GEREJA
SCOTLAND, STEPHEN HAWKING PALESTINA
Oleh
Jum’an
Tujuh tahun yang lalu, 171 Lembaga Sosial Masyarakat
(LSM) Palestina bergabung dalam gerakan untuk melancarkan kampanye boikot,
divestasi dan sanksi terhadap Israel (BDS Movement) dengan tujuan diberlakukannya
hukum internasional serta pengakuan hak-hak rakyat Palestina. Mereka menghimbau
“rakyat yang berhati nurani di seluruh dunia untuk melancarkan boikot meluas
dan melakukan divestasi dan sanksi terhadap Israel seperti yang diterapkan
terhadap Afrika Selatan pada era apartheid." Kegiatan gerakan BDS, para
pendiri, pendukung serta prestasi mereka dapat dilihat dalam situs diatas,
termasuk deretan prestasi
2012. Bulan Mei ini BDS telah
mencatat dua kemenangan besar. Pertama keputusan kosmolog dan fisikawan
internasional terkenal, Stephen Hawking untuk memboikot dan menolak undangan
dari Shimon Peres untuk menghadiri konferensi ilmiah yang disponsori oleh Israel.
Yang kedua suatu makalah amat penting yang dikeluarkan oleh Gereja Skotlandia sehubungan
dengan Sidang Majlis bulan Mei 2013, yang berisi diantaranya bahwa keberadaan Negara
Yahudi Israel tidak dapat dibenarkan menurut kitab Injil.
Fisikawan Inggris Stephen Hawking mengumumkan menarik diri
dari Konferensi Ilmiah bulan Juni, sebuah konferensi bergengsi yang disponsori
oleh presiden Israel, Shimon Peres. Hawking telah menerima undangan untuk
menghadiri konferensi, tapi kemudian menolaknya setelah menerima banyak email
dari akademisi Palestina yang memintanya untuk menghormati boikot akademik
terhadap Israel. Belakangan diketahui bahwa Hawking juga menerima himbauan dari
20 akademisi dari berbagai universitas ternama Inggris seperti Cambridge,
London, Leeds, Southampton, Warwick, Newcastle dll termasuk M.I.T. (USA) untuk
memboikot konferensi ilmiah itu. Mereka menganjurkan boikot sebagai cara yang
tepat kaum ilmuwan untuk menanggapi praktek diskriminasi terang-terangan dan sistimatis terhadap penduduk
Palestina dan non-Yahudi lainnya. Keputusan Hawking juga menyiratkan bahwa
nalar dan moralitas haruslah berjalan seiring. Prestai ilimiah Israel yang
membanggakan harus dinilai nihil jika teknologi tersebut digunakan untuk menerapkan
kekerasan dan memperkuat pendudukan militer. 'Ilmu pngetahuan' itulah andalan
mereka untuk meyerbu Gaza yang merenggut ribuan nyawa yang tewas dan terluka.
Hawking bukanlah orang yang relijius tetapi seorang
sarjana berprinsip dengan track record yang terhormat. Karena itu boikotnya
terhadap konferensi ilmiah Israel merupakan pukulan moral yang menentukan. Ia
berkeyakinan bahwa kebijaksanaan pemerintah Israel saat ini cenderung mengarah
menuju bencana. Peristiwa ini sungguh menggelisahkan pemerintah Israel yang
tidak berhasil membujuk sekutu-sekutunya. "Belum pernah ada seorang
ilmuwan sederajat dia yang memboikot Israel" kata juru bicara Kementerian
Luar Negeri Israel, Yigal Palmor. Karya ilmiah Hawking memiliki dampak demikian
mendasar hingga hampir seluruh bidang penelitian dari teori relativitas,
mekanika kuantum dan bidang studi lainnya terpaksa ditinjau ulang. Tokoh besar
yang menderita kelumpuhan fisik total ini telah memberikan kontribusi luar
biasa bagi ilmu pengetahuan; hanya segelintir pria dan wanita yang sederajat
dengannya dalam sejarah.
Pada 3 Mei 2013 Gereja Skotlandia menerbitkan laporan
berjudul: "WARISAN ABRAHAM? PERIHAL NEGERI YANG DIJANJIKAN”
Naskah 5000 kata untuk konsumsi nasional dan internasional ini isinya bertentangan
dengan kebijaksanaan konvensional saat ini dimana kebanyakan gereja utama di
seluruh dunia memandang dan membenarkan “hak untuk exist” Israel adalah
didasarkan kepada janji Tuhan dalam Injil. Itu tidak benar! "Tanah yang dijanjikan' dalam Injil
bukanlah berarti tempat," kata makalah
itu, "itu hanya metafora, kiasan tentang bagaimana seharusnya
segala-sesuatu berlaku antara umat Tuhan. 'Tanah yang dijanjikan' ini dapat
ditemukan - atau dibangun - di mana saja. "Keinginan banyak orang di
Israel untuk memperoleh tanah Palestina untuk orang-orang Yahudi adalah salah.
Ekspansi pemukiman, tembok pemisah dan tindakan kekerasan melipat-duakan
kesalahan itu jika dicarikan pembenarannya dari kitab Injil." ”Sementara beberapa gereja
utama tetap diam, Gereja Skotlandia menanggapi masalah ini dengan keberanian
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka mendesak untuk menjawab
pertanyaan: "Apa yang dituntut Tuhan dari kalian…?” Kesimpulan politik utama laporan itu adalah
pengakuan bahwa "situasi saat ini menunjukkan ketidaksetaraan kekuasaan
dan perdamaian hanya mungkin jika pendudukan militer Israel di Tepi Barat dan
Jerusalem Timur, dan blokade Gaza, dihentikan.
Meskipun dasar moral keputusan Hawking dan Gereja
Skotlandia berbeda tetapi ada dua hal yang jelas terbukti: Pertama, seruan
boikot global BDS terus mendapat sambutan dari tokoh dan badan yang
berpengaruh. Kedua, Israel semakin defensif karena alasan resmi pendudukan
Palestina semakin berantakan dimata masyarakat sipil seluruh dunia. Belum
pernah Israel kehilangan kontrol atas penjelasan yang telah disusun dengan
hati-hati tentang alasan pendudukan militer dan pelanggaran hak asasi manusia
di Palestina lebih dari yang mereka alami saat ini.