TUHAN ITU BUKAN
KRISTEN
Oleh: Jum'an
Dalam KTT Perdamaian
Dunia 2009 di Vancouver Kanada, Dalai Lama (sekarang 78th) pemimpin
spiritual Tibet dan Uskup Desmond Tutu (82th) dari Afrika Selatan berkesempatan
beraudiensi dengan hadirin termasuk beberapa pemenang hadiah Nobel untuk
perdamaian. Catatan singkat dialog langka antara kedua lansia tokoh spiritual
dibawah ini dikutip dari buku Dalali Lama “The
wisdom of Compassion” yang dimuat dalam Huffington
Post awal Januari ini. Ketika itu Dalai Lama berkata: "Saya ingin,
bagaiman cara terbaik untuk berbicara tentang nilai-nilai kemanusiaan yang
lebih mendalam seperti cinta, kasih sayang dan pengampunan, tanpa mengandalkan
kepada Tuhan, tapi mengandalkan kepada diri kita sendiri. Saya sendiri sebagai
seorang bikhsu yang percaya, mengikuti sebanyak mungkin ajaran Budha untuk meningkatkan
diri. Tetapi saya tidak pernah menyentuh hal ini bila berbicara dengan orang
lain. Ajaran Budha adalah kepentingan saya bukan kepentingan orang lain. Terus terang....,
ketika anda (Tutu) dan orang-orang berbicara tentang Tuhan, Sang Pencipta, saya
termasuk yang tidak percaya. Dalam agama Budha tidak ada Sang Pencipta. Memang
kami mengakui Budha, para bodhisatwa yaitu manusia-manusia yang lebih tinggi,
lebih cerah. Tetapi kalau kita hanya mengandalkan mereka, kita hanya bisa duduk
bermalas-malas. Tidak membantu. Itulah pendapat saya."
Lalu Desmond
Tutu menimpali: "Ketika anda mengatakan ada atau tidaknya Tuhan, saya
berpikir siapa yag anda salahkan?” Sebelum Tutu melanjutkan, Dalai Lama
menginterupsi: "Maaf... Boleh saya potong?... Sebentar?"
"Silahkan!" kata Tutu. Dalai Lama meneruskan: "Masalahnya, jika kita melibatkan keyakinan agama, maka banyak
variasi dan perbedaan pandangan yang mendasar. Jadi sangat rumit. Itulah
mengapa India menggunakan pendekatan sekuler waktu membuat draft konstitusi.
Terlalu banyak agama disana, Hindu, Islam, Budha, Yahudi, Sikh, Zoroaster,
Jainisme. Agama yang bertuhan maupun yang tidak bertuhan. Lalu siapa yang
memutuskan mana yang benar?"
Desmond
Tutu menjawab: "Izinkan saya mengatakan bahwa satu diantara hal yg perlu
kita tetapkan; yaitu (Tutu terdiam sejenak) Tuhan itu bukanlah (penganut) Kristen."
Ia diam lagi, melihat Dalai Lama tertawa. "Anda lebih lega sekarang?"
"Kita bisa lanjutkan tapi...." Kemudian Tutu berbicara tentang
kebesaran Tuhan yang sangat mempesona hadirin terutama karena spontanitasnya
dalam mengemukakan isi hatinya. Diantaranya, pernyataanya mengapa Tuhan
membiarkan saja orang mengambil jalan yang salah; seperti mengapa dibiarkannya institusi
Gereja membenarkan politik Aprtheid di Afrika Selatan selama hampir 50 tahun.
Kalau saya yang menjadi Tuhan, katanya, pasti sudah saya tumpas mereka. Tuhan memang
Maha Kuasa tetapi juga (sambil berbisik) tak berdaya.....”
Pada
kesempatan lain Dalai Lama berkata: "Menurut saya semua agama mempunyai
potensi yang baik untuk meningkatkan kondisi manusia. Tetapi sejumlah penganut
agama, mereka tidak benar-benar serius tentang ajaran agamanya sendiri. Mereka
karena egoisme, uang atau kekuasaan, menggunakan agama untuk keuntungan
pribadi. Tetapi kalau ditimbang-timbang secara keseluruhan jauh lebih banyak segi
positif dari negatifnya. Jauh, jauh lebih banyak." "Benar" kata
Tutu. Menurutnya agama sendiri secara moral adalah netral, bukan baik bukan
buruk. Kristen telah melahirkan Ku Kux Klan, pembunuh dan dokter-dokter pelaku
aborsi. Apa yang anda lakukan dengan agama, itulah yang penting. Ibarat pisau
anda bisa menggunakannya untuk memotong roti atau…. membunuh. Agama adalah baik
bila ia menghasilkan seorang Dalai Lama, mother Theresa dan Martin Luther King.
Tetapi kita harus sangat hati-hati jangan sampai mengatakan bahwa kerena ada
orang Islam yang jahat berarti Islam adalah agama yang tidak baik. Karena ada
penganut Budha yang jahat, agama Budha adalah buruk. Lihat saja
diktator-diktator Budha Di Burma."
Kedua lansia itu
berbicara seperti tanpa beban, seperti menjadi kanak-kanak lagi. Tertawa riang,
saling menyindir, berbisik, mengakui kelemahan masing-masing. Persahabatan
mereka tampak begitu tulus. Tutu pernah mengatakan kepada Dalai Lama di Oslo: “Ingat
kamera sedang menyorot anda. Jangan bertingkah seperti anak sekolah yang nakal.
Tampillah sebagaimana orang suci….” Tetapi pada saatnya mereka kentara sebagai
tokoh spiritual yang matang. Agar anda tidak salah faham dengan tulisan ini,
ikutilah link-link diatas. Lebih lengkap, lebih jelas.