19/12/13

BERAPA SETIA ANDA PADA NEGARA?



SEBERAPA SETIA ANDA PADA NEGARA?
Oleh: Jum’an

Filosof Yunani Socrates (469 SM - 399 SM) suka mempertanyakan hal-hal yang aneh dan menjengkelkan yang mengganggu pandangan yang sudah mapan, terus menerus menantang para penguasa. Orang yang wajahnya tidak tampan, bertubuh gempal dan tidak pernah memakai alas kaki ini, berkeliling kemana-mana menanyai para pemuda serta masyarakat  tentang keadilan dan kebijaksanaan. Perilakunya itu membangkitkan kebencian para penguasa kepadanya yang menyebutnya sebagai lalat yang usil.  Kebencian akhirnya memuncak dan Socrates ditangkap dan diadili didepan 500 orang juri kota Athena. Ia diadili dengan tiga tuduhan yaitu meracuni pikiran generasi muda, tidak mempercayai para dewa dan memperkenalkan agama baru. Juri menjatuhkan hukuman mati dengan meminum racun setelah dilakukan voting yang hasilnya 280 setuju dan 220 menolak. Sementara menunggu eksekusi, diruang tahanan ia bertemu dengan sahabatnya Crito yang menawarkan bantuan untuk melarikan diri dari tahanan karena keputusan hukuman mati itu dianggapnya sangat tidak adil dan sarat dengan kepentingan politik. Socrates menolak dengan alasan bahwa merespon ketidak-adilan dengan ketidak-adilan adalah salah. Inilah argumentasi Crito: Jika eksekusi sampai terlaksana , orang akan mengatakan bahwa Crito dan teman-temannya tidak mampu menolong Socrates yang sebenarnya mempunyai banyak pendukung. Dari segi moral tidak adil kalau Socrates mengikuti kehendak musuh-musuhnya karena itu merupakan pilihan termudah, bukan pilihan yang berani, terhormat dan luhur. Ini adalah jalan kematian yang tidak adil. Socrates adalah pengecut jika tidak melawan. Sebagai seorang ayah Socrates juga wajib memelihara dan mendidik tiga orang anaknya serta mencegah agar mereka tidak menjadi anak yatim. Jika itu terjadi berarti Sicrates mengkhianati anak-anaknya. Pokoknya kegagalan untuk melarikan diri dari tahanan akan sangat konyol kerena teman-teman Socrates tidak becus menangai masalah, pengecut dan memalukan.

Socrates menjawab bahwa ia harus mengikuti bimbingan akal dengan argumentasi yang direnungkan dengan matang. Ia berpendapat, jika melakukan ketidak-adilan adalah tidak baik, maka tidak baik juga melakukan ketidak-adilan dalam menanggapi ketidak-adilan. Crito setuju; tapi itu belum menjawab apakah adil atau tidak bagi Socrates untuk melarikan diri dari tahanan. Lalu Socrates mempertanyakan apa kata hukum negara seandainya ia berhasil melarikan diri. Menurut Socrates hukum akan mengatakan bahwa pelarian dirinya adalah merusak dan tidak adil. Selanjutnya hukum negara akan mengatakan bahwa hubungan antara warga dengan negara adalah seperti anak dengan orang tuanya, seperti budak dengan tuannya. Hukum akan mengatakan bahwa negara telah memberikan kepada Socrates kelahiran, pengasuhan pendidikan dan keikut-sertaan dalam semua manfaat dan kebaikan yang disediakan bagi semua warga. Hukum akan menanyakan bukankah Socrates telah sepakat menjadi seorang warga negara berdasarkan persyaratan yang ditetapkan. Socrates tidak menyatakan bahwa ia puas dengan jawaban hukum ini, malah justru bertanya kepada Crito apakah mereka tidak harus menerimanya saja. Crito mengatakan mereka harus menerimanya saja …… dan begitulah Socrates di eksekusi dengan meminum racun pada usia 70 th.

Orang Amerika dapat meninggalkan kewarganegaraan mereka secara sukarela; yang dikenal dengan tindakan ekspatriasi. Dari 2011 sampai kwartal ketiga 2013 tercatat 2400 orang melepaskan kewarga-negaraan mereka dan terus meningkat dari tahun ketahun. Kebanyakan mereka adalah orang kaya dengan alasan menghindari pajak yang terlalu berat. Seseorang tentunya berhak untuk bertindak sesuai denan cara yang menguntungkan dirinya. Orang kaya yang melepaskan kewarga-negaraannya demi pajak berpendapat mereka berhak melakukannya demi keuntungan mereka dan itu adalah kalkulasi yang rasional. Penghematan pajak sangat berarti bagi orang kaya, terutama jika mereka tidak terlalu membutuhkan kelebihan sebagai warga negara Amerika, atau mereka bisa mendapat keuntungan yang sebanding dg menjadi warga negara lain yg pajaknya tidak terlalu memberatkan. Sebenarnya orang kaya tidak terlalu menderita oleh pajak yg tinggi. Umumnya mereka mahir merekayasa peraturan pajak yg rumit untuk mengelak. Lagipula melepaskan kewarga-negaraan Amerika bukan hal yang ringan. Mereka tidak hanya kehilangan perlindungan dari pemerintah AS, tapi juga keuntungan finansial tidak segera dirasakan. Bahkan, mantan warga negara AS diharuskan untuk mengajukan pengembalian pajak selama beberapa tahun setelah melepaskan kewarga-negaraan. Mungkin mereka berpikir, meskipun begitu masih lebih menguntungkan dibanding menjadi warga Negara Amerika. Buktinya sudah sejak lama orang-orang kaya disana melepaskan kewarganegaraan mereka.


Tetapi rasanya melepaskan kewarga-negaraan, lebih-lebih demi uang (siapapun termasuk kita) secara moral mencurigakan. Dimana  patriotisme dan nasionalisme mereka? Dimana rasa persatuan dan kesetiaan mereka kepada negara? Belum lagi tuduhan sebagai orang yang egois. Apakah anda lebih menyukai sikap Socrates yang menganggap hubungan antara warga dengan negaranya seperti anak dengan orang tuanya atau bahkan budak dengan tuannya sehingga melepaskan kewarga-negaraan berarti mengkhianati orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan anda? Atau seperti orang kaya Amerika yang menganggap hubungan antara warga dengan negaranya adalah hubungan bisnis belaka, bahwa warga negara pada dasarnya adalah pelanggan? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar