TINGKAT PENDAPATAN DAN GANGGUAN JIWA
Oleh: Jum’an
Dalam Deret Volta
unsur-unsur logam disusun menurut reaktifitas atau kemudahannya mengalami
oksidasi. Yang lebih reaktif ditempatkan disebelah kiri, yang kurang reaktif
disebelah kanan. Diujung kiri unsur Lithium dilanjutkan dengan unsur-unsur lain
yang lebih mulia (noble) yang tidak mudah teroksidasi sampai ke ujung kanan
yaitu platina, perak dan emas yang terkenal sebagai logam mulia yang tahan karat.
Bila dua logam yang berbeda dihubungkan
(pipa air dari besi dan kran dari tembaga misalnya) maka besi itu akan termakan
(berkarat), karena besi terletak jauh disebelah kiri dari tembaga dalam deret
Volta. Makin jauh jarak (kemuliaan) antara dua logam dalam deret Volta, makin parah
korosi yang terjadi bila berhubungan. Korosi akan merusak dan mengurangi
kekuatan logam….. Sementara itu dalam ranah yang berbeda Richard Wilkinson dari
think-tank Equality Trust
menyatakan bahwa ketidak-merataan
pendapatan dalam masyarakat bukan saja menyebabkan korosi sosial dan
memecah-belah, tetapi juga merusak jiwa perseorangan. Banyak gejala sosial yang sejalan dengan
fenomena alam seperti hierarki masyarakat dan susunan unsur-unsur dalam deret
Volta ini.
Kesenjangan pendapatan yang jauh
antara kelas menengah dan kelas atas di AS bukanlah sesuatu yang khas, tapi
merupakan bagian dari fenomena global. OECD (Organization for Economic
Co-operation and Development) menyimpulkan bahwa ketimpangan pendapatan memang
meningkat di sebagian besar negara maju. Menurut prediksi, seharusnya ketika
suatu bangsa menjadi lebih kaya, ketimpangan pendapatan awalnya akan naik dan
kemudian menurun. Ketidakseimbangan akan meningkat ketika buruh tani yang
berpenghasilan rendah beralih ke pekerjaan industri dengan pembayaran lebih
tinggi. Tetapi kenyataan tidak demikian. Dalam 25 tahun terakhir, ketidakmerataan
pendapatan terus meningkat tanpa alasan yang jelas. Menurut OECD mungkin karena
makin banyaknya orang yang bekerja sambilan, orang-orang kaya yang menanam
modal, dan bahkan pernikahan antar orang kaya sehingga melipat duakan kekayaan
mereka. Menurut Kentaro Toyama dari Universitas California, alasan yang dominan
adalah terjadinya transisi lanjutan dari pekerjaan industri dengan keterampilan
rendah ke pekerjaan pengetahuan dengan keterampilan dan pembayaran yang lebih
tinggi lagi. Celakanya transisi ini terjebak - krena biaya pendidikan naik,
keluarga berpendapatan rendah tidak dapat memperoleh pendidikan yang dibutuhkan
untuk meningkatkan keterampilan. Ketidakmerataan itu asli tumbuh dari kapitalisme
yang tak terkekang. Menurut
Kentaro, ketimpangan pendapatan di seluruh dunia adalah bukti kegagalan
Kapitalisme.
Kecenderungan kita untuk mensejajarkan kekayaan harta
dengan kenyamanan batin, mempengaruhi cara kita melihat dan memperlakukan satu
sama lain. Perasaan menang dan kalah, siapa yang unggul siapa dibawah. Bukti
menunjukkan bahwa di negara maju, penyakit mental berat dan ringan, tiga kali
lebih umum di masyarakat dimana ketidakmerataan pendapatan antara kaya dan
miskin lebih besar. Kajian juga menunjukkan bahwa depresi lebih umum di
negara-negara bagian Amerika dengan ketimpangan pendapatan yang lebih besar. Data
dari 100 lebih survei di 26 negara, menemukan bahwa gangguan skizofrenia tiga
kali lebih umum di masyarakat yang lebih tidak merata pendapatannya dibanding
yang lebih merata.
Penelitian Sheri L. Johnson (2012) psikolog di Univ.
Berkeley menyimpulkan bahwa gangguan jiwa seperti mania dan narsisme terkait
dengan perjuangan kita demi status dan dominasi, sementara gangguan seperti
kecemasan dan depresi merupakan reaksi terhadap pengalaman ketergantungan.
Narsisme dan mania akan lebih umum di bagian atas hirarki sosial, depresi dan
kecemasan akan terjadi lebih sering di bagian bawah. Salah satu akibat utama
dari perbedaan pendapatan antara kaya dan miskin yang terlalu besar adalah
makin intensifnya isu dominasi dan ketergantungan, dan perasaan tinggi diri dan
rendah diri. Ketidakmerataan tak hanya memperparah tetapi juga memperluas
masalah. Studi baru para peneliti menunjukkan, dari 34.000 orang di 31 negara menunjukkan
bahwa di negara-negara dengan perbedaan pendapatan yang lebih besar, kecemasan akan
status adalah lebih umum pada semua tingkatan dalam hierarki sosial. Studi
internasional lain (2011) menemukan khusus bahwa kebiasaan meninggikan atau
membesarkan diri – kecenderungan untuk membesar-besarkan pandangan sendiri -
terjadi jauh lebih sering pada masyarakat yang lebih tidak merata pendapatannya.
Penelitian psikolog di AS menunjukkan, tingkat narsisme
naik pesat dari 1980-an akhir, yang nampaknya mengacu kepada peningkatan
ketidaksetaraan. Ketika perbedaan materiil yang lebih besar meningkatkan
kesenjangan sosial, perasaan superioritas dan inferioritas meningkat.
Singkatnya, naiknya ketidak-merataan pendapatan membuat kita gelisah tentang citra dan bagaimana kita
dilihat oleh orang lain. Kita terpaksa
menjadi orang yang kurang baik dan kurang bahagia dalam masyarakat yang terlalu
taksetara karena ketidaksetaraan yang lebih besar melipat duakan kecemasan kita
akan status, merusak kesehatan mental dan mengaburkan kepribadian kita - di
manapun kedudukan sosial kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar