WANITA BERNAS: NOOR INAYAT KHAN
OLeh: Jum’an
Pada 8 Nov. 2012, Princess Anne dari Inggris meresmikan
patung Noor Inayat Khan, seorang wanita Islam asal India di Gordon Square
dipusat kota London. Almarhumah tewas dieksekusi di kamp konsentrasi Dachau-Jerman
oleh Gestapo, bulan September 1944 pada usia 30 tahun. Perdana Menteri Inggris
David Cameron memuji Noor sebagai wanita penuh keberanian, ketabahan tak tertaklukkan
dan pengorbanan diri yang inspirasional. Noor Inayat Khan mendapat Penghargaan
George Cross secara anumerta dari Pemerintah Inggris dan Croix de Guerre dari Perancis
atas pengorbanannya untuk kedua negeri itu pada Perang Dunia II. Noor-un-nisa binti
Inayat Khan (1914 - 1944) adalah anak sulung 4 bersaudara; ketiga adiknya
Vilayat, Hidayat dan Khair-un-Nisa. Ayahnya, Hazrat Inayat Khan seorang
keturunan Sultan Tippu, penguasa Muslim abad ke-18 dari India Selatan yang
terkenal sebagai "Tiger of Mysore". Hazrat Inayat Khan berprofesi
sebagai musisi (Ia adalah cucu dari Maula Bakhsh, seorang darwis dan dikenal
sebagai Beethoven dari Idia) dan guru Tasawuf Suni. Ibu Noor, Ora Ray Baker (Begum
Sharada Ameena Begum), adalah wanita Amerika berdarah Inggris yang bertemu dan
menikah dengan Inayat Khan selama perjalanannya di Amerika. Inayat Khan lahir
tahun 1882, datang ke Amerika pada 1910 dengan misi meyebarkan ajaran
tasawuf. Ia mengadakan pagelaran musik
dan ceramah tasawuf diberbagai tempat selama 4 tahun, kemudian tinggal di
London, Inggris sampai 1920. Noour-un-nisa lahir di Moskow ketika Inayat Khan
dan isterinya diundang oleh Tsar Nicholas II ke Rusia, tetapi tidak tinggal
lama karena berkobarnya revolusi Bolshevik. Pemerintah Inggris mencurigai Inayat
Khan, yang merupakan teman dari Nehru dan Gandhi dan seorang nasionalis yang
kuat, sehingga keluarga itu pindah ke Prancis. Mereka menetap di Suresnes, pinggiran
kota Paris di rumah pemberian seorang dermawan. Rumah itu disebut Fazal Manzil
atau Rumah Berkah. Disinilah Noor-un-nisa menghabiskan sebagian besar hidupnya.
Inayat Khan meninggal di India 1927 pada usia 45 tahun.
Dengan warisan genetik Timur dan Barat, darah ningrat, jiwa
seniman dan sufi, Noor adalah anak ‘pilihan’. Dia sangat berkesan dihati semua
orang yang ditemuinya, dari pertemuan masa kecilnya dengan murid-murid ayahnya,
sampai kepada interogator Nazi yang menghancurkan tubuhnya, tapi tidak bisa
mematahkan semangatnya. Pir Vilayat adiknya, pimpinan Sufi Order International
(meninggal 2004) mengisahkan: Noor begitu disayang oleh teman-teman sekolahnya
sehingga mereka memilihnya untuk menerima penghargaan "sahabat yang
baik." Ia adalah anak perempuan yang tenang, pemalu, perasa dan pelamun.
Orang hampir tak percaya bahwa ibunya adalah seorang Amerika berambut pirang
dengan mata biru. Ketika berusia 12 tahun, setelah kematian ayahnya, ia
mengambil tanggung jawab merawat ibunya yang jatuh sakit karena duka dan ketiga
adiknya. Semua yang mengenalnya menaruh hormat yang mendalam mungkin karena ia
sangat peduli.
Noor masuk ke Unversitas Sorbonne mendalami ilmu
psikologi anak dan belajar musik di Conservatory Paris, mencipta untuk harpa
dan piano. Ia menjadi penulis puisi dan buku serta majalah anak-anak yang
sukses dan memimpin program anak-anak di Radio Paris. Ketika Jerman menduduki Perancis
pada 1940, keluarganya berpindah ke Inggris. Noor dan adiknya Vilayat sepakat
bahwa adalah jahat untuk sekedar berdiri dan menonton kekejaman Nazi, meskipun
sebagai penganut Sufi dan pengikut Mahatma Gandhi mereka percaya pada anti-kekerasan.
