HADIS ABAD 21 VERSI TURKI
Oleh: Jum’an
Sekitar 5 tahun lalu
British Broadcasting Corporations (BBC) menyiarkan bahwa Pemerinta Turki akan
menerbitkan kompilasi hadis edisi baru hasil re-interpretasi revolusioner serta
modernisasi yang radikal. Berita yang merisaukan para ulama dan umat Islam itu
dibantah oleh Direktorat Agama Turki yang mengatakan, berita itu merupakan cara
pandang Kristen yang keliru terhadap perkembangan Islam. Prof. Hakki Unal dari Fakultas Agama Universitas
Ankara menyatakan inisiatif re-interpretasi hadis itu merupakan upaya untuk
memperjelas makna Islam dalam masyarakat modern. Seorang ulama Saudi dengan sinis betanya: Apakah anda mau menerbitkan
Qur’an baru sesudah ini? Tetapi proyek reformasi hadis yang didukung Pemerintah
berjalan terus. Pimpinan proyek itu, seorang petinggi Direktorat Urusan Agama
(Dyanet) Mehmet Ozafsar berkata: “Kita bukan hidup di abad 20 lagi. Kita
memerlukan suatu karya baru tentang Islam dalam perspektif budaya hari
ini.” “Dalam menghakimi suatu tindakan,
kita jangan hanya membuka Qur’an atau kumpulan Hadis, menemukan satu ayat atau
Hadis dan berkata ‘Aha! ini dia hukumnya!’
Itu berarti literalisme dan kebodohan; kata Mehmet Pacaci, petinggi
Dyanet lainnya kepada Reuters
Begitulah, 100 orang
pakar hadis telah memilih 500 dari 17.000 hadis tentang akidah, iman dan sosial,
bekerja tekun selama 6 tahun dan akhirnya lahirlah sebuah eksiklopedia 7 jilid
yang berisi hadis-hadis yang penting menurut para penyusunnya. Dikelompokkan
berdasar subyek diikuti dengan esai pendek penjelasan hadis itu dalam konteks
sejarahnya dan apa artinya hari ini. Hasil karya mereka akan dirilis resmi
bulan Ramadan mendatang. Sebenarnya menseleksi dan mencermati hadis bukan hal
baru dalam Islam. Para ulama terdahulu telah melakukannya untuk membantu umat
Islam mempelajari hadis tanpa harus menelusuri kitab-kitab klasik yang panjang
dan rumit. Hanya saja kali ini seleksi dan pembahasan itu dilakukan berdasarkan
perspektif Turki hari ini, yang merupakan negara sekuler dengan mayoritas masyarakat
Muslim serta ekonomi yang dinamis.
Seberapa menyimpang
hadis-hadis edisi Turki ini dari pengertian kita? Apakah sabda-sabda Rasulullah
itu diselewengkan, kata-katanya dirubah, dinyatakan tidak asli atau sebagian
dipersalahkan dan tidak diakui? Tidak demikian. Menurut Tom
Heneghan editor berita Agama Reuters “tidak seperti Tesis Marthin
Luther th 517 yang mengutuk praktek Gereja Katolik Roma dan melancarkan
Reformasi Protestan.” Mereka hanya
membahas pandangan Islam tentang aqidah, iman dan kehidupan dalam terminologi
yang difahami oleh orang Turki modern yang awam. Para ahli hadis itu adalah
penganut Islam Sunni dengan akidah yang kuat yang tidak menggunakan penafsiran
literal seperti yang dianut kaum muslimin dikebanyakan negara lain. Menurut
Ozafsar, Turki mempunyai pandangan yang berbeda tentang budaya Islam. Temasuk
tradisi sekuler yang kuat yang membolehkan konsumsi alkohol, berpakaian ala
Barat utuk wanita. Turki juga membolehkan imam dan khatib wanita di masjid
-masjid. Delegasi keagamaan Turki sering mengunjungi Universitas Al-Azhar Cairo
yang merupakan tempat utama pedidikan Sunni.
Di Mesir dimana ulama
Islam tradisional, ulama Ikhwanul Muslimin yang sedang berkuasa dan ulma Salafi
radikal saling berbeda pendapat atas isu-isu utama keimanan, koleksi hadits
Turki ini bisa membawa perspektif baru untuk perdebatan. Menurut penasehat Mufti Besar Mesir, Ibrahim
Negm, ada sambutan baik terhadap interpretasi baru ini dikalangan intelektual
Mesir. Mereka sangat terkesan dengan model Turki,
tidak hanya di bidang ekonomi dan politik tetapi juga dalam orientasi keagamaan
moderat. Turki mereka pandang sebagai "antitesis dari model
Wahhabi-Salafi."
Otoritas keagamaan yang
berwenang di Turki menjelaskan bahwa pembahasan yang menyangkut isu-isu modern
seperti hak-hak wanita tidak disajikan sebagai sikap resmi yang harus
disebarkan para imam atau diterapkan oleh para hakim syariah. Tujuannya bukan
untuk menjawab topik masa kini seperti isu-isu gender, hukuman dan jihad.
Mengenai sekolah bagi anak perempuan misalnya
diterangkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim, karena
itu merupakan hak bagi anak perempuan dan wanita dewasa juga. Tulisan lain tentang
wanita menekankan bawa ketika Nabi memerintah di Madinah, wanita pergi ke
masjid, menjalankan bisnis. Mereka aktif disemua bidang kehidupan. Hadis
tentang hukuman yang keras seperti potong tangan bagi pencuri dimasukkan ke
dalam perspektif sejarah sehingga tidak diambil sebagai model untuk zaman
modern. Di masa Nabi masyarakat membutuhkan aturan-aturan ini untuk kedamaian
masyarakat. Hari ini kita memiliki sistem sosial yang berbeda. Kita dapat
mengatakan aturan-aturan dan hukuman yang bersifat historis.
Para imam suka sekali
membumbui khotbah mereka dengan hadis karena hadis meliputi begitu banyak aspek
kehidupan sehari-hari. Tetapi jika mereka membaca dari sumber aslinya, mungkin
memilih hadis-hadis yang tidak sesuai dengan kehidupan Turki modern. Kami
keberatan para khatib menggunakan terlalu banyak hadis. Dengan karya referensi
baru dari pemerintah, yang menggaji para imam, mereka hanya akan menggunakan
hadits dan interpretasi dari kitab hadis edisi baru ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar