27/04/15

NILA SETITIK DAN SUSU SEBELANGA


NILA SETITIK DAN SUSU SE BELANGA
Oleh: Jum’an

Ibarat pintu kaca yang bening lebih mudah terbentur daripada yang bernoda, emas murni lebih lembek dari yang 22 karat – makin sempurna karakteristik sesuatu makin rentan ia terhadap kerusakan. Setiap kekuatan membawa kelemahanya sendiri – bahkan orang yag terlalu jujur lebih mudah tertipu. Begitulah dunia dan kehidupan kita. Pada tahun 2009 sebuah pesawat jet Airbus 320 milik US Airways  dengan 150 penumpang  jatuh di dekat Manhattan karena beberapa  ekor angsa tersedot dan mematikan kedua mesin jetnya. Sebelumnya, pesawat Boeing 737 milik Ethiopian Airlines jatuh sesudah take-off karena kedua mesinnya menghisap kawanan burung merpati. Dari 100 penumpang, 35 tewas dan 21 luka-luka.

Bagaimana mungkin pesawat besar dan canggih bisa jatuh oleh burung yang kecil? Burung mudah terhisap masuk mesin jet dan mengenai pisau-pisau kipas mesin. Pisau kipas bergetar dan menghantam bilah yg lain beruntun, mengakibatkan kegagalan mesin. Bahkan burung kecil seperti jalak pun dapat menyebabkan mesin mati. Burung sangat berbahaya bagi pesawat terbang khususnya pada ketinggian beberapa ribu kaki di mana mereka terbang. Jika terlalu dekat dengan lubang mesin, mereka akan langsung tersedot masuk. Tak banyak yang bisa diperbuat untuk mencegah pesawat terbang menabrak burung. Bahkan NASA takut pesawat ulang-aliknya menabrak burung, bukan karena menjatuhkan pesawat tetapi melecetkan lapisan penahan panas yang dapat memicu kerusakan dan bencana. NASA akan menghentikan hitungan aba-aba untuk take-off bila ada burung melintas dan saat mendarat pesawat membunyikan suara dentuman meriam untuk memastikan landasan pacu bebas dari burung-burung. Aneh bukan?

Setelah serangan menara WTC pada 9/11/2001, dirancanglah sistim pengamanan agar orang tidak mudah menerobos masuk kokpit, mekanisme canggih untuk menutup pintu kokpit dari dalam sekuat dan secepat mungkin. Mungkin disainernya baru sadar sekarang bahwa rancangan canggihnya itu telah memudahkan Andreaz Lubitz co-pilot Germanwings mengunci ruang kokpit dari dalam sementara kapten pilot Sondheimer keluar ke toilet. Pintupun tertutup tanpa bisa dibuka lagi meskipun mengunakan kampak. Lalu Andreaz yang menderita gangguan mental itu sengaja menukikkan Airbus A320 dengan 142 penumpang itu dan menabrak pegunungan Alpen Perancis. Konon Adreaz juga membubuhkan obat diuretik yang merangsang kebelet pipis kedalam kopi kapten pilot.  Sukses menyempurnakan mekanisme pengamanan untuk mencegah pembajakan oleh teroris justru telah memudahkan co-pilot untuk menyendiri dalam kokpit, yang terbukti dari peristiwa diatas, berakibat fatal. Alangkah ironisnya!

Hal-hal yang kita anggap sepele, seperti nila setitik, suatu saat dapat merusak susu se belanga. Pada Januari 2011 pesawat Boeing 77 United Airlines  dengan 241 penumpang yang sedang terbang menuju Frankfurt dari Chicago terpaksa berbelok ke Toronto di Canada karena masalah komunikasi dan navigasi. Penyebabnya, kopi sang pilot tumpah di kokpit karena getaran turbulensi dan memicu transponder pesawat mengirimkan sinyal bahaya. Ketika pilot berusaha mengirimkan sinyal untuk mengingatkan pengawas lalu lintas udara bahwa mereka kehilangan kontak radio, ia keliru mengirimkan kode  bahaya  internasional untuk pembajakan. Akhirnya, segera setelah isu pembajakan reda, United Airline terpaksa mengirim Boeing 777 lain ke Toronto  untuk mengambil semua penumpang dan dibawa kembali ke Chicago, sebelum esok harinya diterbangkan ke Frankfurt. Sedangkan pesawat yang ketumpahan kopi, diterbangkan tanpa penumpang ke Washington untuk perbaikan. Tumpahan kopi itu juga sekaligus mengacaukan sinyal navigasi yang memberitahu pilot untuk mengarah ke Toronto, bukannya melintasi Atlantik menunju Frankfurt di Jerman. Cairan tumpah di kokpit biasanya hanya menyebabkan karatan pada lantai dan dinding samping  bukan kerusakan pada sistim radio. Ini memang jarang terjadi karena kokpit harus lulus test sebelum pesawat disertifikasi.Tidak boleh ada cairan akan menembus peralatan apapun. Semua dirancang dengan segel, jalur pembuangan dan alat kusus pengatur kelembababan. Alangkah berantakannya akibat secangkir kopi yg tumpah dikokpit Boeing 777 itu.

Belum lengkap rasanya jika saya tidak mengutip berita terbaru tentang “yang sepele yang mebahayakan” berikut ini. Hari Jum’at 17 April lalu, pesawat Falcon 50 milik pemerintah Serbia anjlok lebih dari satu mil dari ketinggian 33.000 kaki selama 60 detik diatas laut Adriatik karena satu dari 3 mesin jet itu tiba-tiba mati. Penyebabnya, co-pilot menumpahkan kopi pada panel instrumen dan tidak sengaja mengaktifkan saklar darurat ketika ia berusaha untuk membersihkannya, yang menyebabkan mesin ketiga mati sebentar. Dalam 1 menit jatuh yang serasa kiamat itu semua penumpang, yaitu Presiden Tomislav Nicolic dan dan 10 orang rombongannya, terlempar-lempar mengerikan, sampai pilot dapat menstabilkan pesawatnya. Tidak ada yang tewas. Itu saja untungnya. Mereka mau bertemu Paus di Roma tapi terpaksa kembali ke Belgrado. Pemerintah memutuskan untuk tidak menggunakan lagi pesawat buatan Perancis tahun 1981 itu untuk perjalanan rombongan presiden. Co-pilot diskors karena membahayakan keselamatan penerbangan dan Presiden akan naik penerbangan komersial saja lain kali.

Demikianlah, perbaikan selamanya dimungkinkan tetapi kesempurnaan selamanya tidak akan pernah tercapai…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar