23/03/14

TINGKAT PENDAPATAN DAN GANGGUAN JIWA


TINGKAT PENDAPATAN DAN GANGGUAN JIWA
Oleh: Jum’an

Dalam Deret Volta unsur-unsur logam disusun menurut reaktifitas atau kemudahannya mengalami oksidasi. Yang lebih reaktif ditempatkan disebelah kiri, yang kurang reaktif disebelah kanan. Diujung kiri unsur Lithium dilanjutkan dengan unsur-unsur lain yang lebih mulia (noble) yang tidak mudah teroksidasi sampai ke ujung kanan yaitu platina, perak dan emas yang terkenal sebagai logam mulia yang tahan karat. Bila dua logam yang berbeda dihubungkan (pipa air dari besi dan kran dari tembaga misalnya) maka besi itu akan termakan (berkarat), karena besi terletak jauh disebelah kiri dari tembaga dalam deret Volta. Makin jauh jarak (kemuliaan) antara dua logam dalam deret Volta, makin parah korosi yang terjadi bila berhubungan. Korosi akan merusak dan mengurangi kekuatan logam….. Sementara itu dalam ranah yang berbeda Richard Wilkinson dari think-tank Equality Trust  menyatakan bahwa ketidak-merataan pendapatan dalam masyarakat bukan saja menyebabkan korosi sosial dan memecah-belah, tetapi juga merusak jiwa perseorangan.  Banyak gejala sosial yang sejalan dengan fenomena alam seperti hierarki masyarakat dan susunan unsur-unsur dalam deret Volta ini.

Kesenjangan pendapatan yang jauh antara kelas menengah dan kelas atas di AS bukanlah sesuatu yang khas, tapi merupakan bagian dari fenomena global. OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) menyimpulkan bahwa ketimpangan pendapatan memang meningkat di sebagian besar negara maju. Menurut prediksi, seharusnya ketika suatu bangsa menjadi lebih kaya, ketimpangan pendapatan awalnya akan naik dan kemudian menurun. Ketidakseimbangan akan meningkat ketika buruh tani yang berpenghasilan rendah beralih ke pekerjaan industri dengan pembayaran lebih tinggi. Tetapi kenyataan tidak demikian. Dalam 25 tahun terakhir, ketidakmerataan pendapatan terus meningkat tanpa alasan yang jelas. Menurut OECD mungkin karena makin banyaknya orang yang bekerja sambilan, orang-orang kaya yang menanam modal, dan bahkan pernikahan antar orang kaya sehingga melipat duakan kekayaan mereka. Menurut Kentaro Toyama dari Universitas California, alasan yang dominan adalah terjadinya transisi lanjutan dari pekerjaan industri dengan keterampilan rendah ke pekerjaan pengetahuan dengan keterampilan dan pembayaran yang lebih tinggi lagi. Celakanya transisi ini terjebak - krena biaya pendidikan naik, keluarga berpendapatan rendah tidak dapat memperoleh pendidikan yang dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan. Ketidakmerataan itu asli tumbuh dari kapitalisme yang tak terkekang. Menurut Kentaro, ketimpangan pendapatan di seluruh dunia adalah bukti kegagalan Kapitalisme.

Kecenderungan kita untuk mensejajarkan kekayaan harta dengan kenyamanan batin, mempengaruhi cara kita melihat dan memperlakukan satu sama lain. Perasaan menang dan kalah, siapa yang unggul siapa dibawah. Bukti menunjukkan bahwa di negara maju, penyakit mental berat dan ringan, tiga kali lebih umum di masyarakat dimana ketidakmerataan pendapatan antara kaya dan miskin lebih besar. Kajian juga menunjukkan bahwa depresi lebih umum di negara-negara bagian Amerika dengan ketimpangan pendapatan yang lebih besar. Data dari 100 lebih survei di 26 negara, menemukan bahwa gangguan skizofrenia tiga kali lebih umum di masyarakat yang lebih tidak merata pendapatannya dibanding yang lebih merata.

Penelitian Sheri L. Johnson (2012) psikolog di Univ. Berkeley menyimpulkan bahwa gangguan jiwa seperti mania dan narsisme terkait dengan perjuangan kita demi status dan dominasi, sementara gangguan seperti kecemasan dan depresi merupakan reaksi terhadap pengalaman ketergantungan. Narsisme dan mania akan lebih umum di bagian atas hirarki sosial, depresi dan kecemasan akan terjadi lebih sering di bagian bawah. Salah satu akibat utama dari perbedaan pendapatan antara kaya dan miskin yang terlalu besar adalah makin intensifnya isu dominasi dan ketergantungan, dan perasaan tinggi diri dan rendah diri. Ketidakmerataan tak hanya memperparah tetapi juga memperluas masalah. Studi baru para peneliti menunjukkan, dari 34.000 orang di 31 negara menunjukkan bahwa di negara-negara dengan perbedaan pendapatan yang lebih besar, kecemasan akan status adalah lebih umum pada semua tingkatan dalam hierarki sosial. Studi internasional lain (2011) menemukan khusus bahwa kebiasaan meninggikan atau membesarkan diri – kecenderungan untuk membesar-besarkan pandangan sendiri - terjadi jauh lebih sering pada masyarakat yang lebih tidak merata pendapatannya.


Penelitian psikolog di AS menunjukkan, tingkat narsisme naik pesat dari 1980-an akhir, yang nampaknya mengacu kepada peningkatan ketidaksetaraan. Ketika perbedaan materiil yang lebih besar meningkatkan kesenjangan sosial, perasaan superioritas dan inferioritas meningkat. Singkatnya, naiknya ketidak-merataan pendapatan membuat kita  gelisah tentang citra dan bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Kita terpaksa menjadi orang yang kurang baik dan kurang bahagia dalam masyarakat yang terlalu taksetara karena ketidaksetaraan yang lebih besar melipat duakan kecemasan kita akan status, merusak kesehatan mental dan mengaburkan kepribadian kita - di manapun kedudukan sosial kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar