KITA DAN FUNDAMENTALIS AMERIKA
Oleh: Jum’an
Barna Group, sebuah perusahaan survey Kristen Injili di
California dan American Bible Study (ABS)
melakukan penelitian
terhadap 100 kota di AS, dan memperingkatnya menurut “Bible-mindedness”
mereka, yaitu seberapa sering responden membaca Bible dan seberapa akurat kitab
suci itu menurut pikiran mereka. Data-data didasarkan pada wawancara telepon
dan online dengan 46.000 lebih sampel acak orang dewasa, selama 7 tahun sampai
dengan Agustus 2013. ABS mencantumkan 10 kota paling Bible-minded diantaranya Chattanooga
di Tennesee dan Jackson di Mississippi. Sedangkan 10 kota paling tidak Bible-minded
diantaranya Providence (Rhode Island) dan Portland (Maine). Hasil penelitian
ini banyak mendapat komentar dan tanggapan. Salah satu diantaranya dari James
Peron, presiden Moorfield Storey Institute, sebuah think-tank independen yang
berjudul “Bible-mindedness,
Morality and Crime” . Ia menghubungkan hasil survey Barna Group dan ABS
dengan tingkat kejahatan dari ke 20 kota tersebut untuk melihat aspek praktisnya
dalam kehidupan. Menurut Peron, penelitian Barna Group dan ABS dapat dikatakan memberikan
gambaran kota-kota yang paling banyak, dan paling sedikit penganut Kristen
fundamentalisnya.
Dalam hubungannya dengan data-data pembunuhan,
pemerkosaan dan perampokan dari 10 kota paling bible-minded dengan 10 kota yang
paling tidak Bible-minded, Peron menemukan: Untuk setiap 100.000 penduduk kota
Bible-minded tercantum rata-rata 1,2 pembunuhan. Di kota yang paling tidak
Bible-minded hanya 0,7 pembunuhan per 100.000 orang. Dengan kata lain, anda
hampir dua kali lebih mungkin terbunuh di kota yang paling Bible-minded
daripada dikota yang paling tidak Bible-minded. Tingkat pemerkosaan per 100.000
orang adalah 5,4 di 10 kota paling fundamentalis dan 3,9 di 10 kota paling
sekuler (tidak Bible–minded). Di 10 kota paling fundamentalis tercatat 127,7
pencurian per 100.000 orang, sementara untuk 10 kota sekuler rata-rata adalah
109. Degan kata lain lebih aman untuk tinggal dikota-kota sekuler, termasuk
bebas dari gangguan para pendakwah yang menyebalkan yang selalu mengetuk pintu
untuk menyelamatkan jiwa anda.
Penelitian Barna Group tentang pandangan kaum
fundamentalis terhadap diri-sendiri, pandangan sekulkaris terhadap mereka serta
bagaimana kenyataan kehidupan mereka, menunjukkan bahwa makin banyak orang memandang
negatif terhadap para fundamentalis, dan orang luar mengatakan mereka sebagai
terlalu suka menghakimi, dan kebanyakan munafik. Parahnya lagi, kaum muda
mereka yang secara teratur pergi kegereja, sering mempuyai persepsi negatif
yang sama seperti orang luar.
Jika kota-kota yang Bible-minded lebih rawan kejahatan,
artinya membaca dan percaya pada Bible tidak memiliki pengaruh positif pada
bagaimana orang berperilaku, dan mungkin justru memiliki pengaruh negatif. Jika
persentase orang yang percaya pada Bible lebih tinggi, dan jika kepercayaan
pada Bible berarti meningkatkan moralitas, maka tingkat kejahatan umum harusnya
lebih rendah, bukan lebih tinggi. Itulah sebabnya orang luar memandang kaum
fundamentalis kebanyakan munafik.
Dalam buku terbitan Barna Group “Un-Christian” diakui
bahwa orang Kristen tidak lebih bermoral dalam bagaimana mereka hidup daripada
yang lain. Sebagian besar gaya hidup orang Kristen fundamentalis sama dengan yang
sekuler. Mereka sama-sama mungkin bertaruh atau berjudi, mengunjungi situs
porno, mengambil sesuatu yang bukan milik mereka, mempercayai peramal dan
cenayang, berkelahi atau memaki, minum dan mabuk, menggunakan obat terlarang,
berbohong, merebut hak dan memfitnah orang lain. Tetapi meskipun mereka tidak
lebih bermoral dari orang lain, mereka percaya bahwa orang lain tidak mau mengikuti
aliran mereka karena “tidak sanggup mengikuti standar yang ketat untuk
mengikuti Kristus." Ini membuat mereka merasa seolah-olah “lebih baik dari
pada orang lain" meskipun kenyataannya tindakan mereka tidak berbeda dari
orang yang tak beriman. Dalam penilaian Peron, mereka adalah orang-orang yang
membutuhkan rasa lebih super dari orang lain dan menggunakan "iman"
mereka sebagai alasan. Tidak berarti mereka lebih bermoral dalam arti apapun,
hanya merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Meskipun kita tidak dapat menyamakan umat Islam di
Indonesia dengan umat Kristen di Amerika, keduanya sama-sama terlibat masalah
fundamentalisme. Bahkan penganut semua agama. Kita juga menengarai adanya kelompok-kelompok
orang-orang yang tersirat merasa lebih baik dari orang lain karena yakin bahwa Allah
berpihak kepada mereka. Sikap memonopoli Allah, tanpa disadari dapat melambungkan
rasa takabur dan sekaligus mengecilkan arti kebesaran Allah. Ini
adalah jebakan setan yang berbahaya. Ini adalah kesempitan hati yang menyamar
sebagai ketaatan beragama.
Tapi ada pula segi positip aliran fundamentalis, seperti
saya tulis dalam Teka-teki Pewaris Dunia,
umumnya kaum fundamentalis hidup tidak konsumtif, mereka senang berkorban,
tidak mementingkan hidup “kini dan disini”. Mereka bekerja keras untuk
membangun dunia tersendiri yang berbeda dari mainstream dengan membangun
sekolah-sekolah dan pusat-pusat kegiatan sendiri. Mereka mempunyai rasa
kebersamaan yang kuat, dan bekerjasama demi kebaikan bersama kelompok mereka.
Rasa keagamaannya kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan ideologi orang
lain.
thanks for sharing, pak
BalasHapus