Kata Noor “Saya harus melakukan sesuatu tapi saya tidak ingin membunuh siapa
pun”. Noor menjadi relawan Angkatan Udara Cadangan sebagai operator radio
wireless dan direkrut oleh Special Operations Executive (SOE) dan diterjunkan
di belakang garis musuh di Paris. Prestasinya dimasa damai, bahasa Perancis yg
sempurna dan keakrabannya dengan Paris, bersama dengan telinga yang baik dan
jari-jari yang cekatan, menjadi aset penting dimasa perang. Selama beberapa
bulan, pemain harpa yg lembut Noor dilatih sebagai agen rahasia termasuk
pelatihan senjata. Para instruktur meragukan kemampuannya; Noor terbukti lemah,
terlalu kaku, emosional dan takut memegang senjata. Lagi pula kepribadiannya
tidak stabil dan kurang cerdas disamping parasnya yang eksotis membuatnya lebih
rentan untuk ditangkap Gestapo. Kemampuannya untuk kerja lapangan diragukan.
Tapi keberanian dan tekad Noor melebihi kekurangannya,
dan mereka mengirimnya ke Prancis dengan bekal paspor palsu, satu set radio,
sedikit uang franc dan sebuah pistol, bahkan sebelum masa trainingnya selesai.
Disana ia bekerja dalam bahaya setiap saat
sebagai satu-satunya operator radio wanita, memata-matai dan melaporkan
gerakan Jerman. Meskipun jaringan mata-mata itu berantakan, Noor tetap di
Perancis selama tiga bulan, terus mengirimkan informasi ke markas SOE di
Inggris. Luar biasa, gadis itu berhasil menghindari kejaran Gestapo selama
berbulan-bulan, bersepeda, dengan pemancar di belakangnya, dari satu persembunyian
ke persembunyian lainnya. Selama PD II ia dikenal dengan keberaniannya sebagai
salah satu pahlawan Perlawanan Perancis. Noor tertangkap Gestapo pada Oktobber
1943, setelah diduga dikhianati oleh adik dari rekannya. Ia beberapa kali
mencoba melarikan diri tetapi gagal. Selama 10 bulan dia ditahan dibelenggu
tangan dan kaki, disiksa dan kelaparan tanpa sedikitpun membocorkan misinya;
iapun dikirim ke kamp konsentrasi Dachau, ditembak mati pada 13 September 1944.
Direktur penjara Pforzheim bersaksi setelah perang bahwa Noor tetap tidak
kooperatif dan terus menolak untuk memberikan informasi apapun tetang pekerjaan
atau siapa rekan-rekannya, meskipun tahanan lain sering mendengarnya menangis
di malam hari. Josef Kieffer komandan Gestapo di Paris, ketika diadili mengakui
sangat terkesan oleh keberanian Noor. Sambil menagis ia mengatakan: "Jerman tidak memperoleh
apa-apa dari dia. Bahkan namanya yang sebenarnya pun tidak". Pada hari
naas itu, Noor ditelanjangi, dipukuli dengan kejam sekujur tubuhnya. Dia tidak
menangis, tidak mengatakan apa-apa. Ketika penyiksanya bosan dan gadis itu berlumuran darah, disuruhnya Noor berlutut dan
ditembak kepalanya dari belakang.
Rahasia di balik keberanian Noor adalah kekuatan
spiritual terinspirasi oleh ajaran sufi ayahnya, Hazrat Inayat Khan. Idealisme
spiritual dalam tindakan, bukan hanya dalam kata-kata. Namun, di tengah
tindakan terbesarnya ia merasa takut, yang menjadikan keberanian ekstrimnya
lebih luar biasa. Ini seharusnya memberi semangat kepada mereka yang takut
menjadi pengecut saat diuji. Menurut Sufi Journal, Hazrat Noor-un-nisa Inayat
Khan adalah salah seorang pengamal futuwwah (semangat ksatria) yang paling
diterangi. Dikalangan sufi, futuwwah berarti tingkah laku terpuji yang
mengikuti teladan nabi, wali, orang-orang bijak serta para shahabat nabi dan
kekasih Allah SWT. Kepada almarhumah diberikan kehormatan yg jarang diberikan
kepada seorang sufi yang belum pernah memimpin sebuah tarekat. Ia menyandang
sebutan Putri Tasawuf (Daughter of Sufism). Kesyahidan Noor terukir pada salah
satu dinding museum yang sekarang didirikan di Dachau. Sebuah Balai Sufi juga dibangun
di Suresnes dengan nama Khankah Noor
Inayat untuk menghormatinya. Setiap tanggal 14 Juli (Hari Revolusi Perancis) band
militer Perancis selalu memainkan lagu-lagu kepahlawanan di Fazal Manzil – “Rumah
Berkah” Noor di Suresnes . Allah yarhamha…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar