26/05/13

GEREJA SCOTLAND, STEPHEN HAWKING DAN PALESTINA


GEREJA SCOTLAND, STEPHEN HAWKING PALESTINA
Oleh Jum’an

Tujuh tahun yang lalu, 171 Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) Palestina bergabung dalam gerakan untuk melancarkan kampanye boikot, divestasi dan sanksi  terhadap Israel (BDS Movement) dengan tujuan diberlakukannya hukum internasional serta pengakuan hak-hak rakyat Palestina. Mereka menghimbau “rakyat yang berhati nurani di seluruh dunia untuk melancarkan boikot meluas dan melakukan divestasi dan sanksi terhadap Israel seperti yang diterapkan terhadap Afrika Selatan pada era apartheid." Kegiatan gerakan BDS, para pendiri, pendukung serta prestasi mereka dapat dilihat dalam situs diatas, termasuk deretan prestasi 2012. Bulan Mei ini BDS telah mencatat dua kemenangan besar. Pertama keputusan kosmolog dan fisikawan internasional terkenal, Stephen Hawking untuk memboikot dan menolak undangan dari Shimon Peres untuk menghadiri konferensi ilmiah yang disponsori oleh Israel. Yang kedua suatu makalah amat penting yang dikeluarkan oleh Gereja Skotlandia sehubungan dengan Sidang Majlis bulan Mei 2013, yang berisi diantaranya bahwa keberadaan Negara Yahudi Israel tidak dapat dibenarkan menurut kitab Injil.
Fisikawan Inggris Stephen Hawking mengumumkan menarik diri dari Konferensi Ilmiah bulan Juni, sebuah konferensi bergengsi yang disponsori oleh presiden Israel, Shimon Peres. Hawking telah menerima undangan untuk menghadiri konferensi, tapi kemudian menolaknya setelah menerima banyak email dari akademisi Palestina yang memintanya untuk menghormati boikot akademik terhadap Israel. Belakangan diketahui bahwa Hawking juga menerima himbauan dari 20 akademisi dari berbagai universitas ternama Inggris seperti Cambridge, London, Leeds, Southampton, Warwick, Newcastle dll termasuk M.I.T. (USA) untuk memboikot konferensi ilmiah itu. Mereka menganjurkan boikot sebagai cara yang tepat kaum ilmuwan untuk menanggapi praktek diskriminasi  terang-terangan dan sistimatis terhadap penduduk Palestina dan non-Yahudi lainnya. Keputusan Hawking juga menyiratkan bahwa nalar dan moralitas haruslah berjalan seiring. Prestai ilimiah Israel yang membanggakan harus dinilai nihil jika teknologi tersebut digunakan untuk menerapkan kekerasan dan memperkuat pendudukan militer. 'Ilmu pngetahuan' itulah andalan mereka untuk meyerbu Gaza yang merenggut ribuan nyawa yang tewas dan terluka.
Hawking bukanlah orang yang relijius tetapi seorang sarjana berprinsip dengan track record yang terhormat. Karena itu boikotnya terhadap konferensi ilmiah Israel merupakan pukulan moral yang menentukan. Ia berkeyakinan bahwa kebijaksanaan pemerintah Israel saat ini cenderung mengarah menuju bencana. Peristiwa ini sungguh menggelisahkan pemerintah Israel yang tidak berhasil membujuk sekutu-sekutunya. "Belum pernah ada seorang ilmuwan sederajat dia yang memboikot Israel" kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Yigal Palmor. Karya ilmiah Hawking memiliki dampak demikian mendasar hingga hampir seluruh bidang penelitian dari teori relativitas, mekanika kuantum dan bidang studi lainnya terpaksa ditinjau ulang. Tokoh besar yang menderita kelumpuhan fisik total ini telah memberikan kontribusi luar biasa bagi ilmu pengetahuan; hanya segelintir pria dan wanita yang sederajat dengannya dalam sejarah.
Pada 3 Mei 2013 Gereja Skotlandia menerbitkan laporan berjudul: "WARISAN ABRAHAM? PERIHAL NEGERI YANG DIJANJIKAN” Naskah 5000 kata untuk konsumsi nasional dan internasional ini isinya bertentangan dengan kebijaksanaan konvensional saat ini dimana kebanyakan gereja utama di seluruh dunia memandang dan membenarkan “hak untuk exist” Israel adalah didasarkan kepada janji Tuhan dalam Injil. Itu tidak benar!  "Tanah yang dijanjikan' dalam Injil bukanlah berarti  tempat," kata makalah itu, "itu hanya metafora, kiasan tentang bagaimana seharusnya segala-sesuatu berlaku antara umat Tuhan. 'Tanah yang dijanjikan' ini dapat ditemukan - atau dibangun - di mana saja. "Keinginan banyak orang di Israel untuk memperoleh tanah Palestina untuk orang-orang Yahudi adalah salah. Ekspansi pemukiman, tembok pemisah dan tindakan kekerasan melipat-duakan kesalahan itu jika dicarikan pembenarannya dari kitab Injil." Sementara beberapa gereja utama tetap diam, Gereja Skotlandia menanggapi masalah ini dengan keberanian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka mendesak untuk menjawab pertanyaan: "Apa yang dituntut Tuhan dari kalian…?” Kesimpulan politik utama laporan itu adalah pengakuan bahwa "situasi saat ini menunjukkan ketidaksetaraan kekuasaan dan perdamaian hanya mungkin jika pendudukan militer Israel di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, dan blokade Gaza, dihentikan.

Meskipun dasar moral keputusan Hawking dan Gereja Skotlandia berbeda tetapi ada dua hal yang jelas terbukti: Pertama, seruan boikot global BDS terus mendapat sambutan dari tokoh dan badan yang berpengaruh. Kedua, Israel semakin defensif karena alasan resmi pendudukan Palestina semakin berantakan dimata masyarakat sipil seluruh dunia. Belum pernah Israel kehilangan kontrol atas penjelasan yang telah disusun dengan hati-hati tentang alasan pendudukan militer dan pelanggaran hak asasi manusia di Palestina lebih dari yang mereka alami saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar