03/01/10

MAN ROBBUKA – SOPO PENGERAN IRO

MAN ROBBUKA – SOPO PENGERAN IRO

Oleh Jum’an

Mungkin hanya anak-anak jawa tengah dan jawa timur generasi jadul yang akrab dengan dunia perwayangan dan pernah bermain umbul wayang, satu diantaranya saya. Sampai sekarang saya tidak lupa dengan wajah Buto Rambut Geni- seorang raksasa berambut api, rusuh dan suka membunuh dengan wajah bengis dan menyeramkan.

Gambar Buto Rambut Geni yang dicetak empat kali enam sentimeter, jarang dijadikan jago dalam permainan umbul wayang karena selalu jatuh tengkurap dengan bagian gambarnya menghadap ketanah. Entah kenapa raksasa yang menakutkan ini kalahan, kecuali kalau pemiliknya bermain curang dengan merekayasa kertas gambar itu sehingga selalu jatuh telentang dan menang. Tapi itu mudah ketahuan dan biasanya segera di-disqualified.

Saya ingat dimasa kecil dulu ikut mengiring jenazah ke sekaran (kuburan) di Gebang Kuning, sebuah desa di jawa tengah sana. Saya memegang erat-erat tangan seorang tua didekat saya karena takut dan berdiri di kerumunan bagian paling belakang. Setelah jenazah selesai dikubur dan tanah diatasnya dirapihkan, seseorang berdiri dan mulai berkhotbah dalam bahasa Jawa diantaranya:

“Wahai Mbah Sarji (nama mendiang, samaran), sebentar lagi akan datang kehadapan panjenengan dua malaikat Munkar dan Nakir untuk mengajukan pertanyaan–pertanyaan. Kalau mereka bertanya Man Robbuka – Sopo Pangeran iro, jawablah Gusti Alloh sesembahan kawulo….”

Itulah bagian dari talkin yaitu mengajari orang mati untuk menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir tentang siapa Tuhan dan nabinya, apa agama dan kitab pegangannya. Kemana kiblat dan siapa teman-temannya. Sekarang saya jarang mendengar talkin seperti itu mungkin karena tidak banyak yang melakukannya lagi, atau lingkungan hidup saya yang berubah.

Saya sangat takut bila membayangkan kedua malaikat itu. Tentulah mereka tinggi besar sangat menakutkan, galak dan menggetarkan. Dalam perbendaharaan pikiran saya hanya ada Buto Rambut Geni yang cocok mewakili malaikat Munkar dan Nakir. Ya, saya tidak tahu tokoh lain yang lebih mirip.

Lama-lama, seiring dengan pertumbuhan saya Buto Rambut Geni sebagai gambaran Munkar dan Nakir berganti menjadi makhluk besar bersayap, lalu orang tua berjubah hitam lalu lama-lama kabur. Bahkan nama kedua malaikat itupun jarang saya ingat lagi.

Bukan karena apa yang disebut-sebut dalam talkin itu remeh, tetapi saya tidak membutuhkan lagi potret malaikat Munkar dan Nakir. Tidak Rambut Geni, tidak makhluk bersayap maupun sosok berjubah hitam.

Karena seperti lirik lagu Chriyse yang diambill dari surat Yasin ayat 65, “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”,

Akan datang hari mulut dikunci

Kata tak ada lagi.

Akan tiba masa tak ada suara

Dari mulut kita

Rasanya tidak ada yang perlu diajarkan lagi kecuali membiarkan tangan dan kaki berkata dan bersaksi. Mereka akan meng-upload semua file catatan harian yang, kalau mau, masih ada kesempatan kita meneruskannya dengan lebih baik, selama hayat dikandung badan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar