11/03/14

WANITA BERNAS: NOOR INAYAT KHAN


WANITA BERNAS: NOOR INAYAT KHAN
OLeh: Jum’an

Pada 8 Nov. 2012, Princess Anne dari Inggris meresmikan patung Noor Inayat Khan, seorang wanita Islam asal India di Gordon Square dipusat kota London. Almarhumah tewas dieksekusi di kamp konsentrasi Dachau-Jerman oleh Gestapo, bulan September 1944 pada usia 30 tahun. Perdana Menteri Inggris David Cameron memuji Noor sebagai wanita penuh keberanian, ketabahan tak tertaklukkan dan pengorbanan diri yang inspirasional. Noor Inayat Khan mendapat Penghargaan George Cross secara anumerta dari Pemerintah Inggris dan Croix de Guerre dari Perancis atas pengorbanannya untuk kedua negeri itu pada Perang Dunia II. Noor-un-nisa binti Inayat Khan (1914 - 1944) adalah anak sulung 4 bersaudara; ketiga adiknya Vilayat, Hidayat dan Khair-un-Nisa. Ayahnya, Hazrat Inayat Khan seorang keturunan Sultan Tippu, penguasa Muslim abad ke-18 dari India Selatan yang terkenal sebagai "Tiger of Mysore". Hazrat Inayat Khan berprofesi sebagai musisi (Ia adalah cucu dari Maula Bakhsh, seorang darwis dan dikenal sebagai Beethoven dari Idia) dan guru Tasawuf Suni. Ibu Noor, Ora Ray Baker (Begum Sharada Ameena Begum), adalah wanita Amerika berdarah Inggris yang bertemu dan menikah dengan Inayat Khan selama perjalanannya di Amerika. Inayat Khan lahir tahun 1882, datang ke Amerika pada 1910 dengan misi meyebarkan ajaran tasawuf.  Ia mengadakan pagelaran musik dan ceramah tasawuf diberbagai tempat selama 4 tahun, kemudian tinggal di London, Inggris sampai 1920. Noour-un-nisa lahir di Moskow ketika Inayat Khan dan isterinya diundang oleh Tsar Nicholas II ke Rusia, tetapi tidak tinggal lama karena berkobarnya revolusi Bolshevik. Pemerintah Inggris mencurigai Inayat Khan, yang merupakan teman dari Nehru dan Gandhi dan seorang nasionalis yang kuat, sehingga keluarga itu pindah ke Prancis. Mereka menetap di Suresnes, pinggiran kota Paris di rumah pemberian seorang dermawan. Rumah itu disebut Fazal Manzil atau Rumah Berkah. Disinilah Noor-un-nisa menghabiskan sebagian besar hidupnya. Inayat Khan meninggal di India 1927 pada usia 45 tahun.

Dengan warisan genetik Timur dan Barat, darah ningrat, jiwa seniman dan sufi, Noor adalah anak ‘pilihan’. Dia sangat berkesan dihati semua orang yang ditemuinya, dari pertemuan masa kecilnya dengan murid-murid ayahnya, sampai kepada interogator Nazi yang menghancurkan tubuhnya, tapi tidak bisa mematahkan semangatnya. Pir Vilayat adiknya, pimpinan Sufi Order International (meninggal 2004) mengisahkan: Noor begitu disayang oleh teman-teman sekolahnya sehingga mereka memilihnya untuk menerima penghargaan "sahabat yang baik." Ia adalah anak perempuan yang tenang, pemalu, perasa dan pelamun. Orang hampir tak percaya bahwa ibunya adalah seorang Amerika berambut pirang dengan mata biru. Ketika berusia 12 tahun, setelah kematian ayahnya, ia mengambil tanggung jawab merawat ibunya yang jatuh sakit karena duka dan ketiga adiknya. Semua yang mengenalnya menaruh hormat yang mendalam mungkin karena ia sangat peduli.

Noor masuk ke Unversitas Sorbonne mendalami ilmu psikologi anak dan belajar musik di Conservatory Paris, mencipta untuk harpa dan piano. Ia menjadi penulis puisi dan buku serta majalah anak-anak yang sukses dan memimpin program anak-anak di Radio Paris. Ketika Jerman menduduki Perancis pada 1940, keluarganya berpindah ke Inggris. Noor dan adiknya Vilayat sepakat bahwa adalah jahat untuk sekedar berdiri dan menonton kekejaman Nazi, meskipun sebagai penganut Sufi dan pengikut Mahatma Gandhi mereka percaya pada anti-kekerasan. Kata Noor “Saya harus melakukan sesuatu tapi saya tidak ingin membunuh siapa pun”. Noor menjadi relawan Angkatan Udara Cadangan sebagai operator radio wireless dan direkrut oleh Special Operations Executive (SOE) dan diterjunkan di belakang garis musuh di Paris. Prestasinya dimasa damai, bahasa Perancis yg sempurna dan keakrabannya dengan Paris, bersama dengan telinga yang baik dan jari-jari yang cekatan, menjadi aset penting dimasa perang. Selama beberapa bulan, pemain harpa yg lembut Noor dilatih sebagai agen rahasia termasuk pelatihan senjata. Para instruktur meragukan kemampuannya; Noor terbukti lemah, terlalu kaku, emosional dan takut memegang senjata. Lagi pula kepribadiannya tidak stabil dan kurang cerdas disamping parasnya yang eksotis membuatnya lebih rentan untuk ditangkap Gestapo. Kemampuannya untuk kerja lapangan diragukan.

Tapi keberanian dan tekad Noor melebihi kekurangannya, dan mereka mengirimnya ke Prancis dengan bekal paspor palsu, satu set radio, sedikit uang franc dan sebuah pistol, bahkan sebelum masa trainingnya selesai. Disana ia bekerja dalam bahaya setiap saat  sebagai satu-satunya operator radio wanita, memata-matai dan melaporkan gerakan Jerman. Meskipun jaringan mata-mata itu berantakan, Noor tetap di Perancis selama tiga bulan, terus mengirimkan informasi ke markas SOE di Inggris. Luar biasa, gadis itu berhasil menghindari kejaran Gestapo selama berbulan-bulan, bersepeda, dengan pemancar di belakangnya, dari satu persembunyian ke persembunyian lainnya. Selama PD II ia dikenal dengan keberaniannya sebagai salah satu pahlawan Perlawanan Perancis. Noor tertangkap Gestapo pada Oktobber 1943, setelah diduga dikhianati oleh adik dari rekannya. Ia beberapa kali mencoba melarikan diri tetapi gagal. Selama 10 bulan dia ditahan dibelenggu tangan dan kaki, disiksa dan kelaparan tanpa sedikitpun membocorkan misinya; iapun dikirim ke kamp konsentrasi Dachau, ditembak mati pada 13 September 1944. Direktur penjara Pforzheim bersaksi setelah perang bahwa Noor tetap tidak kooperatif dan terus menolak untuk memberikan informasi apapun tetang pekerjaan atau siapa rekan-rekannya, meskipun tahanan lain sering mendengarnya menangis di malam hari. Josef Kieffer komandan Gestapo di Paris, ketika diadili mengakui sangat terkesan oleh keberanian Noor. Sambil menagis  ia mengatakan: "Jerman tidak memperoleh apa-apa dari dia. Bahkan namanya yang sebenarnya pun tidak". Pada hari naas itu, Noor ditelanjangi, dipukuli dengan kejam sekujur tubuhnya. Dia tidak menangis, tidak mengatakan apa-apa. Ketika penyiksanya bosan dan gadis itu  berlumuran darah, disuruhnya Noor berlutut dan ditembak kepalanya dari belakang.

Rahasia di balik keberanian Noor adalah kekuatan spiritual terinspirasi oleh ajaran sufi ayahnya, Hazrat Inayat Khan. Idealisme spiritual dalam tindakan, bukan hanya dalam kata-kata. Namun, di tengah tindakan terbesarnya ia merasa takut, yang menjadikan keberanian ekstrimnya lebih luar biasa. Ini seharusnya memberi semangat kepada mereka yang takut menjadi pengecut saat diuji. Menurut Sufi Journal, Hazrat Noor-un-nisa Inayat Khan adalah salah seorang pengamal futuwwah (semangat ksatria) yang paling diterangi. Dikalangan sufi, futuwwah berarti tingkah laku terpuji yang mengikuti teladan nabi, wali, orang-orang bijak serta para shahabat nabi dan kekasih Allah SWT. Kepada almarhumah diberikan kehormatan yg jarang diberikan kepada seorang sufi yang belum pernah memimpin sebuah tarekat. Ia menyandang sebutan Putri Tasawuf (Daughter of Sufism). Kesyahidan Noor terukir pada salah satu dinding museum yang sekarang didirikan di Dachau. Sebuah Balai Sufi juga dibangun di Suresnes dengan nama  Khankah Noor Inayat untuk menghormatinya. Setiap tanggal 14 Juli (Hari Revolusi Perancis) band militer Perancis selalu memainkan lagu-lagu kepahlawanan di Fazal Manzil – “Rumah Berkah” Noor di Suresnes . Allah yarhamha…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar