AGAMAKU ISTRIKU AGAMAMU ISTRIMU: JANGAN GODA!
Oleh: Jum’an
Dr. Reza Aslan adalah sarjana agama dari Harvard dan
penulis buku laris “Zealot:
The Life and Times of Jesus of Nazareth.” sebuah biografi menarik,
provokatif, cermat dan teliti yang menggambarkan Yesus dari Nazaret sebagai
pribadi yang radikal, penuh dinamika dan sadar politik, berbeda dengan asumsi
lama sebagai guru spiritual yang serba damai. Buku ini merangkum persamaan dan
perbedaan antara Yesus dari Injil dan Yesus dari catatan sejarah. Yesus yang selalu
meminta orang untuk mengikutinya, bukan menyembahnya. Zealot (Fanatik) dipuji
oleh banyak pengulas sebagai potret yg logis dan konsisten dan meyakinkan tentang
siapa Yesus dan apa yang ia inginkan. Sejak beredarnya Zealot, Dr. Reza banyak
diminta untuk membahas bukunya di berbagai media. Ia menerima respon positif
yang luar biasa atas karyanya itu. Reza Aslan dibawa orang tuanya ke Amerika dari
Teheran 1979 pada umur 7 tahun untuk menghindari revolusi Iran saat itu. Ia
memeluk Kristen sejak usia 15 tahun melalui penginjil di sekolahnya dan
memeluk Islam menjelang ia masuk Perguruan Tinggi. Ia menyatakan, menemukan
Yesus dan terpukau oleh kisah para pendeta penginjil. Ketika dewasa ia ragu dan
memutuskan medalami Injil dengan masuk Kolese Katolik Jesuit, sampai meraih
gelar sarjana dan fasih dalam Injil berbahasa Yunani. Ini merupakan awal karir
dan keahliannya dalam seluk beluk agama Nasrani. Ia kemudian mempelajari Islam
di Univ. Harvard atas anjuran mentornya, Katherine Bell. Sampai saat ini ibunya
tetap memeluk agama Kristen. Istrinya, Jessica Jackley
seorang Kristen, bahkan iparnya adalah seorang pendeta penginjil. Buku pertama
Aslan “No god but God” (Tiada Tuhan
selain Allah) yang juga best-seller telah diterjemahkan ke dalam 17
bahasa, dan merupakan 1 dari 100 buku paling penting dari dekade terakhir ini.
Rev. Jennifer Crumpton M.Div (gelar profesional dalam
kependetaan) dari Union Theological Seminary di New York yang aktif dalam
dialog antar-agama dan keadilan sosial berdasar agama, teologi feminis, etika
sosial dan struktural Kristen, menyambut positif buku Reza Aslan. Dia mengatakan
buku itu telah telah membangkitkan
imajinasi kaum muda Kristen Progressif. “Wajib dibaca oleh kaum muda
yang tak lagi merasakan gairah dalam kekristenan mereka”. Kaum muda yang
menginginkan iman dalam praktek, bukan rincian tentang kepercayaan. Jenifer mengakui
merasakan kehadiran sesuatu yang akrab selama ia membaca Zealot. Yesus tidak
dikelilingi oleh malaikat, ia dikelilingi oleh setan budaya generasinya, dan ia
berjuang dengan penuh semangat melawan penindasan Romawi saat itu. Video: Interview Rev. Jeniver dg Dr.
Reza.
Bersamaan dengan pujian dan penghargaan yang diterima,
Zealot juga menuai kritik keras dan kemarahan dari pihak yang tidak suka
terutama kaum Kristen Injili (Evangelical, Protestan Fundamentalis). Kemarahan
mereka (karena sulit mengkritik dari segi iai buku) ditumpahkan kepada pribadi
penulisnya yang diyakini mempunyai maksud tertentu, seperti seseorang yang mau menggoda
istri orang lain. Di dalam Wawancara
dengan Fox News yang anti-Islam, Dr. Reza didesak dengan pertanyaan
mengapa sebagai seorang Muslim mau menulis tentang Yesus. Yang dijawabnya: “Saya
adalah sarjana agama dengan empat gelar termasuk tentang Perjanjian Baru, fasih
dalam Injil bahasa Yunani, yang telah mempelajari asal-usul Kristen selama 20
tahun, yang juga kebetulan seorang Muslim. Dr. Reza juga dituduh menyesatkan
pembaca dengan tidak mengungkap identitas agamanya, padahal hal itu dibahas jelas
di halaman 2 buku itu. Fox News hampir secara universal dikritik karena wawancara
yang ceroboh itu. Menurut The Washington Post seharusnya Fox
minta maaf kepada Dr. Reza atas interview yang gegabah dan memalukan.
Kritik
keras juga datang dari John S. Dickerson, pendeta Kristen
dan penulis terkenal. Ia menulis bahwa "Zealot" merupakan pembongkaran
secara kilat keyakinan Kristen yang telah diajarkan tentang Yesus selama 2000
tahun. “Ini bukan hal baru, tapi pendapat Islam sejak dulu -yaitu bahwa Yesus
adalah seorang Nabi yang penuh semangat yang tidak mengklaim sebagai Tuhan,
bahwa orang Kristen telah salah paham tentangnya, dan bahwa Injil Kristen bukan
kata-kata aktual atau kehidupan Yesus tapi mitos.” Mana mungkin seorang Islam –
agama yang sudah beroposisi selama 1.400 tahun- yang tulus menulis tentang
Yesus. Sayangnya, kata Dickerson, liputan berita nasional "Zealot"
telah mengabaikan konflik kepentingan ini. Sebagai jurnalis dan penulis Kristen
saya tidak mungkin menulis biografi Muhammad dan menyembunyikan konflik
kepentingan saya dalam wawancara media nasional.
Serangan yang tidak kalah sengitnya datang dari Robert Spencer
seorang penulis, dedengkot Islamofobi, anggota Gereja Katolik Melkit (Kanīsat
ar-Rum al-Malakiyyin al-Kaṯulik) yang konon banyak dianut di Libanon dan Syria.
Bukunya yang terkenal “Muhammad: Pendiri Agama yang Paling Tidak Toleran di
Dunia”. Ia juga pendiri “Stop Islamisasi Amerika (SIOA). Ia dicekal masuk ke
Inggris karena mendukung "kelompok anti-Muslim”. Spencer dengan
emosionalnya nampak ingin menggilas Dr. Reza dengan menyebutnya sebagai “Benda
Islam Baru”, “Si Bocah Kecil”, “Supremasis Islam kecil yang menyedihkan”, “Metroseksual-
Pesolek”, “Moderat Palsu” dll. Tetapi Dr. Reza menghadapi semua kritik yang
bertubi-tubi itu dengan mumpuni karena kecuali ahli dibidangya, bukunya dilengkapi
data pendukung yang cukup. Klip wawancara Dr. Reza dengan Lauren Green dari Fox
News hanya beberapa hari beredar di YouTube yang ditonton jutaan pemirsa dan justru
melambungkan penjualan buku Zealot, sudah dihapus.
Update:Video Interview Fox News dg Reza Aslan masih dpt dilihat di BuzzFeed.com disini
Update:Video Interview Fox News dg Reza Aslan masih dpt dilihat di BuzzFeed.com disini
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus