08/01/10

TERNYATA DERMAWAN ADA HORMON-NYA


TERNYATA DERMAWAN ADA HORMON-NYA

Oleh: Jum’an

Gerakan koin peduli Prita sungguh fenomenal. Mengajak khalayak ramai mengumpulkan uang recehan 250 juta? Mana mungkin. Tetapi nyatanya dalam waktu singkat terkumpul bukan 250 tetapi 650 juta lebih. Rasa simpati dan peduli, kebersamaan dan kedermawanan seperti tiba-tiba serempak bersatu melawan ketidak-adilan. Salut bagi pemrakarsa, peyumbang, pengumpul dan penghitung dalam GKPP itu dan selamat untuk ibu Prita.

Apakah sifat dermawan baik dermawan uang, tenaga maupun pikiran merupakan bawaan lahir seseorang? Atau dari mata turun kehati seperti cinta. Apakah orang enggan berderma karena tak kenal maka tak sayang, atau memang bawaan urat bakhil dari sononye?

Ketika saya mencoba-coba mencari blog dan artikel tentang kedermawanan (generosity) ternyata ramai orang membicarakannya didunia maya sana. Yang paling menarik bagi saya adalah penelitian Paul Zak dari Claremont University tentang asal muasal biolgis dari sifat dermawan, terutama tentang peranan hormon perangsang syaraf yang disebut oxytocin (oksitosin). Hasil penelitian itu membuktikan bahwa hormon ini merupakan sebagian penyebab kedermawanan seseorang dengan membuka fikiran kita menjadi lebih terhubung dan memahami dalam membaca keadaan orang lain.

Di Laboratorium Pusat Kajian Neuroeconomist Claremont, Paul Zak dan teamnya mengadakan ekperimen kognitif tentang kedermawanaan. Sekelompok orang, sebagian dirangsang dengan hormon oksitosin buatan melaui semprot hidung (nasal spray) dan sisanya dengan oksitosin palsu (placebo). Kepada masing-masing dijanjikan uang sejumlah uang dengan himbauan agar sebagian didermakan kepada orang dari kelompok lain. Terbukti orang-orang yang telah dirangsang dengan oksitosin, mendermakan 80 persen lebih banyak dibanding mereka yang hanya menghirup placebo.

Hormon oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar pituitary yang terletak dibawah otak, beukuran sebesar biji kedelai. Hormon ini masuk kedalam aliran darah melalui ujung-ujung syaraf. Menurut Shelley Taylor profesor psykologi Universitas California, ada ekfek timbal balik antara kadar oksitosin dalam tubuh kita dengan effek yang ditimbulkannya. Kira-kira begini masksudnya: Kalau kelenjar kita mengeluarkan hormon oksitosin, fikiran kita terbuka dan lebih memahami keadaan orang lain, sehingga diantaranya, kita menjadi rela menderma. Demikian pula bila kita berderma sepenuh hati lillahi ta’ala tanpa mengharap imbalan, akan merangsang kelenjar kita mengeluarkan hormon oksitosin.

Aliran hormon ini, selain menjadikan kita peduli dan dermawan seperti diatas, sekaligus menurunkan tekanan darah, menghilangkan stress dan melambungkan daya tahan tubuh kita. Canggih benar hormon dermawan ini. Katalisator silaturahmi, pembangkit ukhuwah.

Sekarang saya agak faham kalau ada orang tua berkata: Sedekahlah untuk anak yatim, moga-moga penyakitmu lekas sembuh. Rajin-rajinlah berjama’ah dan jagalah silaturahmi agar rejekimu tidak putus. Santunilah fakir miskin.

You Give, You Get ....makin dermawan makin makmur.

Catatan: Referensi sengaja tidak saya cantumkan karena bukan tulisan ilmiah. Kalau anda menggugel Oxytocin digabung dengan Paul Zak, atau Generosity, atau Oprah Magazine bahkan ”Oxytocin and Islam”, anda bakal ketemu banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar