24/06/16

KERUDUNG SIMPATI LARYCIA


KERUDUNG SIMPATI LARYCIA
Oleh: Jum’an

Profesor Dr. Larycia Hawkins (kita singkat Larycia), wanita kulit hitam 43 tahun yang berwajah manis dengan senyum ekspresif – adalah Profesor Ilmu Politik Wheaton College (singkat Wheaton), Illinois AS, sebuah perguruan tinggi Kristen Evangelis (Pengabar Injil, Protestan konservatif), almamater Billy Graham penginjil Amerika yang pernah terkenal disana. Larycia adalah Guru Besar tetap wanita kulit hitam pertama di perguruan tinggi itu. Pada Desember 2015, ia menjadi pusat kontroversi yang menggegerkan dunia Kristen Amerika. Ia meposting foto dirinya waktu kebaktian di Gereja Chicago dalam Facebooknya dengan mengenakan kerudung layaknya seorang muslimah. Dibawahnya tertulis komentar  “Islam dan Kristen meyembah Tuhan yag sama”.  Hal itu dilakukannya sebagai solidaritas terhadap wanita dan umat Islam yang mengalami tekanan akibat Islamofobi di negara itu.

Pada kesempatan lain ia menjelaskan:  “Saya mencintai jiran Muslim saya karena mereka layak dicintai berdasarkan martabatnya sebagai sesama manusia. Saya bersikap solider dalam kemanusiaan dengan mereka karena semula kita sama-sama diciptakan Tuhan dari tanah liat yang sama. Saya bersikap solider dalam agama dengan umat Islam karena mereka, seperti saya, seorang Kristen, adalah “people of the book” (ahlul kitab?). Dan seperti dikatakan Paus Fransiskus, kita menyembah Tuhan yang sama. Sebagai bagian dari ibadah Advent saya, saya akan memakai kerudung untuk bekerja di Wheaton, berjalan-jalan di kota, di gereja, di bandara dan dalam penerbangan.”

Wheaton College sebagai perguruan berdoktrin Protestan konservatif, penyebar utama Evangelisme, tidak suka stafnya mengatakan bahwa Islam dan Kristen menyembah Tuhan yang sama. Wheaton, dengan semboyan membentuk sarjana yang ilmiah dan iman yang mendalam mengalami dilema kerena sebagai pusat penyebaran ilmu liberal yang sekuler dan sekaligus berpegang pada doktrin agama yang konservatif akan banyak mengalami friksi internal. Kasus Larycia ini merupakan batu ujian. Memecat Larycia berarti bertentangan dengan semboyan kebebasan berfikir sedangkan mempertahankannya akan terasa melunakkan doktrin keimanan perguruan tinggi itu.

Larycia lalu dikenakan cuti administratif, sambil dipertimbangkan apakah pernyataannya “menyembah Tuhan yang sama” bertentangan dengan keyakinan dasar college atau tidak. Mula-mula ia akan diteruskan untuk tetap menjabat. Pernyataannya bahwa orang Islam dan Kristen keduanya termasuk people of the book dan bersama orang Yahudi sama-sama menyembah Tuhan dari Ibrahim, telah didukung oleh para teolog Evangelis sendiri. Tetapi otoritas Wheaton menganggapnya belum cukup; lalu mereka secara resmi mencopot dia dari posisinya. Pimpinan Wheaton meminta maaf secara terbuka dan menyampaikan apresiasi kepada Larycia yang disambut baik oleh Larycia.

Sengketa  itu memecah komunitas perguruan tinggi yang dianggap sebagai pegibar panji-panji Evangelisme Amerika itu. Sebagian besar menentang pemecatan itu, sebagian lagi setuju. Banyak alumni  yang mengingatkan bahwa pemecatan Larycia berpotensi melumpuhkan Wheaton. Di sisi lain, banyak juga mahasiswa dan dosen yang mendukung tindakan pemecatan itu. Muncul pula situs fitnah “Wheaton Islamic Center” yang mengaku bahwa situs itu, Larycia dan pendukungnya terkait dengan ISIS. Ada pihak-pihak yang menganggap komentar Facebook Larycia itu sebagai pengkhianatan terhadap Umat Kristen Timur Tengah yang telah dianiaya oleh umat Islam, sementara yang lain percaya bahwa komentarnya mencerminkan hubungan Larycia dengan Islam. Yang lain mengkritik perguruan tinggi itu yang terburu-buru membawanya ke pers lebih dulu. Semua itu menunjukkan betapa meresahkannya masalah ini. Perdebatan para teolog Evangelis berkisar tentang bagaimana keyakinan Kristen tentang Trinitas, yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus, berbeda dari Tuhan Islam dan Yahudi. Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik telah mengajarkan bahwa kaum Muslimin dan Kristen menyembah satu Tuhan, meskipun mereka melihat Yesus berbeda.

Menurut Beniamin Corey, Evangelisme yang awalnya lahir sebagai penentang fundamentalisme, sekarang sama saja. Mereka dapat disebut sebagai fundamentalisme masa kini. Ibarat anak yang bersumpah tidak akan meniru bapaknya tapi 20 tahun kemudian baru menyadari bahwa wajahya sama persis dengan bapaknya. Menurut Corey alasan yang sebenarnya pemecatan Larycia bukanlah apakah pernyataan Larycia “Islam dan Kristen menyembah Tuhan yang sama” bertentangan dengan doktrin iman Wheaton tetapi karena Wheaton menganggap Larycia “Mencintai Musuh Bersama”. Top of Form
Perekat yang menyatukan kaum fundamentalis bersama menurut Corey adalah kesepakatan untuk melawan musuh bersama dan Larycia telah menolak gagasan bahwa Muslim adalah musuh bersama. Bagi Evangelis di Amerika jelas bahwa Islam adalah musuh besar mereka masa kini. Sehingga kata-kata Larycia bahwa dia "berdiri dalam solidaritas" dengan umat Islam adalah pengkhianatan terhadap salah satu keyakinan terdalam mereka, dan ini (bagi mereka) membuatnya tidak dapat dipercaya. Meskipun mereka akhirnya sepakat untuk "berpisah" dengan saling menghormati tapi banyak hal yang ditutup-tutupi. Misalnya pertanyaan teologis apakah umat Kristen dan Muslim "menyembah Tuhan yang sama" tetap belum terselesaikan karena baik Larycia maupun otoritas Wheaton keduanya tidak mau mundur.

Pdt Dr David Gushee, Direktur Pusat Teologi Universitas Mercer mengatakan, pemecatan Larycia ini merupakan berita buruk bagi Evangelisme Amerika. Telah terbentuk front yang siap membela Larycia dan front Evangelis yang siap melawan. Saya pribadi menolak berpihak dengan sisi Kristen Evangelis Amerika yang bersiap melawan Larycia. Saya akan berjuang, bersama banyak orang lain, untuk versi iman Kristen yang lebih baik dari daripada yang mereka tawarkan. Banyak pengamat khawatir, Wheaton akan selalu tunduk kepada alumni konservatif yang banyak menyumbangnya, orang-orang yang menjaga dompet dan arah teologis dari perguruan tinggi itu.


Sejak Maret 2016 Larycia bergabung dengan Universitas Virginia, menangani  penelitian Proyek Pluralisme serta Proyek Ras, Agama dan Kebudayaan. "Profesor Larycia mempunyai wawasan yang tajam tentang hubungan agama dan ras dan akan sangat memperkaya pengetahuan kami dlm bidang ini," kata James Davison Hunter, direktur eksekutif dan pendiri lembaga itu. "Kami beruntung memiliki kesempatan untuk menyambut dia di sini." Pada tahun 2007, Larycia pernah menjadi penliti di UVA tentang sejarah kepresidenan, kebijakan, dan politik. Demikian kisah Larycia yang berjanji akan terud memakai kerudungnya.