29/03/14

JILBAB NINJA DAN JILBAB SEKULER


JILBAB NINJA DAN JILBAB SEKULER
Oleh: Jum’an

Ini untuk ketiga kalinya saya menulis pandangan orang tentang jilbab. Pertama berjudul Bagaimana Rasanya Tidak Pakai Jilbab, tentang pengalaman Nadia El-Awady dari Cairo, President World Federation of Science Journalist ketika mencoba tampil didepan umum tanpa jilbab yang sudah dikenakannya selama 25 tahun. Yang kedua Revolusi Jilbab Amerika, pandangan Profesor Leila Ahmad dari Univ. Harvard tentang “Revolusi Damai: Kebangkitan Jilbab, dari Timur Tengah sampai Amerika”.  Berikut ini tentang model jilbab yang disukai  orang dinegara-negara Arab dan Teluk Persia…… Anda ingat hadis Nabi ini: ”Allah tidak melihat wajah dan harta seseorang tetapi Dia melihat kepada hati dan perbuatannya?” Setidaknya itu berarti bahwa solat menghadap kepada-Nya tidak perlu berpakaian modis dan mahal. Cukup yang generik dan fungsional saja. Mungkin Rasulullah heran kalau tahu bahwa di Indonesia ada puluhan model mukena: mukena Bali, mukena Abaya, mukena Parasut, Mukena Bordir dan masih banyak lagi. Kalau mukena saja banyak modelnya, apalagi jilbab yang dikenakan muslimat sehari-hari didepan umum. Pantas kalau kita bertanya mana diantara model-model jibab yang dianggap paling pantas oleh masyarakat. Lembaga Penelitias Masyarakat Universitas Michigan AS telah melakukan survey tentang jilbab (niqab, hijab, burqa) di tujuh Negara mayoritas Muslim yaitu Arab Saudi, Mesir, Pakistan, Tunisia, Irak, Lebanon, dan Turki. Survey dilakukan 2011-2013, dengan jumlah responden masing-masing Negara antara 3000-3500 orang kecuali Saudi Arabia 2000 orang. Survei ini mengajukan pertanyaan tentang jilbab dari penilaian visual saja. Setiap responden diberi kartu dengan enam gambar wanita berjilbab dan diminta memilih mana yang paling tepat untuk dipakai ditempat umum.

Ke-enam model itu adalah no.1 jilbab yang sering dipakai di Afganistan, no.2 yang populer di Arab Saudi dan negara-negara Arab Teluk Persia lainnya, no.3 model yang dianjurkan oleh penganut Syi'ah dan koservatif di Iran, Irak, dan Lebanon. No.4 dan no.5 model yang dianggap paling sesuai oleh perempuan Muslim modern di Iran dan Turki. Ada juga pilihan untuk wanita tidak memakai jilbab sama sekali (no. 6) yang menjadi pilihan wanita sekuler di kawasan itu.
Secara keseluruhan, sebagian besar responden menganggap tampilan no.4 yang rambut dan telinganya tertutup oleh jilbab warna putih, adalah yang paling tepat untuk dpakai ditempat umum, termasuk 57% respondenTunisia, 52% Mesir, 46% Turki, 44% Irak. Di Irak dan Mesir, tampilan no. 3 yang rambut dan telinga tertutup oleh jilbab berwarna hitam adalah pilihan yang paling populer kedua. Di Pakistan, 30% memilih  model jilbab no.2 yang hanya nampak mata seperti pakaian ninja, 31% memilih jilbab no.3 sedang 24% memilih jilbab no.4. Di Arab Saudi, 63% memilih model no.2 yaitu jilbab hitam yang hanya nampak mata, sementara sekitar 10% mengatakan bahwa jilbab no.1 adalah gaya yang paling tepat dan 10% lainnya memilih no.4 yaitu jilbab putih dg rambut dan telinga tertutup dan wajah terbuka. Disisi lain hampir setengah (49%) responden Libanon  dan 32% responden Turki serta 15% responden Tunisia setuju untuk wanita tampil di depan umum tanpa penutup kepala sama sekali. Ini mungkin karena 27% responden Lebanon beragama Kristen. Survey ini juga meneliti tanggapan terhadap pertanyaan, "Apakah seharusnya wanita berhak memilih pakaian mereka sendiri?" Jawaban yang setuju adalah 56% responden Tunisia, 52% Turki, 49% Libanon, 47% Saudi, 27% Iraq, 22% Pakistan dan 14% Mesir. Survey ini tidak menanyakan norma-norma apa menurut para responden yang membuat para wanita itu memilih memakai jilbab yang lebih konservatif atau kurang konservatif di depan umum. Norma-norma sosial, budaya atau agama. Informasi demografis, termasuk jenis kelamin dari para responden dapat dilihat pada (hal. 15) disini

Tanpa maksud menggurui, membaca tulisan tentang hasil survey secara sekilas mudah menyesatkan dan mengundang pertanyaan.  Survey jilbab yang dimuat di Huffington Post dan Pew Reseach Center ini telah mengundang masing-masing 386 dan 462 komentar yang sangat beragam termasuk yang meragukan validitasnya, sampai seperti yang disampaikan oleh seorang wanita bernama Ayesha ini: “Saya adalah pemakai jilbab no. 2 dalam gambar. Saya selalu memakainya setiap keluar rumah. Kebetulan keluarga saya perempuan semua.Tak ada laki-laki manapun yang mengatur apa yang harus saya lakukan. Sayalah perempuan berjilbab sukarela . Saya suka jilbab, saya merasa aman dan terhormat memakainya. Saya tidak merasa diawasi orang. Memakai jilbab tak menghalangi saya mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi atau dari mendapatkan nilai A . Mengapa anda tidak percaya bahwa pemakai jilbab sejati merasa senang dengan jilbab mereka? Saya tak merasa diperintah oleh siapapun, saya hanya merasa diperintah oleh Allah …. Jilbab justru mengingatkan saya bahwa orang 'didalamnya' penting . Kita begitu terpaku oleh wajah, materi, dan citra permukaan – melupakan yang penting dan yang tidak. Hanya Allah yang tahu mana yang terbaik….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar