25/02/14

BELUM ADA UNTA JINAK DI ISRAEL


BELUM ADA UNTA JINAK DI ISRAEL

Oleh: Jum’an

Dalam Kitab Kejadian 24, bagian dari Perjanjian Lama (Injil Ibrani) diceritakan bahwa suatu ketika Abraham (Nabi Ibrahim a.s.) mengutus hambanya untuk mencarikan jodoh bagi puteranya Ishak. Kemudian hamba itu berangkat, dengan membawa 10 unta tuannya sarat dengan muatan segala barang-barang berharga. Ia pun berangkat menuju ke Aram-Mesopotamia dan berjalan ke kota Nahor. Dia menyuruh unta-unta itu berhenti dekat sumur di luar kota, pada waktu itu petang hari, ketika perempuan-perempuan keluar untuk menimba air…… dst. Ada 21 referensi  tentang unta dlm Kitab Kejadian (Genesis). Unta digambarkan dalam kisah-kisah Perjanjian Lama tentang Ibrahim, Yusuf dan Yakub sebagai hewan peliharaan (jinak) untuk kendaraan dan pembambawa muatan. Meskipun tidak ada bukti arkeologi dari kehidupan zaman Ibrahim, banyak orang dlm komunitas ilmiah dan agama,  berdasarkan petunjuk ayat-ayat Injil, informasi arkeologi dari situs-situs di Irak, serta prasasti dari Syria memperkirakan Nabi Ibrahim hidup antara 2000 dan 1500 tahun sebelum Masehi.

Dr. Erez Ben-Yosef dan Dr. Lidar Sapir-Hen, dua orang ahli arkeo-zoologi dari Universitas Tel Aviv telah mengadakan penelitian dengan menggunakan metode pelacak umur radiokarbon (radiocarbon dating) dan berkesimpulan bahwa unta pelihaaraan (unta jinak) baru dikenal di Israel pada sepertiga terakhir abad ke-10 SM, ber abad-abad sesudah zaman Nabi Ibrahim sebagaimana yang disebut dalam Perjanjian Lama. Kedua arkeolog itu telah mengadakan ekskavasi di Lembah Araba di Israel dan di Wadi Finan di Yordania untuk mencari tulang unta, yang dapat ditentukan umurnya menggunakan teknik radiokarbon. Dr Sapir-Hen dapat membedakan tulang unta peliharaan dari unta liar dengan ciri tulang kaki yang menebal karena terbiasa membawa beban berat. Para arkeolog mengatakan bahwa unta mula-mula mungkin dijinakkan di Semenanjung Arab dan dibawa oleh bangsa Mesir ketika mengeksploitasi sumber tembaga di lembah Araba dan memperkenalkan unta sebagai pengangkut beban. Sebelumnya, orang-orang di wilayah ini bergantung pada bagal dan keledai sebagai pengangkut beban mereka. Hasil penelitian yang diterbitkan akhir tahun lalu di dalam Journal of the Institute of Archaeology of Tel Aviv University itu sangat merisaukan bagi kaum Yahudi Israel serta mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak. Pertama karena penelitian ini menunjukkan ketidak-cocokan (anakroni) antara isi Perjanjian Lama dengan sejarah dan sekaligus membuktikan bahwa Injil Ibrani itu ditulis berabad-abad setelah kejadian itu diceritakan. (Menempatkan unta dalam kisah Abrahim sama tidak-nyambungnya dengan menceritakan Robin Hood mengendarai mobil balap). Ada pula yang menuliskan Perjanjian Lama tidak akurat dan bertentangan dengan bukti sejarah…, bukti kekeliruan Bible…, bahwa unta-unta dalam kisah Ibrahim adalah karangan dan fiktif…, dan menjadi titik balik dalam hubungan Israel dengan seluruh dunia.

Bila hasil penelitian itu benar, berarti gagasan tentang “negri yang dijanjikan” yang menjadi andalan eksistensi serta hak Israel untuk menduduki tanah Palestina, menjadi diragukan. Jelas itu membuat kaum fundamentalis Yahudi marah. Kisah tentang Ibrahim dan penyebutan unta dalam Perjanjian Lama yang dipercayai fiktif dan rekaan ternyata menjadi masalah bagi Zionisme! Menurut The Guardian, orang lain telah mengetahuil selama puluhan tahun bahwa kebenaran sejarah Perjanjian Lama lebih rendah daripada nilai sejarah dari Al-Qur'an. Dr Robert Harris, Professor pada Seminari Teologi Yahudi (JTS) New York, mengatakan hasil penelitian ini tidak mengejutkan bagi komunitas teologis. Kami dikalangan dalam sudah lama mengetahui kenyataan seperti itu. Ini hanyalah salah satu dari banyak anakroni dalam Bible, tetapi ini tidak mengurangi kesucian, karena Bible merupakan sumber spiritual, bukan  sumber sejarah. William G. Dever arkeolog Amerika dengan spesialisasi Sejarah Israel kuno menyatakan: Menurut saya kisah-kisah Bible memang 'cerita,' sering bersifat khayalan dan propaganda, tetapi di sana sini mengandung beberapa informasi sejarah yang valid. Arkeologi harus mampu mengkonfirmasi dan juga membantah cerita-cerita dalam Bible. Beberapa diantaranya benar-benar terjadi, tetapi yang lain-lain tidak. Narasi tentang Abraham, Musa, Solomon mungkin mencerminkan kenangan sejarah, tapi gambaran Bible yang berlebihan tidak realistis dan bertentangan dengan bukti arkeologi. Dr. Noam Mizrahi, sarjana Injil Ibrani dari Universitas Tel Aviv mengatakan, orang harus berhati-hati untuk tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa temuan arkeologi baru secara otomatis menyangkal nilai sejarah dari cerita-cerita Alkitab. Kisah tentang unta zaman Abraham ini harus diartikan sebagai kilas balik dari periode yang jauh lebih kini.

Nabi Ibrahim a.s. adalah tokoh yang dihormati dan diakui oleh ketiga agama samawi Islam, Nasrani dan Yahudi sebagai Bapak Monotheisme. Nama Ibrahim a.s. disebut dalam lebih dari 20 Surat dalam Al-Qur’an, dan sebuah surat tersendiri bernama Surat Ibrahim. Saya yakin akan kebenaran isi Al-Qur’an sebagai, “hudal-linnas (petunjuk bagi manusia) dan Rasulullah  diutus “liutammima makarimal akhlak” (untuk meneyempurnakan akhlak). Saya pernah menterjemahkan “Sejarah Geografi Qur’an” karya Sayid Muzaffarudin Nadvi (Pustaka Firdaus), tetapi belum pernah membaca pembahasan tentang bukti-bukti arkeologi Qur’an. Mungkin blog tentang “Fakta Sejarah dalam Al-Qur'an ini memberikan sedikit gambaran tentang nilai kesejarahan Al-Qur’an. Wallohu a’lam bissawab.

Sumber-sumber:

  1. Camel archaeology contradicts the Bible
  2. Camel bones suggest error in Bible, archaeologists say
  3. Camels Had No Business in Genesis
  4. Domesticated Camels Came to Israel in 930 B.C., Centuries Later Than Bible Says
  5. Finding Israel's First Camels
  6. How the camel disproved the Bible as literal truth
  7. Oldest Camel Bones Undergo Carbon Dating, ‘Direct Proof’ Bible Was Written Centuries After Events Described
  8. The Bible Is Inaccurate And Camels Prove It, Archaeologists Claim
  9. The Old Testament's made-up camels are a problem for Zionism!

1 komentar: