12/11/15

MENUA DENGAN LAPANG DADA


SAMBUT HARI TUA DENGAN LAPANG DADA
Oleh: Jum’an Basalim

Proses penuaan adalah fenomena alamiah dan universal, semua orang akan menua dengan sendirinya. Suatu saat dalam hidup kita terpaksa membiarkan sesuatu terlepas, menangisi yang hilang dan menggeliat bangkit untuk meneruskan pejalanan. Orang tua memang menurun fisik dan memorinya. Di Amerika dimana sikap generasi muda terhadap orang tua tidak terlalu ramah, ada sebutan ”Dirty Old Man” dengan konotasi bahwa orang tua itu lusuh dan tidak berguna. Tidak ada lagi kontribusinya untuk masyarakat karena lemah dan rentan. Di China orang tua lebih dihormati. Pemerintah di sana memberikan lima jaminan bagi orang tua: cukup makan, cukup pakaian, papan, pengobatan dan biaya penguburan. Lepas dari sampai dimana bukti pelaksanaannya, ini menunjukkan bahwa masyarakat China memberikan tempat terhormat bagi orang tua mereka. Di Indonesia orang tua juga mempunyai kedudukan yang mulia. Pepunden tempat kita sungkem di hari Lebaran, memohon restu dan nasihat.

Hari tua itu lebih baik disambut dengan ramah, jangan sekali-sekali dilawan. Kalau bisa, menualah dengan ikhlas. Takut seksualitas menurun, rambut memutih dan kulit keriput? Ketakutan itu timbul hanya karena kita membayangkannya dengan otak muda. Pada saat mengalaminya kelak, kita akan memahaminya sebagai kewajaran belaka. Asalkan kita menjaga keseimbangan jasmani dan rohani. Usia tua berarti menghampiri maut. Maka banyak orang menghadapinya dengan rasa cemas yang mendalam dan berkepanjangan. Orang yang beriman dan percaya kepada kehidupan akhirat dan meyakininya dengan sungguh-sungguh, menanggapinya dengan sikap yang lebih ringan bahkan disertai harapan akan kehidupan yang baik di sana nanti. Kebersamaan spiritual dengan orang-orang yang se-iman juga memberikan rasa senasib dan sepenanggungan yang menghilangkan kecemasan. Hidup bukanlah sebuah jalan yang terus menurun dari dataran tinggi yang terang benderang menuju lembah kematian yang gelap gulita. Meskipun kebanyakan orang muda beranggapan bahwa orang tua itu mudah tersinggung dan pemarah, penelitian menunjukkan orang menjadi lebih bahagia ketika sudah tua. Penelitian membuktikan bahwa grafik tingkat kebahagiaan manusia berbentuk huruf U dengan titik yang terendah pada usia sekitar 45 tahun, kemudian naik lagi. Meskipun kualitas fisik manusia menurun setelah usia pertengahan, kepuasan mental justru meningkat. Kebanyakan orang hidup ceria sampai usia 20 tahun. Lalu menurun sampai usia pertengahan yang dikenal sebagai krisis paruh baya yaitu pada umur 45 – 50 tahun. Yang mengejutkan adalah yang terjadi sesudah itu. Meskipun karena menua orang kehilangan miliknya yang berharga seperti vitalitas, ketajaman mental dan penglihatan, mereka ternyata memperoleh apa yang dicari orang dalam hidup selama ini yaitu kebahagiaan. Ini dapat disebabkan oleh kemampuan mereka mengatasi sesuatu dengan lebih baik, dapat juga oleh menurunnya harapan dari kehidupan, dimana orang tua tidak lagi bersedia memaksa diri dalam bidang pribadi maupun pekerjaan. Banyak penjelasan mengapa grafik kebahagiaan berbentuk huruf U tetapi penyebab yang dominan adalah menurunnya ambisi dan penerimaan kenyataan apa adanya. Penelitian yang lain menemukan bahwa otak orang tua lebih suka untuk memproses informasi positif dibanding otak orang muda. Orang tua memandang dunia melalui kacamata berwarna sejuk, lebih mengingat yang baik daripada yang buruk.

Sementara orang muda cenderung menikmati pengalaman yang menggairahkan seperti seperti berkelana, jatuh cinta atau mencari sensasi, orang tua lebih menyukai pengalaman biasa dan kesenangan sehari-hari, dan memperoleh jati-diri dari jenis pengalaman ini. Semakin tua, orang semakin menghargai hal-hal kecil. Orang tua, karena menyadari lebih dekat dengan kematian, mereka lebih hidup untuk saat ini, fokus pada hal-hal penting sekarang dan kurang pada tujuan jangka panjang. Orang muda menyangka, alangkah menakutkannya mendekati kematian. Tetapi orang tua tahu apa yang lebih penting dengan niat memanfaatkan sisa usia sebaik-baiknya. Kebanyakan orang tua memutuskan untuk menerima kekuatan dan kelemahan mereka, apa adanya dan melepaskan harapan untuk menjadi orang yang terkenal atau berkedudukan. Alangkah leganya merasakan sensasi ketika kita menyerah berjuang untuk tetap tampak muda. Tak usah mengecat rambut dan diet yang menyiksa. Menerima ketuaan adalah sumber kelegaan yang membahagiakan. Orang yang lega dan bahagia lebih cepat sembuh dari penyakit dibanding mereka yang cemas dan ambisius. Jadi meskipun orang tua cenderung kurang sehat daripada yang lebih muda, kebahagiaan mereka membantu melawan kerapuhan.

Ada bonus istimewa bagi kita di hari tua yaitu cucu. Cucu adalah sumber kebahagiaan, kemesraan dan kegembiraan. Megasuh dan mendidik adalah kewajiban orang tuanya. Cucu adalah sepenuhnya balas-jasa dari anak tanpa mengurangi hak mereka sebagai ayah-ibu. Berkah dari Sang Pengasih; sumber keceriaan yang instan, penenteram resah dan gelisah, obat rindu dan hiburan diusia senja. Cucu adalah kompensasi dari Tuhan untuk kita yang menua. Bagi sang cucu, kakek dan nenek itu orang tua ya, guru ya dan teman main juga ya. Kakek dan nenek yang berambut perak dan berhati emas; murah dengan pelukan dan ciuman, dongeng dan oleh-oleh. Tempat terbaik bagi cucu yang bersedih adalah dipangkuan kakek. Menjadi kakek cukup membebaskan seseorang dari dari tanggung jawab sehingga ia boleh berteman saja dengan cucunya. Jangan sedih jangan berduka. Pada usia 80 tahun nanti semoga kita lebih bahagia daripada waktu kita berumur 20 tahun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar