PILIH SEGERA! PERCAYA SOMAT ATAU TIDAK
Oleh: Jum’an
Ada peribahasa Afrika yang mengatakan: Berhati-hatilah
jika ada orang telanjang menawari anda baju! Orang yang tidak menghargai
dirinya, mustahil akan mencintai orang lain! Mengapa tak dipakainya baju itu
untuk menutupi auratnya sendiri. Artinya jangan percaya kepada niat baik yang sulit
diterima akal sehat. Ada pula peribahasa: Jangan mempercayai wanita yang menjawab
dengan jujur berapa umurnya. Wanita macam itu akan mengatakan apa saja kepada
orang lain. Sudah biasa usia wanita adalah rahasia mereka. Mengapa harus diobral
kepada orang lain kalau mengelak juga mudah dan aman? Wajar kalau kita kurang
percaya kepada orang yang berperilaku menyimpang dari adat kebiasaan. Orang
telanjang yang menawarkan baju dan wanita yang merahasiakan usianya mengingatkan
kita bahwa tidak semua orang mudah dipercaya. Berprasangka baik adalah anjuran Rasulullah
s.a.w, sebagai bekal untuk berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya akal
sehat dan hati nurani kitalah yang akan menilainya. Kata pengarang Ernest
Hemingway, cara terbaik untuk membuktikan seseorang bisa dipercaya atau tidak
ialah dengan mempercayainya. Karena khianat baru terjadi sesudah ada
kepercayaan lebih dahulu; atau orang cenderung bertindak jujur bila dipercaya.
Bagaimanapun akhirnya kita harus memilih untuk mempercayai atau tidak
mempercayai seseorang. Bila tidak kita akan terus merasa ragu dan curiga dalam
menjalin hubungan, terutama dimana kepercayaaan merupakan syarat utama.
Keluarga saya menjadi tegang gara-gara perbedaan
kepercayaan. Bukan kepercayaan Agama tetapi kepercayaan kepada seseorang
montir. Beginilah nasib saya. Mobil tua terus dipelihara: mogok didorong, peot
dikenteng, karatan didempul. Montir andalan kami seorang berperawakan kecil
berwajah brewok bernama Somat. Satu-satunya montir yang saya kenal. Ia adalah
langganan keponakan saya Po In selama bertahun-tahun sehingga saya yang baru belakangan
memakai hanya numpang percaya. Tapi terbukti ia memang ahli mobil tua. Oli
rembes, rem blong, mesin ngadat semua bisa diselesaikan dengan mudah. Ganti
onderdil yang sudah jarang penjualnya dia tahu kemana mencarinya. Bila perlu dikikir
sedikit agar pas masuknya. Ketrampilannya yang lengkap memudahkan ia mengambil
keuntungan dari segala penjuru. Kadang-kadang selesai bekerja ia mengucapkan
kata-kata bernada filsafat dengan gratis. Seperti ketika selesai memperbaiki pembuka
jendela yang macet, ia mengingatkan saya supaya pelan-pelan memutarnya sambil
berkata: Kalau mobil tua, kita harus mengikuti dia; kalau mobil baru, dia harus
menuruti kita. Siapa yang bisa berkata begitu kalau bukan mereka yang berpelngalaman
menggeluti mobil tua?
Somat memang kreatif dalam menjual ketrampilannya.
Sambil menggarap order, dia selalu mnemukan kerusakan lain dan menayakan apakah
mau diperbaiki juga. Saya bekali dia uang 500 ribu untuk membeli onderdil, ia tukar
tambah 200 ribu dengan onderdil bekas yang masih bagus dan dikembalikannya yang
300 ribu. Katanya yang untuk Honda Civic th 90 sudah jarang ada. Cara begini
jelas tidak transparan, manipulatif dan …., dilematis! Kalau diminta nota
pembelian selalu lupa atau, tar dulu Pak, tangan saya sedang kotor tapi
akhirnya tidak juga. Ketika saya tanyakan berapa ongkosnya ia bilang ini sisa
tadi masih ada 50 Pak, tambah 100 lagi saja. Mobil pun rapih, garansi. Siapa
lagi kalau bukan jasa Somat. Tetapi ia jelas meninggalkan tanda tanya yang
sulit diawab: jujurkah dia, pantaskah ia kita percaya? Beberapa tahun saya
meragukan kejujurannya: tetap meminta bantuanya tetapi dengan curiga dan
diam-diam mengutuknya. Ini tidak sehat. Harus diakhiri, saya harus memilih
percaya atau tidak percaya pada kejujuran Somat. Selanjutnya teruskan dengan
ikhlas atau cari montir lain. Memangnya dia satu-satunya montir mobil di
Jakarta?
Masalah yang terlalu lama dipendam, seperti bisul di
pantat akan pecah sendiri. Belum lama
ini datang saatnya untuk kembali minta bantuan Somat. Menghidupkan aki yang
mati karena dua hari kunci kontak tidak dicabut. Dari kantor saya tilpun
kerumah, apakah Somat sudah selesai kerjanya. Ternyata belum, dia sedang menyewa
aki penolong ke bengkel sambil membeli oli. Membeli oli? Siapa yang menyuruh,
oli untuk apa? Katanya oli power steering tinggal sedikit perlu ditambah.
Liciknya dia! Saya naik darah sambil
mengumpat. “Oke, turuti saja dia lalu bayar dan suruh pergi maling itu!” Saya pikir
inilah saatnya memilih untuk tidak mempercayai Somat. Saya bertemu muka dengan
dia tepat didepan rumah ketika saya pulang kantor dengan taksi dan dia baru
selesai bekerja. Saya tanya ongkosnya berapa dan jawabnya: “Ini uang yang tadi
(uang sewa aki dan beli oli) masih sisa lima puluh. Tambah 50 lagi saja Pak.”
Ketika saya merogoh kantong ternyata dompet saya tidak ada. Saya segera sadar
ketinggalan ditaksi sementara taksi itu sudah agak jauh. Somat lalu cepat-cepat
lari dan masih dapat terkejar karena macet di ujung gang. Dalam dompet itu ada
KTP, kartu kridit, kartu ATM dan uang lebih dari satu juta yang baru saya ambil
dari ATM.
Setelah saling mengucapkan terima kasih, saya merenung
meneteskan air mata. Orang yang baru saya sumpahi “maling” itu telah
menyelamatkan saya! Isi dompet utuh, aki tok cer dan setir enteng karena oli
power steering penuh. Alhamdulilah, astagfirullah. Saya memutuskan utuk
mempercayai Somat dan saya terima ia apa adanya. Selama ada Somat, saya tidak
akan minta bantuan sipapun! Po In bilang Somat memang jujur. Ia sudah
mengenalnya selama bertahun-tahun. Tetapi anaknya tetap curiga. Ibunya memang terlalu
mudah mempercayai orang dan sering tertipu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar