01/02/14

KITA DAN FUNDAMENTALIS AMERIKA


KITA DAN FUNDAMENTALIS AMERIKA
Oleh: Jum’an

Barna Group, sebuah perusahaan survey Kristen Injili di California dan American Bible Study (ABS) melakukan penelitian terhadap 100 kota di AS, dan memperingkatnya menurut “Bible-mindedness” mereka, yaitu seberapa sering responden membaca Bible dan seberapa akurat kitab suci itu menurut pikiran mereka. Data-data didasarkan pada wawancara telepon dan online dengan 46.000 lebih sampel acak orang dewasa, selama 7 tahun sampai dengan Agustus 2013. ABS mencantumkan 10 kota paling Bible-minded diantaranya Chattanooga di Tennesee dan Jackson di Mississippi. Sedangkan 10 kota paling tidak Bible-minded diantaranya Providence (Rhode Island) dan Portland (Maine). Hasil penelitian ini banyak mendapat komentar dan tanggapan. Salah satu diantaranya dari James Peron, presiden Moorfield Storey Institute, sebuah think-tank independen yang berjudul “Bible-mindedness, Morality and Crime” . Ia menghubungkan hasil survey Barna Group dan ABS dengan tingkat kejahatan dari ke 20 kota tersebut untuk melihat aspek praktisnya dalam kehidupan. Menurut Peron, penelitian Barna Group dan ABS dapat dikatakan memberikan gambaran kota-kota yang paling banyak, dan paling sedikit penganut Kristen fundamentalisnya.

Dalam hubungannya dengan data-data pembunuhan, pemerkosaan dan perampokan dari 10 kota paling bible-minded dengan 10 kota yang paling tidak Bible-minded, Peron menemukan: Untuk setiap 100.000 penduduk kota Bible-minded tercantum rata-rata 1,2 pembunuhan. Di kota yang paling tidak Bible-minded hanya 0,7 pembunuhan per 100.000 orang. Dengan kata lain, anda hampir dua kali lebih mungkin terbunuh di kota yang paling Bible-minded daripada dikota yang paling tidak Bible-minded. Tingkat pemerkosaan per 100.000 orang adalah 5,4 di 10 kota paling fundamentalis dan 3,9 di 10 kota paling sekuler (tidak Bible–minded). Di 10 kota paling fundamentalis tercatat 127,7 pencurian per 100.000 orang, sementara untuk 10 kota sekuler rata-rata adalah 109. Degan kata lain lebih aman untuk tinggal dikota-kota sekuler, termasuk bebas dari gangguan para pendakwah yang menyebalkan yang selalu mengetuk pintu untuk menyelamatkan jiwa anda.

Penelitian Barna Group tentang pandangan kaum fundamentalis terhadap diri-sendiri, pandangan sekulkaris terhadap mereka serta bagaimana kenyataan kehidupan mereka, menunjukkan bahwa makin banyak orang memandang negatif terhadap para fundamentalis, dan orang luar mengatakan mereka sebagai terlalu suka menghakimi, dan kebanyakan munafik. Parahnya lagi, kaum muda mereka yang secara teratur pergi kegereja, sering mempuyai persepsi negatif yang sama seperti orang luar.

Jika kota-kota yang Bible-minded lebih rawan kejahatan, artinya membaca dan percaya pada Bible tidak memiliki pengaruh positif pada bagaimana orang berperilaku, dan mungkin justru memiliki pengaruh negatif. Jika persentase orang yang percaya pada Bible lebih tinggi, dan jika kepercayaan pada Bible berarti meningkatkan moralitas, maka tingkat kejahatan umum harusnya lebih rendah, bukan lebih tinggi. Itulah sebabnya orang luar memandang kaum fundamentalis kebanyakan munafik.

Dalam buku terbitan Barna Group “Un-Christian” diakui bahwa orang Kristen tidak lebih bermoral dalam bagaimana mereka hidup daripada yang lain. Sebagian besar gaya hidup orang Kristen fundamentalis sama dengan yang sekuler. Mereka sama-sama mungkin bertaruh atau berjudi, mengunjungi situs porno, mengambil sesuatu yang bukan milik mereka, mempercayai peramal dan cenayang, berkelahi atau memaki, minum dan mabuk, menggunakan obat terlarang, berbohong, merebut hak dan memfitnah orang lain. Tetapi meskipun mereka tidak lebih bermoral dari orang lain, mereka percaya bahwa orang lain tidak mau mengikuti aliran mereka karena “tidak sanggup mengikuti standar yang ketat untuk mengikuti Kristus." Ini membuat mereka merasa seolah-olah “lebih baik dari pada orang lain" meskipun kenyataannya tindakan mereka tidak berbeda dari orang yang tak beriman. Dalam penilaian Peron, mereka adalah orang-orang yang membutuhkan rasa lebih super dari orang lain dan menggunakan "iman" mereka sebagai alasan. Tidak berarti mereka lebih bermoral dalam arti apapun, hanya merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Meskipun kita tidak dapat menyamakan umat Islam di Indonesia dengan umat Kristen di Amerika, keduanya sama-sama terlibat masalah fundamentalisme. Bahkan penganut semua agama. Kita juga menengarai adanya kelompok-kelompok orang-orang yang tersirat merasa lebih baik dari orang lain karena yakin bahwa Allah berpihak kepada mereka. Sikap memonopoli Allah, tanpa disadari dapat melambungkan rasa takabur dan sekaligus mengecilkan arti kebesaran Allah. Ini adalah jebakan setan yang berbahaya. Ini adalah kesempitan hati yang menyamar sebagai ketaatan beragama.


Tapi ada pula segi positip aliran fundamentalis, seperti saya tulis dalam Teka-teki Pewaris Dunia, umumnya kaum fundamentalis hidup tidak konsumtif, mereka senang berkorban, tidak mementingkan hidup “kini dan disini”. Mereka bekerja keras untuk membangun dunia tersendiri yang berbeda dari mainstream dengan membangun sekolah-sekolah dan pusat-pusat kegiatan sendiri. Mereka mempunyai rasa kebersamaan yang kuat, dan bekerjasama demi kebaikan bersama kelompok mereka. Rasa keagamaannya kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan ideologi orang lain.

1 komentar: