11/01/15

MENYANDERA DOA NABI


MENYANDERA DOA NABI
Oleh: Jum’an


Salah satu doa yang sering saya baca adalah memohon perlindungan Allah dari 8 hal yaitu dari rasa gelisah dan sedih, lemah dan malas, takut miskin dan bakhil,  terhimpit hutang dan ditindas orang. Saya membacanya hampir setiap hari karena doa ini selalu relevan dimana saja dan kapan saja. Biasanya saya membacanya tiga kali secara beruntun. Pertama saya ucapkan dalam bahasa Arab seperti ketika Rasulullah s.a.w. mengajarkan untuk pertama kalinya kepada Abu Umamah, lalu saya perjelas dengan bahasa Indonesia dan terakhir saya resapkan dalam bahasa Jawa yang paling intim bagi saya. Tidak hanya sampai disitu. Kadang kadang doa itu saya ambil alih dan saya rubah bentuknya menjadi sebuah tekad, bukan lagi doa. Saya bertekad untuk tidak lagi-lagi gelisah dan bersedih, saya bertekad tidak akan berputus asa dan bermalas-malas. Saya bertekad untuk menjauhi hutang dan saya tidak sudi ditindas orang. Dengan izin Allah selalu. Lancangkah saya berbuat demikian? Bukan khawatir doa tidak terkabul tetapi ada semangat yang berbeda yang saya rasakan. Berdoa memberikan suasana defensif seperti penumpang kendaraan yang terikat seat belt: terlindung dari benturan tetapi tidak ada alternatif lain. Sedangkan ketika bertekad saya sepenuhnya mengandalkan kepada akal dan kemampuan diri-sendiri.

Perumpamaan hidup seorang muslim mungkin seperti sebuah koin yang mempunyai dua sisi. Satu sisi bergambar orang yang tunduk dan pasrah diciptakan hanya untuk mengabdi. Sedang sisi lainnya gambar kehidupan yang aktif, dinamis dan kreatif. Dalam ungkapan sahabat nabi Ibnu Umar yang sering kita dengar: Beribadah seperti mau mati esok hari dan berkiprah seperti mau hidup untuk selamanya. Tidak ada yang dapat mencegah bila Allah akan memberi. Tidak ada yang mampu memberi bila Alloh mencegahnya, kata Raulullah. Tidak ada seekor hewanpun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya…semuanya tertera dalam loh mahfudz. Segala kekuasaan ada dalam genggamaNya. La quwwata illa billah. Demikian mutlak kekuasaannya, sehingga kita hanya bisa pasrah pada kehendakNya: Buckle up, fasten your seat belt. Pasang gesper, eratkan sabuk pengaman.

Disaat yang sama Allah menghendaki manusia untuk menjadi khalifah dibumi. Bahkan ketika malaikat berkeberatan karena manusia suka merusak dan menumpahkan darah, Allah menjawab: “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Nasib bangsa tidak akan berubah kalau tidak mereka rubah sendiri; begitu dikatakan dalam Alqur’an. Niatlah yang melahirkan realitas.  “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” Jelas bahwa bahwa tekad (niat, kesadaran) merupakan unsur vital yang akan menjelmakan pengalaman kita. Ilmu Psiko-neuro-imunologi dapat menjelaskan bagaimana tekad menjelma menjadi tindakan. Menurut hadis Nabi, kita disuruh mengambil keputusan sendiri dalam urusan yang kita lebih mengetahui. Suatu kali beliau mengamati sekelompok petani kurma yang sedang melakukan penyerbukan yaitu melekatkan tepung sari keatas kepala putik bunga kurma supaya terjadi pembuahan yang merata dan panen yang berlimpah. Mula-mula beliau mencegah mereka melakukannya. Tetapi ketika mengetahui panen berikutnya benar-benar menurun, beliau menganjurkan untuk kembali melakukannya. Beliau mengatakan diantaranya: “Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu.”


Gambar pada kedua sisi koin kehidupan itu sangat berbeda tapi sama indahnya sama menariknya. Orang tidak dapat memilih mata uang yang hanya bergambar sebelah karena tidak akan akan mempunyai nilai tukar. Saya memilih berdoa untuk memohon ampun dan rahmat dan bertekad untuk menghindari himpitan hutang dan penindasan. Itupun tidak selalu, mungkin begitulah gambaran kepribadian saya. Seperti berada dipekarangan yang luas saya berjemur dibawah matahari pagi dan berlindung dibawah pohon yang rindang ditengah hari yang. Anda mungkin lain lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar