Oleh:
Jum’an
Tidaklah
menyimpang dari dugaan kalau dalam penelitian terbukti bahwa orang Islam akan meningkat
kepercayaannya kepada Allah ketika diingatkan dan berfikir tentang kematian. Demikian
pula ketika orang Kristen memikirkan kematian, mereka bertambah yakin akan Tuhan
mereka. Tetapi orang ateis ketika diingatkan tentang kematian, hatinya tak
bergeming dan tetap tidak percaya. Sedangkan kaum agnostik yang ragu-ragu
(karena menurut mereka kebenaran adanya Tuhan sangat sulit dibuktikan) ketika
diingatkan akan kematian, mereka menjadi lebih bersedia untuk percaya adanya
Tuhan, hanya saja mereka tidak pilih-pilih untuk percaya kepada Allah, Budha
maupun Yesus; meskipun penelitian ini diadakan di Amerika, lingkungan yang
mayoritas Kristen. Temuan ini meyakinkan bahwa agama yang menjanjikan kehidupan
akhirat yang kekal, dapat membantu kita menyikapi soal kematian dan bahwa orang
mengatasi rasa takut mati menurut kepercayaannya sendiri-sendiri. Mudah
difahami bahwa orang yang religious cenderung makin kuat kepercayaan kepada
agamanya sendiri dan semakin menjauhi kepercayaan agama lain.
Demikian diantara
kesimpulan penelitian
yang dilakukan oleh Kenneth Vail psikolog Universitas Missiouri dan
rekan-rekan tentang Agama dan Kematian.
Ia merekrut 20 mahasiswa Kristen, 28 ateis, 40 Muslim dan 28 penganut
agnostik. Semuanya mahasiswa Amerika kecuali 40 yang Muslim, mereka mahasiswa
Iran yang belajar di Iran. Sesuai dengan dugaan para peneliti terungkap bahwa
ketika orang Kristen berfikir tentang kematian, mereka lebih tegas keyakinannya
kepada Yesus Kristus ketimbang orang Kristen yang tidak pernah diingatkan soal kematian
mereka. Mereka juga makin tidak percaya dengan kebenaran agama lain. Demikian
pula sebaliknya dengan orang Islam. Juga terungkap, mithos bahwa orang ateis
akan beriman jika terancam kematian (no atheist in foxholes) adalah tidak
benar. Orang atheist tetap atheist meskipun mereka diingatkan akan kematian
mereka yang tak terelakkan. Penelitian ini juga menunjukkan betapa berbeda-bedanya
cara orang menagani rasa takut akan kematian mereka. Bukti bahwa mengingat dan
berfikir tentang kematian ternyata meningkatkan iman orang Islam kepada Allah merupakan
fakta yang penting dan bermanfaat bagi kita.
Menurut suatu teori
dalam ilmu psikologi sosial, kesadaran akan kematian yang tak terelakkan, dapat
mendorong manusia untuk mengisi hidup mereka dengan sesuatu yang lebih penting
dan bermakna, dan menyatukan diri dengan sesuatu yang lebih besar seperti agama
atau Negara. Peristiwa serangan 11 September 2001 di New York, telah menimbulkan
rasa takut luar biasa dan membangkitkan kesadaran akan kematian. Peristiwa itu
telah memberikan sekaligus dampak negatif maupun dampak positif. Kebanyakan media
cenderung memfokuskan diri kepada reaksi negatif terhadap aksi terorisme
seperti meningkatnya permusuhan antar agama, kekerasan dan rasialisme. Tapi menurut
Kenneth Vail penelitian juga menemukan bahwa sesudah peristiwa itu orang lebih
menunjukkan rasa syukur, harapan, dan kepemimpinan yg lebih baik.
Memikirkan
tentang kematian dengan sadar, dapat memotivasi orang untuk menjaga kesehatan
dan menyegarkan kembali cita-cita perorangan. Sementara secara tidak disadari mendorong
manusia untuk hidup sesuai dengan standar dan keyakinan yang positif, membangun
hubungan baik, melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat, hidup berdampingan,
dan memperkaya kehidupan mereka sendiri.
Menurut
kesimpulan penelitian tentang sikap orang terhadap kematian, memikirkan
kematian dapat memperbaiki kehidupan. Menurut istilah mereka, menari
dengan kematian adalah langkah yang pelik tetapi anggun menuju kehidupan yang
lebih baik. Barangkali hadis Nabi yang mengatakan “Perbanyaklah mengingat kematian”
memang perlu kita budayakan.