NILA SETITIK DAN SUSU SE BELANGA
Oleh: Jum’an
Ibarat pintu kaca yang bening lebih mudah terbentur
daripada yang bernoda, emas murni lebih lembek dari yang 22 karat – makin
sempurna karakteristik sesuatu makin rentan ia terhadap kerusakan. Setiap
kekuatan membawa kelemahanya sendiri – bahkan orang yag terlalu jujur lebih
mudah tertipu. Begitulah dunia dan kehidupan kita. Pada tahun 2009 sebuah
pesawat jet Airbus 320 milik
US Airways dengan 150
penumpang jatuh di dekat Manhattan
karena beberapa ekor angsa tersedot dan
mematikan kedua mesin jetnya. Sebelumnya, pesawat Boeing
737 milik Ethiopian Airlines jatuh sesudah take-off karena kedua
mesinnya menghisap kawanan burung merpati. Dari 100 penumpang, 35 tewas dan 21
luka-luka.
Bagaimana mungkin pesawat besar dan canggih bisa jatuh
oleh burung yang kecil? Burung mudah terhisap masuk mesin jet dan mengenai pisau-pisau
kipas mesin. Pisau kipas bergetar dan menghantam bilah yg lain beruntun,
mengakibatkan kegagalan mesin. Bahkan burung kecil seperti jalak pun dapat
menyebabkan mesin mati. Burung
sangat berbahaya bagi pesawat terbang khususnya pada ketinggian beberapa ribu
kaki di mana mereka terbang. Jika terlalu dekat dengan lubang mesin, mereka
akan langsung tersedot masuk. Tak banyak yang bisa diperbuat untuk mencegah
pesawat terbang menabrak burung. Bahkan NASA takut pesawat ulang-aliknya
menabrak burung, bukan karena menjatuhkan pesawat tetapi melecetkan lapisan
penahan panas yang dapat memicu kerusakan dan bencana. NASA akan menghentikan
hitungan aba-aba untuk take-off bila ada burung melintas dan saat mendarat pesawat
membunyikan suara dentuman meriam untuk memastikan landasan pacu bebas dari
burung-burung. Aneh bukan?
Setelah serangan menara WTC pada 9/11/2001, dirancanglah
sistim pengamanan agar orang tidak mudah menerobos masuk kokpit, mekanisme
canggih untuk menutup pintu kokpit dari dalam sekuat dan secepat mungkin. Mungkin
disainernya baru sadar sekarang bahwa rancangan canggihnya itu telah memudahkan
Andreaz Lubitz co-pilot
Germanwings mengunci ruang kokpit dari dalam sementara kapten pilot
Sondheimer keluar ke toilet. Pintupun tertutup tanpa bisa dibuka lagi meskipun
mengunakan kampak. Lalu Andreaz yang menderita gangguan mental itu sengaja menukikkan
Airbus A320 dengan 142 penumpang itu dan menabrak pegunungan Alpen Perancis.
Konon Adreaz juga membubuhkan obat diuretik yang merangsang kebelet pipis
kedalam kopi kapten pilot. Sukses menyempurnakan
mekanisme pengamanan untuk mencegah pembajakan oleh teroris justru telah memudahkan
co-pilot untuk menyendiri dalam kokpit, yang terbukti dari peristiwa diatas,
berakibat fatal. Alangkah ironisnya!
Hal-hal yang kita anggap sepele, seperti nila setitik, suatu
saat dapat merusak susu se belanga. Pada
Januari 2011 pesawat
Boeing 77 United Airlines dengan
241 penumpang yang sedang terbang menuju Frankfurt dari Chicago terpaksa
berbelok ke Toronto di Canada karena masalah komunikasi dan navigasi.
Penyebabnya, kopi sang pilot tumpah di kokpit karena getaran turbulensi dan
memicu transponder pesawat mengirimkan sinyal bahaya. Ketika pilot berusaha
mengirimkan sinyal untuk mengingatkan pengawas lalu lintas udara bahwa mereka
kehilangan kontak radio, ia keliru mengirimkan kode bahaya
internasional untuk pembajakan. Akhirnya, segera setelah isu pembajakan
reda, United Airline terpaksa mengirim Boeing 777 lain ke Toronto untuk mengambil semua penumpang dan dibawa
kembali ke Chicago, sebelum esok harinya diterbangkan ke Frankfurt. Sedangkan
pesawat yang ketumpahan kopi, diterbangkan tanpa penumpang ke Washington untuk
perbaikan. Tumpahan kopi itu juga sekaligus mengacaukan sinyal navigasi yang
memberitahu pilot untuk mengarah ke Toronto, bukannya melintasi Atlantik
menunju Frankfurt di Jerman. Cairan tumpah di kokpit biasanya hanya menyebabkan
karatan pada lantai dan dinding samping
bukan kerusakan pada sistim radio. Ini memang jarang terjadi karena
kokpit harus lulus test sebelum pesawat disertifikasi.Tidak boleh ada cairan
akan menembus peralatan apapun. Semua dirancang dengan segel, jalur pembuangan
dan alat kusus pengatur kelembababan. Alangkah berantakannya akibat secangkir
kopi yg tumpah dikokpit Boeing 777 itu.
Belum lengkap rasanya jika saya tidak mengutip berita
terbaru tentang “yang sepele yang mebahayakan” berikut ini. Hari Jum’at 17
April lalu, pesawat Falcon
50 milik pemerintah Serbia anjlok lebih dari satu mil dari ketinggian
33.000 kaki selama 60 detik diatas laut Adriatik karena satu dari 3 mesin jet
itu tiba-tiba mati. Penyebabnya, co-pilot menumpahkan kopi pada panel instrumen
dan tidak sengaja mengaktifkan saklar darurat ketika ia berusaha untuk
membersihkannya, yang menyebabkan mesin ketiga mati sebentar. Dalam 1 menit
jatuh yang serasa kiamat itu semua penumpang, yaitu Presiden Tomislav Nicolic
dan dan 10 orang rombongannya, terlempar-lempar mengerikan, sampai pilot dapat
menstabilkan pesawatnya. Tidak ada yang tewas. Itu saja untungnya. Mereka mau bertemu
Paus di Roma tapi terpaksa kembali ke Belgrado. Pemerintah memutuskan untuk
tidak menggunakan lagi pesawat buatan Perancis tahun 1981 itu untuk perjalanan
rombongan presiden. Co-pilot diskors karena membahayakan keselamatan penerbangan
dan Presiden akan naik penerbangan komersial saja lain kali.
Demikianlah, perbaikan selamanya dimungkinkan tetapi
kesempurnaan selamanya tidak akan pernah tercapai…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar