15/06/14

AGAMAKU ISTRIKU AGAMAMU ISTRIMU: JANGAN GODA!


AGAMAKU ISTRIKU AGAMAMU ISTRIMU: JANGAN GODA!
Oleh: Jum’an

Dr. Reza Aslan adalah sarjana agama dari Harvard dan penulis buku laris Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth. sebuah biografi menarik, provokatif, cermat dan teliti yang menggambarkan Yesus dari Nazaret sebagai pribadi yang radikal, penuh dinamika dan sadar politik, berbeda dengan asumsi lama sebagai guru spiritual yang serba damai. Buku ini merangkum persamaan dan perbedaan antara Yesus dari Injil dan Yesus dari catatan sejarah. Yesus yang selalu meminta orang untuk mengikutinya, bukan menyembahnya. Zealot (Fanatik) dipuji oleh banyak pengulas sebagai potret yg logis dan konsisten dan meyakinkan tentang siapa Yesus dan apa yang ia inginkan. Sejak beredarnya Zealot, Dr. Reza banyak diminta untuk membahas bukunya di berbagai media. Ia menerima respon positif yang luar biasa atas karyanya itu. Reza Aslan dibawa orang tuanya ke Amerika dari Teheran 1979 pada umur 7 tahun untuk menghindari revolusi Iran saat itu. Ia memeluk Kristen sejak usia 15 tahun melalui penginjil di sekolahnya dan memeluk Islam menjelang ia masuk Perguruan Tinggi. Ia menyatakan, menemukan Yesus dan terpukau oleh kisah para pendeta penginjil. Ketika dewasa ia ragu dan memutuskan medalami Injil dengan masuk Kolese Katolik Jesuit, sampai meraih gelar sarjana dan fasih dalam Injil berbahasa Yunani. Ini merupakan awal karir dan keahliannya dalam seluk beluk agama Nasrani. Ia kemudian mempelajari Islam di Univ. Harvard atas anjuran mentornya, Katherine Bell. Sampai saat ini ibunya tetap memeluk agama Kristen. Istrinya, Jessica Jackley seorang Kristen, bahkan iparnya adalah seorang pendeta penginjil. Buku pertama Aslan “No god but God” (Tiada Tuhan selain Allah) yang juga best-seller telah diterjemahkan ke dalam 17 bahasa, dan merupakan 1 dari 100 buku paling penting dari dekade terakhir ini.

Rev. Jennifer Crumpton M.Div (gelar profesional dalam kependetaan) dari Union Theological Seminary di New York yang aktif dalam dialog antar-agama dan keadilan sosial berdasar agama, teologi feminis, etika sosial dan struktural Kristen, menyambut positif buku Reza Aslan. Dia mengatakan buku itu telah telah membangkitkan imajinasi kaum muda Kristen Progressif. “Wajib dibaca oleh kaum muda yang tak lagi merasakan gairah dalam kekristenan mereka”. Kaum muda yang menginginkan iman dalam praktek, bukan rincian tentang kepercayaan. Jenifer mengakui merasakan kehadiran sesuatu yang akrab selama ia membaca Zealot. Yesus tidak dikelilingi oleh malaikat, ia dikelilingi oleh setan budaya generasinya, dan ia berjuang dengan penuh semangat melawan penindasan Romawi saat itu. Video: Interview Rev. Jeniver dg Dr. Reza.

Bersamaan dengan pujian dan penghargaan yang diterima, Zealot juga menuai kritik keras dan kemarahan dari pihak yang tidak suka terutama kaum Kristen Injili (Evangelical, Protestan Fundamentalis). Kemarahan mereka (karena sulit mengkritik dari segi iai buku) ditumpahkan kepada pribadi penulisnya yang diyakini mempunyai maksud tertentu, seperti seseorang yang mau menggoda istri orang lain. Di dalam Wawancara dengan Fox News yang anti-Islam, Dr. Reza didesak dengan pertanyaan mengapa sebagai seorang Muslim mau menulis tentang Yesus. Yang dijawabnya: “Saya adalah sarjana agama dengan empat gelar termasuk tentang Perjanjian Baru, fasih dalam Injil bahasa Yunani, yang telah mempelajari asal-usul Kristen selama 20 tahun, yang juga kebetulan seorang Muslim. Dr. Reza juga dituduh menyesatkan pembaca dengan tidak mengungkap identitas agamanya, padahal hal itu dibahas jelas di halaman 2 buku itu. Fox News hampir secara universal dikritik karena wawancara yang ceroboh itu. Menurut The Washington Post seharusnya Fox minta maaf kepada Dr. Reza atas interview yang gegabah dan memalukan.

Kritik keras juga datang dari John S. Dickerson, pendeta Kristen dan penulis terkenal. Ia menulis bahwa "Zealot" merupakan pembongkaran secara kilat keyakinan Kristen yang telah diajarkan tentang Yesus selama 2000 tahun. “Ini bukan hal baru, tapi pendapat Islam sejak dulu -yaitu bahwa Yesus adalah seorang Nabi yang penuh semangat yang tidak mengklaim sebagai Tuhan, bahwa orang Kristen telah salah paham tentangnya, dan bahwa Injil Kristen bukan kata-kata aktual atau kehidupan Yesus tapi mitos.” Mana mungkin seorang Islam – agama yang sudah beroposisi selama 1.400 tahun- yang tulus menulis tentang Yesus. Sayangnya, kata Dickerson, liputan berita nasional "Zealot" telah mengabaikan konflik kepentingan ini. Sebagai jurnalis dan penulis Kristen saya tidak mungkin menulis biografi Muhammad dan menyembunyikan konflik kepentingan saya dalam wawancara media nasional.


Serangan yang tidak kalah sengitnya datang dari Robert Spencer seorang penulis, dedengkot Islamofobi, anggota Gereja Katolik Melkit (Kanīsat ar-Rum al-Malakiyyin al-Kaṯulik) yang konon banyak dianut di Libanon dan Syria. Bukunya yang terkenal “Muhammad: Pendiri Agama yang Paling Tidak Toleran di Dunia”. Ia juga pendiri “Stop Islamisasi Amerika (SIOA). Ia dicekal masuk ke Inggris karena mendukung "kelompok anti-Muslim”. Spencer dengan emosionalnya nampak ingin menggilas Dr. Reza dengan menyebutnya sebagai “Benda Islam Baru”, “Si Bocah Kecil”, “Supremasis Islam kecil yang menyedihkan”, “Metroseksual- Pesolek”, “Moderat Palsu” dll. Tetapi Dr. Reza menghadapi semua kritik yang bertubi-tubi itu dengan mumpuni karena kecuali ahli dibidangya, bukunya dilengkapi data pendukung yang cukup. Klip wawancara Dr. Reza dengan Lauren Green dari Fox News hanya beberapa hari beredar di YouTube yang ditonton jutaan pemirsa dan justru melambungkan penjualan buku Zealot, sudah dihapus.

Update:Video Interview Fox News dg Reza Aslan masih dpt dilihat di BuzzFeed.com disini

1 komentar: