber tembaga di
lembah Araba dan memperkenalkan unta sebagai pengangkut beban. Sebelumnya,
orang-orang di wilayah ini bergantung pada bagal dan keledai sebagai pengangkut
beban mereka. Hasil penelitian yang diterbitkan akhir tahun lalu di dalam
Journal of the Institute of Archaeology of Tel Aviv University itu sangat
merisaukan bagi kaum Yahudi Israel serta mendapat tanggapan beragam dari
berbagai pihak. Pertama karena penelitian ini menunjukkan ketidak-cocokan
(anakroni) antara isi Perjanjian Lama dengan sejarah dan sekaligus membuktikan
bahwa Injil Ibrani itu ditulis berabad-abad setelah kejadian itu diceritakan.
(Menempatkan unta dalam kisah Abrahim sama tidak-nyambungnya dengan
menceritakan Robin Hood mengendarai mobil balap). Ada pula yang menuliskan
Perjanjian Lama tidak akurat dan bertentangan dengan bukti sejarah…, bukti
kekeliruan Bible…, bahwa unta-unta dalam kisah Ibrahim adalah karangan dan
fiktif…, dan menjadi titik balik dalam hubungan Israel dengan seluruh dunia.
Bila hasil penelitian itu benar, berarti gagasan tentang
“negri yang dijanjikan” yang menjadi andalan eksistensi serta hak Israel untuk
menduduki tanah Palestina, menjadi diragukan. Jelas itu membuat kaum
fundamentalis Yahudi marah. Kisah tentang Ibrahim dan penyebutan unta dalam Perjanjian Lama yang dipercayai
fiktif dan rekaan ternyata menjadi masalah bagi Zionisme! Menurut The
Guardian, orang lain telah mengetahuil selama puluhan tahun bahwa kebenaran
sejarah Perjanjian Lama lebih rendah daripada nilai sejarah dari Al-Qur'an. Dr Robert Harris, Professor pada Seminari
Teologi Yahudi (JTS) New York, mengatakan hasil penelitian ini tidak
mengejutkan bagi komunitas teologis. Kami dikalangan dalam sudah lama
mengetahui kenyataan seperti itu. Ini hanyalah salah satu dari banyak anakroni
dalam Bible, tetapi ini tidak mengurangi kesucian, karena Bible merupakan
sumber spiritual, bukan sumber sejarah.
William G. Dever arkeolog Amerika dengan spesialisasi Sejarah
Israel kuno menyatakan: Menurut saya kisah-kisah Bible memang 'cerita,' sering
bersifat khayalan dan propaganda, tetapi di sana sini mengandung beberapa
informasi sejarah yang valid. Arkeologi harus mampu mengkonfirmasi dan juga
membantah cerita-cerita dalam Bible. Beberapa diantaranya benar-benar terjadi,
tetapi yang lain-lain tidak. Narasi tentang Abraham, Musa, Solomon mungkin
mencerminkan kenangan sejarah, tapi gambaran Bible yang berlebihan tidak
realistis dan bertentangan dengan bukti arkeologi. Dr. Noam Mizrahi, sarjana
Injil Ibrani dari Universitas Tel Aviv mengatakan, orang harus berhati-hati
untuk tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa temuan arkeologi baru secara otomatis
menyangkal nilai sejarah dari cerita-cerita Alkitab. Kisah tentang unta zaman
Abraham ini harus diartikan sebagai kilas balik dari periode yang jauh lebih
kini.
Nabi Ibrahim a.s. adalah tokoh
yang dihormati dan diakui oleh ketiga agama samawi Islam, Nasrani dan Yahudi
sebagai Bapak Monotheisme. Nama Ibrahim a.s. disebut dalam lebih dari 20 Surat
dalam Al-Qur’an, dan sebuah surat tersendiri bernama Surat Ibrahim. Saya yakin
akan kebenaran isi Al-Qur’an sebagai, “hudal-linnas (petunjuk bagi manusia) dan
Rasulullah diutus “liutammima makarimal
akhlak” (untuk meneyempurnakan akhlak). Saya pernah menterjemahkan “Sejarah
Geografi Qur’an” karya Sayid Muzaffarudin Nadvi (Pustaka Firdaus),
tetapi belum pernah membaca pembahasan tentang bukti-bukti arkeologi Qur’an.
Mungkin blog tentang “Fakta
Sejarah dalam Al-Qur'an ini memberikan sedikit gambaran tentang nilai
kesejarahan Al-Qur’an. Wallohu a’lam bissawab.
Sumber-sumber:
- Camel
archaeology contradicts the Bible
- Camel
bones suggest error in Bible, archaeologists say
- Camels
Had No Business in Genesis
- Domesticated
Camels Came to Israel in 930 B.C., Centuries Later Than Bible Says
- Finding Israel's
First Camels
- How
the camel disproved the Bible as literal truth
- Oldest
Camel Bones Undergo Carbon Dating, ‘Direct Proof’ Bible Was Written
Centuries After Events Described
- The
Bible Is Inaccurate And Camels Prove It, Archaeologists Claim
- The
Old Testament's made-up camels are a problem for Zionism!