APA SALAHNYA MEMBELI GINJAL?
Oleh: Jum’an
Para penyandang organ cangkokan biasanya membawa serta
kenangan tragis mula kejadiannya sampai seumur hidup. Puji syukur ginjal
cangkokan saya telah berumur 15 tahunn dan terasa sehat-sehat saja. Seseorang
pernah secara tak langsung berpesan agar saya selalu ingat bahwa ginjal baru ini
adalah milik orang lain dan saya tidak berhak untuk memiliki dan
memanfaatkannya. Pesan yang bernada permusuhan dan menyakitkan hati tetapi menggambarkan
pendapat sebagian orang yang meyakini bahwa mencangkok ginjal adalah tabu. Ada
pula rekan yang mengisahkan tentang anak perempuannya yang ingin menjadi donor
untuk ibunya yang difonis gagal ginjal dan perlu transplantasi. Tapi kata sang
ayah: Jangan! Yang sehat biar tetap sehat sedangkan ibunya dapat dicarikan
ginjal dari donor komersil. Masuk akal menurut saya. Anehnya cangkok ginjal juga
telah menularkan tingkah laku yang kurang etis dalam keseharian saya sampai
sekarang. Yaitu timbul perasaan gembira setiap kali mendengar suara kucuran air
kencing sendiri waktu pipis di kloset. Saya selalu mendengarkannya sampai
tuntas, tidak pernah saya hentikan ditengah dengan mengarahkan titik jatuhnya
ke tepi kloset supaya suaranya terhenti. Rasanya seperti mendengar lagu mars
untuk menyambut kemenangan melawan gagal ginjal dari tak bisa kencing total
(kecuali dengan mencuci darah dengan mesin selama berjam-jam dan biaya jutaan)
berganti ginjal baru dengan saringan yang lebih bersih dan lancar alirannya.
Hati saya selalu tergeliat ceria mendengar bunyi pancuran yang pernah
menghilang selama setahun ketika terpaksa menjalani cuci darah sebelum
memutuskan untuk cangkok.
Banyak orang bertanya apa hukumnya cangkok ginjal
menurut Islam. Hukum berzina, mencuri, membunuh mudah ditemukan karena sejak dulu
orang sudah melakukannya; pasti tercantum dalam Qur’an. Tetapi cangkok ginjal,
yang baru ada di abad 20 tidak demikian. Dari ulasan-ulasan yang pernah saya
baca, semua disimpulkan dari ayat-ayat yang bersifat umum seperti hal
membahayakan diri sendiri, menolong atau meyakiti orang lain. Sepembacaan saya
para ulama cenderung membolehkan cangkok ginjal dengan syarat-syarat tertentu.
Tetapi ketika sampai pada komersialisasi ginjal, pasien-turis dari negara kaya
yang melakukan perjalanan untuk membeli ginjal orang miskin, semua umat
beragama dan dunia kedokteran dengan aklamasi dan emosional menolak keras. Orang
menganggap bahwa cangkok ginjal dan organ lain adalah mukjizat medis abad ke-20
yang telah menyelamatkan kehidupan jutaan pasien di seluruh dunia, sehingga
orang jijik dan benci ketika mukjizat itu dinodai dengan jual beli illegal.
Namun para dokter, ahli filsafat dan bio-etika terus bertanya-tanya mengapa
reaksi orang begitu emosional ketika
menyikapi cangkok ginjal dengan membayar? Apakah anggapan bahwa orang
miskin akan menjadi korban? Atau mereka terlanjur yakin bahwa organ tubuh tidak
boleh diperjual belikan? Atau karena menodai solidaritas kemanusiaan yang
timbul dari menyumbangkan ginjal yang menyelamatkan kehidupan orang lain? Keberatan moral untuk membayar donor ginjal
itu nampaknya tidak terbukti, seperti dterlihat dari hasil
penelitian Univ. Pennsylvania dan Virginia Medical Center. Penelitian
ini menunjukkan bahwa insentif uang meningkatkan persediaan organ untuk
transplantasi tanpa mengeksploitasi masyarakat berpenghasilan rendah. Pengaruh
uang bagi masyarakat miskin sama dengan bagi orang kaya. Efek tawaran uang $10
ribu kepada orang yang berpenghasilan $100 ribu tampak tidak berbeda jika
ditawarkan kepada mereka yang berpenghasilan kurang dari $20 ribur. Ahli-ahli etika khawatir bahwa pembayaran akan
menyebabkan donor lalai akan risiko kesehatan menyerahkan organ, tapi studi ini
menunjukkan bahwa tidak demikian. Adapun solidaritas kemanusiaan dalam donasi
ginjal tidak lagi merupakan isu karena kebutuhan dan persediaan ginjal makin
tidak seimbang sampai ketahap berebut. Di Amerika saja pada akhir 2010 hampir 100 ribu
orang menunggu transplantasi ginjal dan terus bertambah sementara
sekitar 4000 orang meninggal setiap tahun karena menunggu alokasi ginjal. Mengapa
hasil penelitian diatas membantah
keberatan moral sebagai alasan penolakan jual beli ginjal? Janet Radcliffe
pakar Etika Praktis dari Univ. Oxford menduga mungkin reaksi awal
terhadap perdagangan organ disebabkan oleh sesuatu yang lain dari etika,
misalnya dari kebingungan batin kita.
Bagaimana reaksi anda tentang penawaran ini: “Jika saya
beri anda uang 150 juta, maukah anda memberikan satu ginjal anda kepada saya?
Satu buah saja. Anda kan punya dua buah padahal sebenarnya anda hanya perlu
satu saja untuk tetap hidup sehat. Saya akan menangung semua biaya operasi
serta pemulihan selama di Rumah Sakit. Anda hanya diminta membiarkan dokter
mengoperasi untuk mengambil satu ginjal dari perut anda. Anda akan
menyelamatkan sebuah kehidupan. Anda memberikan sebuah mukjizat. Dan anda
mempunyai uang tambahan 150 juta; bisa untuk apa saja.” Sekilas mirip win-win
solution bukan? Tetapi bagaimana membandingkan manfaat uang 150 juta dengan
ketakutan ketika anda dibaringkan diatas meja operasi dengan segala risikonya? Bagaimanapun
jual beli ginjal (kompensasi donor) sudah ada pasarnya. Sebuah tim peleliti
dari Kanada menyebutkan pada 2013 harga optimal sebuah ginjal di
pasar Amerika adalah 10 ribu dolar. Tetapi Arthur Chaplan, pakar
bioetika dari Univ. New York menulis bahwa meskipun 40% orang Amerika yang
disurvei bersedia menyumbangkan ginjal
asalkan harganya pas, tidak ada jaminan bahwa persediaan ginjal akan meningkat………..
" Di London pada 1989, empat orang Turki membayar Dokter Raymond Crockett
masing-masing 6000 dolar untuk memperoleh ginjal untuk keluarga mereka, yang
kemudian menggegerkan dunia kedokteran saat itu sehingga Inggris menerbitkan
Human Organ Transplants Act yang mengenakan
sangsi berat pada dokter yang berpartisipasi dalam transplantasi komersial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar