SAMBUT HARI TUA DENGAN LAPANG DADA
Oleh: Jum’an Basalim
Proses penuaan adalah fenomena
alamiah dan universal, semua orang akan menua dengan sendirinya.
Suatu saat dalam hidup kita terpaksa membiarkan sesuatu terlepas, menangisi
yang hilang dan menggeliat bangkit untuk meneruskan pejalanan. Orang tua memang
menurun fisik dan memorinya. Di Amerika dimana sikap generasi muda terhadap
orang tua tidak terlalu ramah, ada sebutan ”Dirty Old Man” dengan konotasi bahwa orang tua itu lusuh dan tidak
berguna. Tidak ada lagi kontribusinya untuk masyarakat
karena lemah dan rentan. Di China orang tua lebih dihormati. Pemerintah di sana
memberikan lima jaminan bagi orang tua: cukup makan, cukup pakaian, papan,
pengobatan dan biaya penguburan. Lepas dari sampai dimana bukti pelaksanaannya,
ini menunjukkan bahwa masyarakat China memberikan tempat terhormat bagi orang
tua mereka. Di Indonesia orang
tua juga mempunyai kedudukan yang mulia. Pepunden tempat kita sungkem di hari Lebaran,
memohon restu dan nasihat.
Hari tua itu lebih baik disambut dengan ramah, jangan
sekali-sekali dilawan. Kalau bisa,
menualah dengan ikhlas. Takut
seksualitas menurun, rambut memutih dan kulit keriput? Ketakutan itu timbul hanya karena kita membayangkannya
dengan otak muda. Pada saat mengalaminya kelak, kita akan memahaminya sebagai
kewajaran belaka. Asalkan kita menjaga keseimbangan jasmani dan rohani. Usia
tua berarti
menghampiri maut. Maka banyak orang menghadapinya dengan rasa cemas yang
mendalam dan berkepanjangan. Orang yang beriman dan percaya kepada kehidupan
akhirat dan meyakininya dengan sungguh-sungguh, menanggapinya dengan sikap yang
lebih ringan bahkan disertai harapan akan kehidupan yang baik di sana nanti.
Kebersamaan spiritual dengan orang-orang yang se-iman juga memberikan rasa senasib
dan sepenanggungan yang menghilangkan kecemasan. Hidup bukanlah sebuah jalan
yang terus menurun dari dataran tinggi yang terang benderang menuju lembah
kematian yang gelap gulita. Meskipun kebanyakan orang muda beranggapan bahwa
orang tua itu mudah tersinggung dan pemarah, penelitian menunjukkan orang
menjadi lebih bahagia ketika sudah tua. Penelitian membuktikan bahwa grafik tingkat
kebahagiaan manusia berbentuk huruf U dengan titik yang terendah pada usia
sekitar 45 tahun, kemudian naik lagi. Meskipun kualitas fisik manusia menurun
setelah usia pertengahan, kepuasan mental justru meningkat. Kebanyakan orang
hidup ceria sampai usia 20 tahun. Lalu menurun sampai usia pertengahan yang
dikenal sebagai krisis paruh baya yaitu pada umur 45 – 50 tahun. Yang
mengejutkan adalah yang terjadi sesudah itu. Meskipun karena menua orang
kehilangan miliknya yang berharga seperti vitalitas, ketajaman mental dan
penglihatan, mereka ternyata memperoleh apa yang dicari orang dalam hidup
selama ini yaitu kebahagiaan. Ini dapat disebabkan oleh kemampuan mereka
mengatasi sesuatu dengan lebih baik, dapat juga oleh menurunnya harapan dari
kehidupan, dimana orang tua tidak lagi bersedia memaksa diri dalam bidang
pribadi maupun pekerjaan. Banyak penjelasan mengapa grafik kebahagiaan
berbentuk huruf U tetapi penyebab yang dominan adalah menurunnya ambisi dan
penerimaan kenyataan apa adanya. Penelitian yang lain
menemukan bahwa otak orang tua lebih suka untuk memproses informasi positif
dibanding otak orang muda. Orang tua memandang dunia melalui kacamata berwarna sejuk,
lebih mengingat yang baik daripada yang buruk.
Sementara
orang muda cenderung menikmati pengalaman yang menggairahkan seperti seperti
berkelana, jatuh cinta atau mencari sensasi, orang tua lebih menyukai
pengalaman biasa dan kesenangan sehari-hari, dan memperoleh jati-diri dari
jenis pengalaman ini. Semakin tua, orang semakin menghargai hal-hal kecil. Orang
tua, karena menyadari lebih dekat dengan kematian, mereka lebih hidup untuk
saat ini, fokus pada hal-hal penting sekarang dan kurang pada tujuan jangka
panjang. Orang muda menyangka, alangkah menakutkannya mendekati kematian.
Tetapi orang tua tahu apa yang lebih penting dengan niat memanfaatkan sisa usia
sebaik-baiknya. Kebanyakan orang tua memutuskan untuk menerima kekuatan dan
kelemahan mereka, apa adanya dan melepaskan harapan untuk menjadi orang yang
terkenal atau berkedudukan. Alangkah leganya merasakan sensasi ketika kita
menyerah berjuang untuk tetap tampak muda. Tak usah mengecat rambut dan diet
yang menyiksa. Menerima ketuaan adalah sumber kelegaan yang membahagiakan.
Orang yang lega dan bahagia lebih cepat sembuh dari penyakit dibanding mereka
yang cemas dan ambisius. Jadi meskipun orang tua cenderung kurang sehat
daripada yang lebih muda, kebahagiaan mereka membantu melawan kerapuhan.
Ada bonus istimewa bagi kita di hari tua yaitu cucu. Cucu
adalah sumber kebahagiaan, kemesraan dan kegembiraan. Megasuh dan mendidik
adalah kewajiban orang tuanya. Cucu adalah sepenuhnya balas-jasa dari anak
tanpa mengurangi hak mereka sebagai ayah-ibu. Berkah dari Sang Pengasih; sumber
keceriaan yang instan, penenteram resah dan gelisah, obat rindu dan hiburan
diusia senja. Cucu adalah kompensasi dari Tuhan untuk kita yang menua. Bagi
sang cucu, kakek dan nenek itu orang tua ya, guru ya dan teman main juga ya.
Kakek dan nenek yang berambut perak dan berhati emas; murah dengan pelukan dan
ciuman, dongeng dan oleh-oleh. Tempat terbaik bagi cucu yang bersedih adalah
dipangkuan kakek. Menjadi kakek cukup membebaskan seseorang dari dari tanggung
jawab sehingga ia boleh berteman saja dengan cucunya. Jangan sedih jangan
berduka. Pada usia 80 tahun nanti semoga kita lebih bahagia daripada waktu kita
berumur 20 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar