MEMAHAMI ORANG ALIM KORUPSI
Oleh: Jum’an
Alim dalam bahasa Indonesia berarti banyak mempunyai ilmu
terutama dalam hal agama Islam. Juga berarti saleh yaitu taat dan
sungguh-sungguh menjalankan ibadah atau suci dan beriman. Apakah saya termasuk
orang alim? Pengetahuan agama Islam saya, syahadat serta rutinitas ibadah saya menunjukkan
bahwa saya berada di atas jalur untuk menjadi orang alim. Karena pandangan
tentang diri-sendiri adalah subjektif dan tingkat kealiman sebenarnya tidak
dapat diukur, saya perkirakan bahwa tingkat kealiman saya mungkin rendah
sekali. Tetapi karena kebaikan yang hanya yang sebesar zarahpun tetap berharga,
saya berani mengaku mempunyai tingkat keimanan serta kealiman tertentu
betapapun rendahnya dihadapan Allah dan dalam pandangan orang lain. Saya hanya
ingin mengatakan bahwa sebagai orang yang beriman saya sering atau kadang-kadang
merasa begitu dekat dengan Allah; perasaan yang pasti juga sering anda alami. Sedekat
yang sering digambarkan orang sebagai “seolah-olah berdialog langsung”
denganNya. Biasanya saya lalu meneteskan air mata atau tersedu-sedu atau hati
menjadi lega atau bangkit bersemangat ataupun tidak risau lagi tentang kesulitan
duniawi. Seperti yang dikatakan dalam Qur’an: Bukankah dengan mengingat Allah
hati menjadi tenteram? Pengalaman dan perasaan seperti itu saya anggap
mempunyai nilai spiritual yang dalam dan saya menikmatinya.
Setelah lama merenungkan kilas balik pengalaman batin
itu saya menengarai adanya pengaruh yang menyimpang terhadap perilaku hidup
saya. Kedekatan itu lama-lama menimbulkan keyakinan bahwa Allah memang memperhatikan
saya secara pribadi, memahami semua kelemahan-kelemahan saya dan dengan sifatNya
yang Maha Pemurah lalu mengasihani, memberikan maaf dan kelonggaran untuk saya.
Saya merasa sebagai seorang hamba yang disayangiNya. Dan ini membuat saya tidak
risi atau canggung mengendorkan disiplin beribadah. Saya sering terlambat salat
tanpa perasaan menyesal karena yakin bahwa Dia mengerti saya: hambaKu yang
lemah ini terlalu lelah mengais rejeki yang halal. Biarlah terlambat salat
sedikit tak apa. Begitu bayangan sikap Allah dalam kepala saya.
Apakah ini sebuah anugerah atau perangkap? Kelemahan
mental yang menyamar sebagai ketaatan beragama? Apakah perasaan akrab saya kepadaNya
itu palsu? Sesuatu yang bukan saja subyektif tetapi justru merupakan godaan dan
perangkap setan? Bagaimana pengalaman batin yang saya rasakan begitu meresap
dalam hati yang saya anggap sebagai prestasi dalam menghayati nilai-nilai agama
ternyata telah mengaburkan orientasi saya. Saya menjadi terlalu mudah
memmaafkan diri sendiri dan menjadikan kata hati sebagai panutan. Yakin Allah
berpihak kepada saya. Saya lalu menduga bahwa orang yang lebih dan benar-benar
alim juga menghadapi perangkap seperti ini. Keyakinan memiliki hubungan khusus
dengan Allah dan memperoleh dispensasi dan
kelonggaran untuk memotong kompas menempuh jalan samping sendiri. Apa jadinya kalau ia memegang jabatan
pemerintahan atau bendahara yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan umat.
Dengan dalih demi kesejahteraan umat, menghimpun dana melalui jalan samping tentulah
diperkenankan Tuhan. Ini merupakan konskwensi logis dari keyakinan seorang alim
apabila dugaan saya diatas adalah benar.
Berbeda dengan orang alim, penganut aliran yang kelewat fanatik
dapat terperangkap lebih dalam: bukan saja merasa mepunyai hubungan khusus dan
memperoleh dispensasidari Allah swt. Mereka merasa bangga karena yakin bahwa
mereka lebih berhak memiliki Allah dari pada orang lain. Bahwa Allah adalah
monopoli mereka dan memihak kepada mereka. Sikap memonopoli Allah, tanpa mereka
sadari dapat melambungkan ego manjadi takabur dan sekaligus mengecilkan arti
kebesaran Allah. Orang alim seharusnya bersikap lemah lembut karena sadar bahwa
mereka adalah milik Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tetapi
kealiman (seperti juga semua sifat baik lainnya) juga membawa godaan yang dapat
menjadikan orang terperangakap ke jalan yang sesat. Tetapi anda boleh juga memungkas
pendapat saya dengan mengatakan: Kalau ada orang alim korupsi, artinya dia
bukan orang alim. Titik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar