MENYANDERA DOA NABI
Oleh: Jum’an
Salah satu doa yang sering saya baca adalah memohon
perlindungan Allah dari 8 hal yaitu dari rasa gelisah dan sedih, lemah dan malas,
takut miskin dan bakhil, terhimpit
hutang dan ditindas orang. Saya membacanya hampir setiap hari karena doa ini selalu
relevan dimana saja dan kapan saja. Biasanya saya membacanya tiga kali secara
beruntun. Pertama saya ucapkan dalam bahasa Arab seperti ketika Rasulullah s.a.w.
mengajarkan untuk pertama kalinya kepada Abu Umamah, lalu saya perjelas dengan
bahasa Indonesia dan terakhir saya resapkan dalam bahasa Jawa yang paling intim
bagi saya. Tidak hanya sampai disitu. Kadang kadang doa itu saya ambil alih dan
saya rubah bentuknya menjadi sebuah tekad, bukan lagi doa. Saya bertekad untuk tidak
lagi-lagi gelisah dan bersedih, saya bertekad tidak akan berputus asa dan
bermalas-malas. Saya bertekad untuk menjauhi hutang dan saya tidak sudi
ditindas orang. Dengan izin Allah selalu. Lancangkah saya berbuat demikian? Bukan
khawatir doa tidak terkabul tetapi ada semangat yang berbeda yang saya rasakan.
Berdoa memberikan suasana defensif seperti penumpang kendaraan yang terikat
seat belt: terlindung dari benturan tetapi tidak ada alternatif lain. Sedangkan
ketika bertekad saya sepenuhnya mengandalkan kepada akal dan kemampuan diri-sendiri.
Perumpamaan hidup seorang muslim mungkin seperti sebuah
koin yang mempunyai dua sisi. Satu sisi bergambar orang yang tunduk dan pasrah
diciptakan hanya untuk mengabdi. Sedang sisi lainnya gambar kehidupan yang aktif,
dinamis dan kreatif. Dalam ungkapan sahabat nabi Ibnu Umar yang sering kita dengar:
Beribadah seperti mau mati esok hari dan berkiprah seperti mau hidup untuk selamanya.
Tidak ada yang dapat mencegah bila Allah akan memberi. Tidak ada yang mampu
memberi bila Alloh mencegahnya, kata Raulullah. Tidak ada seekor hewanpun di
bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya…semuanya tertera dalam loh mahfudz.
Segala kekuasaan ada dalam genggamaNya. La quwwata illa billah. Demikian mutlak
kekuasaannya, sehingga kita hanya bisa pasrah pada kehendakNya: Buckle up,
fasten your seat belt. Pasang gesper, eratkan sabuk pengaman.
Disaat yang sama Allah menghendaki manusia untuk menjadi
khalifah dibumi. Bahkan ketika malaikat berkeberatan karena manusia suka
merusak dan menumpahkan darah, Allah menjawab: “Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” Nasib bangsa tidak akan berubah kalau tidak mereka rubah sendiri;
begitu dikatakan dalam Alqur’an. Niatlah
yang melahirkan realitas. “Segala
amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai
niatnya.” Jelas bahwa bahwa tekad (niat, kesadaran) merupakan unsur vital yang
akan menjelmakan pengalaman kita. Ilmu Psiko-neuro-imunologi dapat menjelaskan bagaimana
tekad menjelma menjadi tindakan. Menurut hadis Nabi, kita disuruh
mengambil keputusan sendiri dalam urusan yang kita lebih mengetahui. Suatu kali
beliau mengamati sekelompok petani kurma yang sedang melakukan penyerbukan
yaitu melekatkan tepung sari keatas kepala putik bunga kurma supaya terjadi
pembuahan yang merata dan panen yang berlimpah. Mula-mula beliau mencegah
mereka melakukannya. Tetapi ketika mengetahui panen berikutnya benar-benar
menurun, beliau menganjurkan untuk kembali melakukannya. Beliau mengatakan
diantaranya: “Kamu
lebih tahu tentang urusan duniamu.”
Gambar pada kedua sisi koin kehidupan
itu sangat berbeda tapi sama indahnya sama menariknya. Orang tidak dapat
memilih mata uang yang hanya bergambar sebelah karena tidak akan akan mempunyai
nilai tukar. Saya memilih berdoa untuk memohon ampun dan rahmat dan bertekad
untuk menghindari himpitan hutang dan penindasan. Itupun tidak selalu, mungkin begitulah
gambaran kepribadian saya. Seperti berada dipekarangan yang luas saya berjemur
dibawah matahari pagi dan berlindung dibawah pohon yang rindang ditengah hari
yang. Anda mungkin lain lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar