HURUF ARAB JADI MENAKUTKAN
Oleh:
Jum’an
Hajer Sharief(24th) adalah
seorang aktivis perdamaian, deradikalisasi dan anti kekerasan dari Libia. Anggota
kelompok penasehat PBB tentang resolusi Dewan Keamanan 2250 yang ditunjuk oleh
Sekjen Dewan Keamanan Bank-ki Moon serta pengacara Yayasan Kofi Annan
“Extremely Together”. Ia juga penerima Penghargaan Mahasiswa untuk Perdamaian
2017. Suatu hari ia ia duduk di coffee shop di Inggris sambil membaca sebuah
buku yang ditulis dalam bahasa Arab. Karena merasa bête, ia menaruh bukunya
diatas meja dan keluar sebentar untuk menghirup udara segar . Tiba-tiba datang seorang
pria Inggris setengah baya yang tadi duduk dimeja sebelah menghampirinya dan berkata: “Anda meninggalkan buku anda
diatas meja!” Hajer pun mengucapkan terima kasih kepadanya karena pria itu
mungkin mengira ia lupa meninggalkan buku itu. Tapi pria itu meneruskan: “Tapi
buku itu berbahasa Arab! Anda tidak boleh meninggalkannya di meja seperti
iu! Anda tahu bahayanya!
Hajerpun merasa tersadar. Pria itu bukan mencoba
mengingatkan bahawa bukunya tertinggal saja! Tapi memperingatkan bahwa orang
tidak boleh meninggalkan buku berbahasa Arab di atas meja, karena akan akan
menyebabkan orang merasa terancam keamanannya!
Jadi Hajer bertanya apakah masalahnya bukan ia
meninggalkan buku di atas meja, tetapi karena buku itu ditulis dalam bahasa
Arab? “Ya! Buku yang ditulis dalam bahasa Arab ditinggal di atas meja, Anda
tahu apa artinya, itu akan akan membuat orang merasa khawatir”, lalu pria itu
melenggang pergi.
Meluasnya Islamofobia didunia Barat jelas telah
membangkitkan kebencian terhadap Arab yang begitu saja mereka asosiaikan dengan
Islam dan bahkan terorisme. Ditambah lagi dengan ketidak-tahuan mereka akan
tulisan dan bahasa Arab. Timbullah anggapan bahwa huruf Arab pasti berkaitan
dengan Islam dan terorisme. ISIS telah membajak dua kalimat syahadat Islam
menjadi lambing mereka. Padahal kedua kalimat syahadat itu merupakan ikrar
dasar semua umat Islam bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
rasulNya. Dengan menuliskannya dengan bentuk huruf tertentu diatas kain hitam
timbul kesan bahwa ISIS lah penguasa kalimat syahadat itu. Setidak-tidaknya
begitulah yang mereka kehendaki. Bukankah bendera kerajaan Saudi Arabia yang
anti ISIS juga bertuliskan kedua laimat syahadat? Demikian pula dirumah-rumah
umat Islam Indonesia tulisan itu banyak terlihat?
Tetapi Hajer
Sharif merasa cukup beruntung bertemu pria yang rendah hati itu yang
hanya ingin memberi saran, dan Hajer ingin menyampaikan kepada semua pembacanya
yang mungkin memiliki buku-buku bahasa Arab. Seandainya pria itu seorang
islamofobis yang ekstrim, kejadiannya tidak akan se-aman itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar